-; malchance

384 60 2
                                    

Aku mengunci layar handphoneku dan menaruhnya ke meja dengan posisi layar yang menghadap ke bawah. Aku terus menghadap ke depan. Bukan ke arah Corbyn, tapi meja 12! Pandanganku kosong.

Apa gue pulang sendiri aja ya?

Corbyn ga seru ih. Ngajak ribut aja bawaannya

Aku menggantungkan tas ranselku ke punggungku, mengambil handphoneku dan berdiri.

"Eh, mau kemana?" Tanya Corbyn. Tangannya yang berminyak pegang tanganku astaga.

"Pulang dulu ya, Byn. Dadah. Lu gatel si."

"Eh bentar bentar. Duduk dulu ga. Gue nyiapin tenaga."

"Ogah ah. Mending gue balik."

Corbyn mengelap tangannya yang berminyak pada celana mahalnya.

"Ah pms ngambekan ih. Gue mau mukul Zach. Gue tadi liat. Cuma nge-tease lo aja."

Halah babi.

Ga dari tadi.

Corbyn berdiri dan berjalan ke arah meja 12.

"Heh apa-apaan lo disini sama dia!" Bentak Corbyn sambil menggebrak meja 12.

"Loh Byn kok bis-haz.. zel—" Zach melemas. Dia kehabisan kata-kata.

"Dahlah, Byn. Ayo pulang aja."

"Tap-Gue bisa je-lasin Haz."

Aku menarik lengan Corbyn dan membawanya pergi darisana. Aku tak ingin mendengar perkataan Zach.

"Padahal gue udah siap nonj-"

Gue jongkok.

Nutup mata pake kedua telapak tangan.

Terisak-isak? Tentu. Itulah alasanku jongkok.

Corbyn ikut jongkok, "Jangan nangis. Ga seru tau. Coba lu itung. Udah berapa kali lu nangis di bulan ini karena sedih?"

Gue cuma geleng-geleng.

"Ayok ah. Jangan jongkok disini sambil nangis. Malu tau diliatin orang banyak."

Aku mengusap mukaku. Berusaha tak menunjukkan sisa-sisa kesedihan.

"Fine."

Corbyn tersenyum.

"Tapi ada syaratnya," lanjutku.

"Apa?" balasnya bersemangat.

"Piggyback ride."

„it's you"

"Byn ganti," Corbyn mengganti lagu tersebut.

Aku menyandarkan kepalaku di kaca jendela mobil dan melihat ke butiran-butiran hujan yang mengenai jendela ini.

"Mau kemana?" Tanya Corbyn.

"Kemana aja yang jauh. Nanti sore pulang," aku merapatkan beanie Corbyn yang kupakai di kepalaku.

Corbyn mengangguk.

Aku menutup mataku dan tertidur di sepanjang perjalanan.


Corbyn's POV
Kasian bener dia. Niatnya pengen ngehibur dia tapi malah dia tambah sedih. Untung bespren gue.

Gue kira Zach bakal bikin kondisi jadi lebih baik, nyatanya malah ngerusak bagian dari rencana. Hitung-hitung kehadiran Zach bisa memperbaiki hatinya.

Masalah band? Gue rasa sekarang ada di ambang. Mereka semua gamau ngalah. Jonah sama Daniel masih belum baikan. Zach juga kayanya diem-diem ngeributin tentang Hazel sama Daniel deh. Cuma gue sama Jack yang bisa jadi pelerai mereka. Tapi gue kurang yakin aja. Gue juga harus ngurusin bocah di sebelah gue ini.

ting!

hp gue bunyi.

males buka sebenernya.

tapi gue kepo.

yodahlah buka aja.

Daniel🔥
oi, bin

Daniel🔥
gue mau cerita

Daniel🔥
gue telpon ya

Sontak gue langsung bangunin Hazel

Hazel's POV
Corbyn menggoyangkan pundakku.

yelah, bin. ganggu aja.

"Paannn," jawabku malas.

"Daniel mau curhat lewat telpon. Gue sambungin ke speaker mobil lo dengerin ya."

"Oke. Buruan angkat. Gue diem kok."

Corbyn mengangguk. Terangkatlah panggilan telepon dari Daniel.

"Byn?"

"Yes. Whassup, bro?"

"Lo tau Abbey Parrish, kan?"

oh no, we're in trouble.

2019 ©️ jal0ux

𝐟𝐨𝐫𝐠𝐨𝐭𝐭𝐞𝐧 | djsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang