"Just rain" (1)

114 13 0
                                    

Satu persatu buliran bening air hujan nampak mulai membasahi jalanan kota. disini aku dibalik jendela rumah kakek, diam dan hanya memandangi hujan yang makin lama semakin deras.

"Mah, aku rindu mamah. Apakah mamah tidak  merindukanku? "

suara derap langkah kaki seseorang terhenti tepat dibelakang pintu. ku alih kan penglihatan ku ke arah belakang.
Helaan nafas berat terdengar dari balik pintu tepat dibelakang ku. Ah itu kakek yang sedang memandang ku dengan wajah datarnya. Sudah biasa bagiku melihatnya. tak ada senyuman diwajah kakek, hanya ada tatapan datar dan gelapnya sisi kakek yang ku lihat.

Ku edarkan penglihatan ku kembali.
Apakah itu, Kakek membawa seeokor anak kucing jalanan?. Ia membawanya mendekat menuju diriku.

Ku lihat kakek tersenyum. Ah tunggu, apakah baru saja kakek tersenyum?

Kakek perlahan mulai berbicara padaku.

"Hei nak, bisakah kau rawat anak kucing ini, dia sepertinya ditinggal oleh ibunya"

"Ditinggal ibunya? Apakah seperti aku kek?"

Ku lihat kakek diam dan kembali memasang wajah datarnya. seharunya aku tak berkata seperti itu. melihat wajah datar kakeku, dia akan seperti itu jika aku sudah mulai membicarakan sosok ibu didepannya.

"Um baiklah kek, aku akan merawatnya"

Ku lihat ia tersenyum kembali walau hanya seulas senyuman  kecil, ia menyodorkan anak kucing tersebut kepadaku.

Anak kucing jalanan itu sangat lucu walau ia begitu kotor oleh debu.
Warnanya terkesan gelap dengan bintik berwarna orange di sisi telinga kanannya.
Ekor nya panjang dan indah.

"Aku akan merawatnya".

Kakek mengusak pelan surai rambutku dan sedikit terkekeh kecil saat memandang  anak kucing yang ada di dekapanku.

"Ingat nak, jaga anak kucing itu.  Aku tau kau dapat ku percaya."

Dan dengan kalimat terakhir itu, kakek pergi keluar meninggalkan aku berdua dengan kucing yang ia berikan.

Aku meletakkan kucing tersebut diatas sofa tepat berada disampingku.
Aku kembali menatap sendu jalanan kota yang sudah basah oleh hujan.
Hujan tersebut makin deras dengan suara petir yang tak begitu keras.

Aku kembali pada alam fikiran ku,
"aku merindukan Mama Kenapa kakek tak mengerti? "

Di saat aku sedang merutuki betapa tak mengerti nya kakekku, kucing itu mengendus-endus kakiku. Aku terkikik geli dengan tingkahnya.
Aku membawanya kedalam gendonganku.

Just rainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang