1. Mati

1.4K 84 7
                                    

Kira-kira, apa yang terjadi setelah kematian?



Reinkarnasi?



Hukuman ilahi?



Surga dan neraka?



Atau mungkin menghilang menjadi sebuah ketiadaan?



Jawabannya tidak ada yang tahu pasti, meskipun banyak buku dan agama yang membahas tentang hari akhir, kehidupan setelah kematian adalah sesuatu yang misterius dan tidak mungkin dijawab.



Ironisnya, pertanyaan filosofis seperti ini semakin sering dibicarakan saat melihat keadaan dunia yang menua dan mulai mendekati titik akhir.



Semua ditandai dengan bumi yang dulunya hijau kini berubah menjadi kelabu, tercemar oleh polusi dan kabut tebal yang menodai langit.



Kelangkaan, kelaparan, kehancuran, dan peperangan sudah menjadi makanan sehari-hari. Tidak ada lagi tempat yang benar-benar aman, bahkan perbudakan kembali dilakukan.



Sebuah distopia, yang kaya hidup bagaikan dewa, sedangkan yang miskin hidup seperti hewan ternak. Tidak ada yang berubah dan tidak ada yang bisa dilakukan untuk mengubah takdir.



Jika sudah seperti ini, siapa yang bisa menyelamatkan bumi dari kehancuran?



***


Di dalam sebuah tenda di area kumuh, terlihat seorang pria berambut hitam baru saja kembali dari pekerjaannya. Tubuhnya yang lelah tidak bisa langsung beristirahat karena harus melihat hasil lamaran kerja yang menunggu di ponselnya.



Matanya hitam dan berkantung tebal menandakan dia belum tidur berhari-hari, ia tetap tenang dan terus melihat hasil laporannya satu persatu. Rasa kantuk yang ekstrem ini sudah biasa, bahkan belum seberapa dibanding perutnya yang sakit karena terus menggeram meminta makan.



"Haha... Gagal lagi gagal lagi, tentu saja aku sudah bisa menebaknya..." Wajahnya suram dan penuh dengan aura pesimistis.



Sambil menaruh ponselnya di sebelah kasur tipis yang sudah menguning, dia kemudian berbaring dan menutup matanya. Setiap hari dia merasakan ini, rasa menjadi budak perusahaan demi mencari sesuap nasi untuk bertahan.



Sedih rasanya, dulu dia adalah mahasiswa dengan nilai tertinggi di sebuah universitas terkemuka. Tidak ada yang lebih baik darinya, bahkan dosen yang mengajar pun menjadi gagap dan selalu menghindar.



Disebut Jenius dan menjadi nomor 1 dalam segalanya adalah hal biasa. Akan tetapi sayang sekali bakat yang begitu hebat tidak berlaku di dunia yang hancur ini.



Alasannya sederhana, mau sepintar atau segenius apa pun dia, pasti akan kalah telak jika dihadapkan dengan kecerdasan buatan yang bisa berpikir jutaan kali lebih cepat dari otak manusia.



Dan meskipun dia sudah berusaha keras, dunia ini sudah begitu hancur hingga orang berbakat tidak lagi dibutuhkan. Yang kaya semakin kaya, tidak akan pernah mau mengangkat orang miskin untuk bekerja dengannya.

PlayGodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang