XXVII : Mana Mungkin?

48 3 0
                                    

"AHAHAHA, MANA MUNGKIN!"

      Gua suka Zahra? Mana mungkin! Begitulah kata Eky. Dan kini, Luthfya pun terbahak-bahak karena memikirkan kemungkinan Eky menyukai Zahra.

"Etapi bentar Ky," orang yang diajak berbicara oleh Luthfya menoleh, bingung akan menanggapinya dengan cara apa. "jantung lu berdetak?" Kemudian disambut oleh anggukan oleh Eky. Kemudian Luthfya melanjutkan pertanyaannya, "otak lu memikirkan sesuatu?" Lagi-lagi, disambut oleh anggukan. Luthfya pun menghembuskan nafas lega.

"Alhamdulillah ternyata lu masih idup Ky." Kata Luthfya.

"YA BODO AMAT WOY, GUA KIRA ITU TANDA TANDA JATUH CINTA!" Kata Eky dengan tidak santainya.

"Ga gitu Ky. Gua penasaran aja lu masih idup atau engga. Kan lu tuh kaga punya tujuan hidup, terlalu hemat energi, dsb. Kea ciri-ciri benda mati tau ga."

"Ngaca bu :)"

"Hoo tidak tidak. Aku tidak menghemat energi. Aku powerfull atau bahasa Indonesianya pecicilan UwU."

"Udahlah gua pulang."

"Yaudah sono. Gua mah bareng ama bapak gua."

      Akhirnya Eky pun pulang. Sedangkan Luthfya mengeluarkan ponsel dari tasnya dan menelfon ayahnya untuk menjemputnya. Tak lama, ayahnya datang dan Luthfya pun pulang.

☆☆☆

      Keesokan harinya, seperti biasa anak-anak PMS berkumpul untuk saling mengobrol. Yah, meski tak semua anak PMS yang berkumpul, tapi setidaknya yang berkumpul saat itu adalah anggota PMS yang tidak lain dan tidak bukan ialah Eky, Algi, Ipul, Ronald, Shovi, Ita, dan Luthfya.

"Kalian kemaren jadi ke festival al-azhom?" tanya Algi. Luthfya dan Eky mengangguk. Sedangkan yang lain menggeleng.

"Yauda maap ya ges, aku kemaren ga bisa dateng juga gegara seharian bener-bener sibuk. Walau sibuk yang tidak disengaja sih." Kata Ipul.

Luthfya nampak kebingungan. Ia pun berkomentar, "Hah? Kesibukan yang ga disengaja? Gimana gimana一"

"Iya jadi pagi itu tuh kan aku pergi ke pasar nganterin ibu mo beli sayuran, daging, dll. Kan kebetulan toko dagingnya deket ama parkiran ya, yaudah aku berdiri di parkiran itu. Abisnya aku gabut kan." Ujar Ipul. Yang lain nampak mendengarkan dan memberikan tatapan seakan-akan berkata, "Trus trus? Lu sibuk ngapain Pul?"

Ipul pun melanjutkan ceritanya, "Trus tiba-tiba ada bapak-bapak mo ngambil motornya kan tuh. Kebetulan motornya lagi banyak yang parkir. Jadi aku bantuin si bapak ngeluarin motornya. Eh aku dikasih 2 rebu."

"Pfft, jangan bilang kalo lu sibuk jadi tukang parkir Pul?" tebak Callista.

Ipul memberikan ekspresi masam di wajahnya, kemudian ia berkata, "Ya memang gitu. Dah gitu ibuku bilang, 'Yaudah kamu lanjutin aja jadi tukang parkir. Nanti pas tukang parkir benerannya dah balik, baru kamu pulang ya. Nanti uangnya kasih ibu ya. Buat belanja ibu besok.' Kan gua pen bilang bang*at tapi ibu sendiri jadi gimanaa gitu :"D "

       Seketika semuanya tertawa, kemudian Shovi berkata, "Ya abisnya muka lu emang muka muka tukang parkir bat pul. Aowkwkwok."

"E tunggu bentar gays." Kata Algi tiba-tiba yang membuat semua orang tiba-tiba terdiam.






























































































Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 24, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Para Manusia SengklekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang