9. Bisik tangis

875 175 58
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










Renjun tak henti-hentinya mengamati wajah Rania yang kini terbaring di kasurnya. Bahkan ia tak sadar, bukannya membawa perempuan itu ke kamar lain malah ia bawa ke kamarnya sendiri. Ia tak ingin berhenti mengamati wajah Rania.

Bukan karena terpesona melainkan ia begitu penasaran dengan kemiripan wajah mereka. Lucu menurutnya, kenapa bisa ia bertemu dengan gadis yang tak jelas asal-usulnya dan memiliki wajah yang mirip dengannya.

"Renjun... jangan pergi!!!"

"Akh!" Kepalanya kembali terasa sakit. Suara itu kembali terdengar dan membuat kepalanya sakit sekali seakan ingin meledak.

Mengapa begitu sakit saat setiap kali Renjun ingin mencoba mengingat suara-suara itu. Tangisan seorang anak perempuan yang terus memanggil namanya.

Renjun beranjak dari kasurnya dan berjalan ke arah cermin. Satu tangannya masih memijat-mijat pelan kepalanya sendiri. Masih sedikit sakit rasanya. Matanya mengarah ke cermin lurus-lurus.

"Bintang..." gumamnya saat melihat pantulan cahaya di matanya yang mirip dengan kilau bintang. Sepertinya pernah ada yang bilang bahwa mata Renjun seperti bintang.

Ia melihat pergelangan tangannya yang kosong, dia lupa bahwa gelangnya hilang waktu itu. Karena memang gelang itu sering terlepas jika tidak diikat kuat, Renjun sering sekali kehilangan gelang itu. Terkadang jatuh di kamar mandi, terkadang di dapur.

"Perasaan gelang yang di tangan Rania—" saat ia berbalik Rania sudah duduk di tepi kasur. Ia seperti akan bangun.

"Mau kemana?"

"Ke kamar..." jawabnya lemas.

"Mata kamu seperti bintang..."

Suara itu lagi,

"Renjun..."

"Berkilau seperti bintang..."

"Enggaaaaaak!!!!!!!!!" teriak Renjun tiba-tiba. Rania pun bangun dengab wajah kebingungan.

Renjun tiba-tiba menarik kasar gelang yang melingkar di tangan Rania hingga putus. Gelang itu lalu sepenuhnya lepas dari Rania. Ia melempar gelang itu ke sembarang arah.

Tubuh Renjun terlihat begitu gemetar, napasnya tak beraturan dengan keringat yang terus mengalir dari pelipisnya. Dia berkeringat hebat.

"Renjun..." Rania berusaha mendekati lelaki itu.

Prang!

Sebuah vas bunga jatuh karena tersenggol oleh Renjun. Tubuhnya jatuh ke lantai dengan lemas. Dia meringkuk memeluk tubuhnya sendiri yang gemetar. Dimatanya terlihat rasa ketakutan yang besar, tapi Rania tak mengerti apa yang Renjun takutkan.

"Aaarrrggghhhh!" Renjun menjenggut rambutnya sendiri. Ia berteriak terus menerus.

Hingga tak lama teriakan itu terdengar seperti tangisan yang keras. Renjun menangis sambil memukul-mukul kepalanya sendiri. Meski takut, Rania tak tega melihat keadaan Renjun yang ia masih belum tahu kenapa.

Bloody Fear | Renjun✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang