33. Dia Pergi

213 16 2
                                    

"Bisa bicara berdua?" tanya Panji.

Maya dan Vony serentak menganggukkan kepalanya. Sedangkan Alea, dia langsung membelalakkan mata pada mereka, tanda tak ingin.

Panji dengan lembut menggenggam tangan Alea dan membawanya ke taman yang ada di sekitar cafe.

Panji dengan lembut menggenggam tangan Alea dan membawanya ke taman yang ada di sekitar cafe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hmm awas aja kalo Panci sialan itu nyakitin Alea." Rutuk Vony.

"Udah deh, biarin aja mereka nyelesein masalahnya dulu." ucap Maya sambil menikmati minumnya.

Alea duduk di kursi yang ada dan Panji duduk di sampingnya. Alea hanya memandang ke depan seolah dia sedang sendiri.

"Kakak minta maaf soal tadi." Kata Panji membuka pembicaraan. Dia menatap Alea yang terlihat enggan menatapnya balik.

Alea diam.

"Al, kakak tau kakak udah salah. Kakak beneran lupa kalau kamu nungguin kakak. Kakak tadi nyariin kamu ke kost tapi kata temen kostmu, kamu lagi keluar ama mereka."

Alea diam.

"Untung aja kakak gak sengaja liat kamu dari luar."

Alea diam.

"Alea, kakak tau kamu marah karena gosip itu. Kakak gak ada hubungan sama siapapun kecuali ama kamu. Dia Cuma -."

"Sabtu ini luangin waktu, Kak Fikri mau ketemu ama kita." Potong Alea.

Dia mendongakkan kepalanya menatap Panji dan yang pertama Alea lihat adalah bekas lebam di sudut bibir Panji. Sebisa mungkin dia bersikap tidak peduli dan cuek.

"Al, tolong jangan gini. Maafin kakak."

Alea beranjak hendak meninggalkan Panji tapi tangannya tertahan karena Panji juga beranjak dan tiba-tiba menarik Alea ke pelukannya.

Panji memeluk Alea sangat erat, seakan tak ingin berpisah darinya. Alea meronta mencoba melepas pelukan Panji.

"Marahin aku, Caci aku, atau maki aku tapi kamu jangan diemin kakak kayak gini."

"Siapa?"

"Maafin aku, aku sibuk ama skripsi. Maaf kalau kamu terabaikan."

"Sibuk ama skripsi tapi kakak masih bisa jalan ama cewek itu?" Sindir Alea sambil melerai paksa pelukan Panji.

"Kak Dwi juga sibuk ama skripsi. Tapi dia selalu ada buatku." Lanjut Alea menghela nafasnya.

"Dia selalu menenangkanku saat aku gundah karenamu. Kakak cemburu karena kak Dwi selalu di sampingku saat aku sedih, tapi kakak? Kakak gak ada usaha untuk dekat denganku."

Alea meluapkan semua yang dia rasakan dan Panji menunduk karena merasa bersalah.

"Maaf..." lirihnya.

"Semua terserah kakak. Aku capek kak."

"Kakak antar pulang ya. Kakak gak mau kamu ke club" Ucap Panji sambil mengusap pipi Alea.

Dirimu Dan Dirinya (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang