Prolog

6 2 0
                                    

BUGH!!

Tiga buku tebal yang berada di pelukannya pun terjatuh.

"Maaf!! Aku tidak sengaja!" Secepat itu juga laki-laki yang mengenakan headband berwarna hitam dengan rambut blonde itu sibuk mengambil buku milik gadis berambut pendek yang baru beberapa detik lalu ia tabrak.

Gadis itu masih terdiam bahkan sampai laki-laki itu kembali berdiri serambi memberikan tiga buku miliknya.

Tanpa menunggu waktu lagi hanya untuk memandangi wajah di depannya, gadis itu buru-buru merampas kembali bukunya. Setelahnya ia pun berbalik tanpa berkata apa-apa.

"Tunggu!!"

Kedua kaki gadis itu berhenti, perlahan ia kembali memutar tubuh dan membuatnya melihat pemandangan langka saat seorang laki-laki tampan melepas headband dari kepalanya.

Laki-laki bertubuh jangkung yang memiliki hidung begitu mancung itu mendekat.

"Bolehkah Aku mengenalmu?" Sebuah sorotan penuh arti menembus kedua mata cerah gadis di depannya, bahkan efeknya sampai tidak bisa membuat gadis itu berkedip.

"Why?" Tanyanya singkat, dan tanpa sadar itu malah membuat laki-laki di depannya tersenyum gemas.

"Karena Aku ingin mengenalmu! Jadi katakan, siapa namamu?"

Gadis itu sempat menahan napas beberapa detik, namun lama-lama ia semakin susah dalam mengatur napas.

"Zeline!"

Sebuah senyuman manis kini terpancar dari bibir laki-laki itu. Selanjutnya, dengan begitu ramahnya ia sedikit membungkukkan tubuh agar gadis di depannya tidak lelah karena harus mendongak terus hanya demi melihatnya.

"Halo! Namaku Fian!"

Ada satu hal yang sangat ingin Zeline tanyakan, 'Why you so handsome?' dan ia hanya bisa bertanya dalam hati.

Melihat gadis mungil di depannya tak merespon apa-apa, Fian pun mengembalikan posisi berdiri tegaknya. Di sisi lain Zeline pun ternyata bisa bernapas dengan lega.

"Baiklah! Kurasa perkenalan kita hari ini sedikit terbilang singkat! Aku tidak tahu kau mau pergi kemana dengan tas besar dan tiga buku tebal itu! Aku pergi dulu!" Menyempatkan tersenyum sambil dengan mata tertutup sebelum kini ia memutar badan dan berjalan menjauh.

Masih di tempatnya berdiri, Zeline mematung tanpa kata. Jujur, ia bahkan tidak tahu harus bersikap bagaimana jika lain kali dia bertemu dengan laki-laki yang memiliki fisik sesempurna itu.

"Hey boy! Bisakah kita bertemu lagi?" Namun sayang, tubuh Fian sudah hampir tidak terlihat. 

Kini Zeline membenarkan letak ransel warna merahnya sebelum ia kembali melanjutkan perjalanan.

Rose PetalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang