Malam itu Yeonjun larut dalam pikirnya sendiri waktu sang nenek diam-diam ambil tempat di sebelahnya. Ia tidak sadar waktu neneknya tatap lelaki bersurai abu itu dengan sendu.
"Yeonjun-ah." Tangan keriput neneknya mengelus pelan bahu Yeonjun yang melorot lesu. "Apa ada masalah di sekolah? Kau sepertinya tidak baik-baik saja," katanya.
Yeonjun menoleh pada wanita tua di sampingnya. Wajahnya sajikan teatrikal paling payah yang bisa ia lakukan—buat seutas senyum baik-baik saja supaya neneknya tidak khawatir. "Anieyo, Halmeoni. Aku baik. Lagipula sekolahku menyenangkan. Aku punya teman-teman yang sangat menyayangiku."
"Geurae?" Neneknya memastikan sambil tatap Yeonjun was-was sampai si lelaki Choi itu mengangguk. "Baguslah kalau begitu. Jangan simpan masalahmu sendiri, eoh?"
Yeonjun tersenyum lebih cerah, "Arasseo, Halmeoni."
Sebenarnya Yeonjun masih penasaran sekali dengan asal-usul rambut abunya, serta perihal orang tua Yeonjun. Pemuda itu ingin tanya lagi pada neneknya. Namun, pemuda itu takut akan membuat neneknya kembali sedih. Yeonjun pikir, kalau ia ingin tahu yang lebih jelas, maka Yeonjun sendirilah yang harus mencari tahu.
—
"Dia belum datang, ya?" Yeoreum menatap bangku Yeonjun yang masih kosong. Lelaki itu biasanya datang pagi sekali, tapi hari ini Yeoreum belum lihat Yeonjun meski sudah hampir bel masuk.
"Jangan terlalu khawatir. Dia akan baik-baik saja, kok," Beomgyu menyahut.
Yeoreum alihkan atensinya pada si pemuda Choi di sebelahnya. "Bagaimana bisa aku tidak khawatir? Kau tidak ingat perkara fobia Yeonjun? Situasinya bakal jadi lebih buruk karena ada si lele lele itu," gerutunya.
Beomgyu yang semula agak tegang jadi mulai terkekeh, "Lele? Kau ini sembarangan saja mengganti nama orang."
Yeoreum mendengus, "Kenapa? Tidak boleh? Mukanya itu jelas seperti kriminal."
"Siapa yang seperti kriminal?" Sebuah suara tiba-tiba menginterupsi konversasi Yeoreum dan Beomgyu.
'Sialan. Sedang dibicarakan malah datang.'
Yeoreum meringis waktu menoleh dan dapati Chenle menatapnya dengan kening berkerut. Tampaknya pemuda itu kesal karena Yeoreum mengejeknya dari belakang. Tapi memang Yeoreum peduli? Tentu saja, tidak.
"Aih, bukan begitu kok. Jangan salah paham," Yeoreum tertawa garing.
"Im Yeoreum, Choi Beomgyu." Chenle menyebut nama dua manusia di hadapannya hingga membuat si empunya nama menatapnya was-was. "Rupanya kalian teman baik Yeonjun, ya? Bukankah kalian sebaiknya menjaga Yeonjun saja daripada membicarakan orang lain seperti ini?" Chenle menyeringai. "Hati-hati saja. Siapa tahu ada pertunjukan bagus dengan Yeonjun sebagai pemeran utamanya."
Yeoreum dan Beomgyu mematung selepas Chenle meninggalkan mereka. Sialan, mereka tidak mau Yeonjun kenapa-napa lagi. Yeoreum tahu kalau Yeonjun sudah banyak menderita di sekolah lamanya, dan itu semua karena Chenle. Kemarin, Yeoreum sempat bertemu teman lamanya yang pernah satu sekolah dengan Chenle dan Yeonjun. Ia ceritakan semua yang Yeoreum belum tahu mengenai hubungan Chenle dan Yeonjun. Maka dari itu, Yeoreum takut Yeonjun kesusahan dan memutuskan bunuh diri seperti waktu itu.
"Yeoreum-ah," panggil Beomgyu.
Yeoreum menoleh padanya dengan setengah melamun, "Wae?"
"Dia datang," kata Beomgyu. "Yeonjun sudah datang sejak tadi—" Beomgyu beri interval pada kalimatnya, lantas sempatkan hela napas sejenak. "—Yeonjun berdiri di balik pintu kelas dan mendengar semua ucapan Chenle."
KAMU SEDANG MEMBACA
Crown || Choi Yeonjun
Fanfiction[UP SABTU] Yeonjun tidak pernah ingin hidup sebagai monster. Hal berbeda yang ia miliki bukan sebuah keistimewaan yang patut dibangga-banggakan. Namun hidupnya seketika berubah ketika ia menemukan kebahagiaan bersama orang baru yang tercatat didalam...