02- Linlin Marah

70 15 0
                                    

jangan lupa vote ya shayank, kalau tidak nanti aku ngambek :(

Juwi hanya diam sepanjang perjalanan pulang kerumahnya. Mobil Linlin melesat cepat menerobos kesepian jalanan kota Seoul. Hari ini memang sudah memasuki pergantian musim gugur menjadi musim dingin. Mungkin turunnya salju membuat orang-orang malas untuk berpergian dari rumah.

Didalam mobil, juwi tidak berbincang dengan Linlin. Juwi marah. Marah dengan Linlin yang tiba-tiba saja bersikap aneh, bahkan... Ah sudahlah. Linlin pun masih mempertahankan sikap dinginnya. Tidak mau mengajak Juwi mengobrol, apalagi meminta maaf.

Bahkan hingga mobil marchendez benz itu telah memasuki komplek perumahan Juwi, tidak ada satu kata pun mencelos dari keduanya. Hanya menyisakan alunan lagu dari dalam radio mobil. Linlin perlahan mengurangi kecepatan mobilnya ketika rumah Juwi sudah terlihat disana.

"Masih marah?"

Juwi mendengarnya, sungguh. Tapi egonya tetap ingin mengabaikan Linlin. Sebut saja dirinya egois.

Kini mobil Linlin telah sampai di perkarangan rumah Juwi. Juwi segera melepas sabuk pengamannya, begitu pun Linlin. Saat Juwi hendak keluar, linlin menahan tangan Juwi,

"Lu boleh marah. Tapi lu gaboleh deket-deket sama Hendry." titah Linlin.

Juwi terkekeh kecil, "Itu bukan urusan Linlin. Makasih ya, udah nganterin juwi."

Belum sempat membuka pintu mobil, Linlin sudah memanggil Juwi kembali.

"Juwi!" panggil Linlin.

Juwi menoleh, menunggu Linlin melanjutkan perkataannya.

"Besok pulang sama gua." kata Linlin bersamaan memasang sabuk pengamannya.
"gausah, linlin fokus latihan saja. Juwi bisa pulang sen--"

"Gua bilang pulang sama gua. Ngerti gak sih?!" ujar Linlin memasang air muka marah dan juga kesal.

Juwi menghela napasnya kasar, "terserah."

*

Malam ini Juwi memilih berdiam diri dikamar. Mamanya sudah berkali-kali mengentuk pintu kamar Juwi, tapi Juwi hanya mengabaikannya. Dia melewatkan makan malam, hanya karena kondisi moodnya yang sedang tidak baik.

Pikirnya, menonton variety show di ponselnya bukanlah hal yang buruk. Mungkin saja moodnya akan kembali baik saat melihat eonni Twice pada acara Running Man. Terlebih melihat biasnya yaitu Tzuyu Twice 'Wah tzuyu eonni cantik sekali seperti Juwi.' batin Juwi menghalu.

Sebuah pesan singkat tanpa pengenal tiba tiba saja masuk ke ponsel Juwi, saat dia sedang asik menonton. Juwi yang keheranan lantas membuka pesan singkat itu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Juwi tersenyum kala membaca pesan singkat itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Juwi tersenyum kala membaca pesan singkat itu. Kalau diingat dan di pikir, Hendry itu tampan bukan main. Mungkin sekarang moodnya sudah kembali baik karena pesan singkat sederhana itu. Padahal Hendry hanya mengajaknyanya untuk pulang bersama, bukan mengajaknya berpacaran.

Juwi berpikir apa yang dikatakan Linlin semuanya hanyalah omong kosong. Hendry baik tidak seperti dugaan Linlin yang mengatakan bahwa dia bukan orang yang baik-baik. Linlin tidak punya hak melarangnya pulang dengan Hendry.

*
Hari ini, Hendry benar-benar menunggu Juwi di depan kelas saat bel pulang sudah berbunyi. Dia berdiri di depan pintu sembari tersenyum dan melambaikan tangannya pada Juwi. Juwi bergegas merapikan tasnya setelahnya berkata pada teman sebangkunya.

"Jeongyeon, Juwi duluan yaa..." ujar Juwi bersamaan mengendong tasnya.

"Oh, jadi Hendry minta nomer Juwi ke aku buat pulang bareng toh..." ledek Jeongyeon sambil mencubit pipi Juwi gemas.

"Juwi ku sudah besarrr ternyata." ledek Jeongyeon lagi.

"Aishh... Terserah kamu aja Yeon."

"Lagian Hendry itu ganteng tau..." celos Juwi.

"Hei, wajah itu tidak mencerminkan sikapnya baik atau tidak. Kamu harus hati-hati." saran Jeongyeon pada Juwi.

"Kenapasi semua orang kayak gini. Udah lah, dadahh Jeongyeonnku sayang..." Juwi melambaikan tangannya sambil berjalan terburu-buru. Dibalas anggukan pun senyuman dari Jeongyeon.

Juwi berlari kecil menuju pintu kelasnya. Belum sempat sampai, tiba-tiba saja dia melihat Linlin yang datang begitu saja tepat dihadapan Juwi. Lalu dia tersenyum smirk lantas berkata.

"Lu emang keras kepala ya!" mata Linlin menatap Juwi dengan kesal dan menarik tangan Juwi. Membuat Juwi meringis kesakitan.

"Woi! Jangan kasar dong ke cewek" ujar Hendry spontan saat melihat Linlin bersikap seperti itu, lantas melepas tangan Linlin yang memegangi Juwi.

"Lo anak baru gausah sok kenal deh!" Linlin mendorong bahu Hendry.

Hendry mendengus kesal. "Trus apa masalahnya buat lo hah?" tangan kekar Hendry menarik kerah baju Linlin.

"Udah stop!" Juwi berteriak lantas melerai keduanya. Tidak ingin nantinya berlangsungnya acara baku hantam.

Juwi mencoba untuk menenangkan Linlin. "Lin, Juwi udah bukan anak kecil lagi. Juwi bisa jaga diri Juwi sendiri. Plis lah jangan egois kayak gini."

"Tapi Wi, lu itu gatau dia itu..."

"Plis lah Lin." Juwi bersikukuh.

Linlin menghela napas pasrah, "Okay kalau itu mau lu..."

"...Gua udah muak ngasih tau lu Wi. Terserah. Lakuin aja semua hal yang lu suka, walaupum itu salah." Ketus Linlin.

"Lin tapi kan..." kalimat Juwi terpotong okeh Linlin.

"Gua bilang gua udah muak Wi! Sekarang terserah lu." Linlin pergi meninggalkan Juwi pun Hendry.

Bersambung.

.
.
.

Gimana gaes part ini? Linlin marah gaes aku takut :(

Hari ini aku mau double update biar kalian senangggg. Baik kan akuuu 😚😚

Btw di chapt ini aku ga ngasih bonus foto visual Juwi dan Linlin. Bonusnya di next chapt aja ya hahahahah *tawajahat.

See u on the next chapt!

Great love

Zalyne.

Epiphany Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang