Semburat cahaya menepi pada tiang tiang asa,terjerembab nestapa berbuih pilu tersipu halu.menjerit lara memekik serak yang berPadu, tersusun rapi dalam lemari berdistraksi,bercampur layu diatas ranting yang hampir mati.
Kembang kempis dada yang sedang di iris iris,Sempat menyanggul rambut yang kumal.nanar pada retina tak terbendung,kesedihan merambah pada sesapan kopi yang sudah sampai ampas.
Hatinya sedang memar terpukul kenyataan yang sempat ditelantarkan sunyi.kenyataan yang harus ia telan mentah mentah menenggak sekarung air mata berasa sayatan yang menukik tajam ke ulu hati.
Lantas apa yang membuatnya hingga sekian tumpuk matanya berkaca kaca??
Kini ia hanya mampu berbicara lirih,serak suara tanpa daya menyebut asma asma indah yang masih sedikit terdengar,Kitab suci di genggaman tangan dengan 1 infus bergelantungan,berulang melafalkannya agar tak semakin terlena.
Entah sudah berapa tetes air matanya jika dihitung dalam satuan jumlah,pucat wajahnya setengah koma,ia sedang tak hidup di atas ranjang pasien,melainkan pergi ke alam bawah sadar yang tak bisa di mengerti logika,sesekali siuman kembali membuka mata menatap langit langit ruangan mengecapkan kepasrahan "Astaghfirullahaladzim"
Ibunya,mengusap keringat pada wajah yang terlihat tak semakin membaik,tak kuasa melihatnya nanar tangis perempuan disampingnya ikut mewarnai suasana.
Kembali berkekasih dengan sunyi,matanya nampak memerah yang diusap berkali kali,Orang yang ia cintai berpamit dengan pejaman mata atau tidak adanya nadi,kabar yang masih menari nari di pelataran memori,kekasihnya yang selalu menemani dalam penggalan puisi menjadi topik utama dalam dunia aksara.kini telah pergi menemui kekasih yang sesungguhnya.
"Tuan Putri" ia panggil berkali kali beserta isak tangis dengan mata yang bersaksi derita,di atas gundukan tanah bertaburan bunga bunga,kenyataan yang tak bisa di ubah tentang meng ikhlaskan dan merelakan.
"Selamat Tinggal" dua kata yang menggambarkan singkat cerita dari perpisahan sekat dunia sebelum ia melanjutkan berjuta juta doa untuk kekasih yang wajahya akan menjadi lukisan abadi sepanjang detik demi detik nadi atau hembusan nafas kembang kempis dada yang masih lara
Meski hidup tentunya indah,namun ketika hati terseok sembilu tersapu hampa,menyendiri terpaku lara bersandarkan ratapan sunyi,akan terasa menderita.
Sesaat kemudian wajahnya akan selalu muncul dalam bayang bayang kenang,Ingin sekali menyentuh pipinya yang memerah,lamunan tersudut dalam dekap ruang yang gelap ia seakan tersenyum menatap wajah kusut yang belum sempat cuci muka.
Wajahnya masih tetap cantik seperti sedia kala saat hujan turun di kedai kopi,dengan gincunya yang mempesona,aroma wewangian yang khas bahkan suaranya masih terngiang jelas.
Kembali air matanya hadir sebagai duka yang mendera entah sampai kapan akan berakhir.
Mengikhlaskan yang telah pergi selamanya tentunya tak mudah,butuh satuan waktu yang panjang untuk belajar.
Meski terlelap terpejam mata, wajahnya selalu hadir,menggiring pada rindu yang tak pudar walau terajam masa.Dibalik tirai yang pernah ia buka membangunkan kala mentari berpendar,dalam bias bias mimpi pada tiap malam sunyi tak akan hirap dalam pelupuk mata.
Kesedihan meraja lela,menguasai ketidakmampuan saat hati merajam,yang semula nyata dalam pandangan mata, kini hanya bias semu,terkulai lemas tanpa ambisiMerebah ingin berkata sudah
Melupa untuk tidak meratapi
Semuanya sia sia,biarlah lara meringkus semua rasa,menderap mendekapnya bersama sisa masa yang dimiliki,
Selang 4 hari keadaan yang semakin tak membaik,suara isak tangis sanak saudara dan sahabat pecah dalam satu ruangan,menandakan kabar duka berulang ulang di periksa masih tetap sama,tak ada nadi juga dadanya berhenti kembang kempis,nyatanya benar benar Ia akan menemui wajah kekasih nya.Namun Tuhan menakdirkan beda, Ia kembali menjadi pasien yang masih hidup,nafasnya ter engah engah,kakinya perlahan hangat dan wajahnya tak sepucat kala dia di vonis tiada bahkan lebih baik dari sebelum nya,keajaiban Tuhan benar benar ada.Isak tangis dalam ruangan itu menjadi haru,penuh syukur melihat nya membuka mata kembali.
Dalam rangka siuman,kini tak nampak nanar di pelupuk matanya lagi,perlahan mulai berbicara "Aku menemui nya, bertatap mata dengan nya entah dimana,ia menyuruhku menghapus air mata dan menyuruh untuk kembali ke rumah".
Pesan
Hidup adalah takdir dengan pilihan
Garis fleksibel penuh aampunan
Dan senyum ironi penuh pelajaran
Meski dipadati butiran kepayahan
Di dekorasi detik kelam hari
Penyayat hati pemicu sepi
Tapi hidup tentunya indah bukan?
Saat kau melihat dunia di depan mata
Merasakan partikel di alam
Memejamkan mata menghadang hawa
Berbinar rasa dengan penuh syukur
Saat tertawa dan ttakjub
Mengusap mata mengelus dada
Terperangah tulus Nya kemudian hadir Nya pun kian terasa
Melirik riang kedalam satu sistem
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekat Pikat
PoesíaSedih juga adalah bagian dari perjalanan setiap orang.meski ada yang mendeskripsikan kesedihan biasa biasa saja,bagiku kesedihan adalah hal yang perlu disesap ulang agar tak terjatuh berulang.