Suatu hari nanti, akan kuajak kamu bermain ke dalam hidupku.
Kita akan menyelami seluruh jengkal kenangan yang terekam dalam memoriku, lalu berkelana dengan diriku yang—mungkin—dulunya pernah mengenal kebahagiaan.
Persiapkan dirimu; kamu akan lelah karena kita akan berputar di sekitar liang lukaku yang tak berkesudahan. Liang itu digali oleh orang-orang yangpernah berharga di dalam hidupku—dulu.
Aku tidak pernah menyalahkan mereka atas luka-luka itu, karena memang sedari awal salahku yang melepaskan mereka untuk pergi.
Namun, aku tidak pernah pantas untuk disayangi, apalagi untuk dicintai—tidak sebagai seorang saudara, tidak sebagai seorang teman, tidak sebagai
diriku sendiri, tidak sebagai seseorang. Aku memang ditakdirkan untuk hidup sendiri dan mengemban rasa sesak dalam dada.
Jangan panik ketika kamu melihat sayatan yang ada di sekujur tubuhku—
hingga ada di hatiku pula. Mereka sudah mengering, sama seperti air mata dan rasaku. Mereka tidak lagi menyakiti; hanya sebatas garis-garis gelap tanda bahwa aku masih hidup.
Mungkin kamu akan tinggal dan menemaniku melewati segala sengsara dalam hidup, tetapi jika kamu memilih untuk pergi, aku akan tetap mengerti.
Karena aku sudah terlalu sering ditinggalkan hingga lupa bagaimana rasanya memiliki seseorang di sampingku untuk menemani—meyakinkan bahwa hidup tidak selalu dipenuhi duka.
Aku mengerti.
— gva
#drearycrow
Jadi kurang lebihnya seperti itu , mengapa terkadang sangat sulit bagiku juga untuk menerima seseorang .