Mark Lee
jani..
gue nunggu di kantin ya
13.17Aku hanya melihat sekilas pesan yang di kirimkan oleh Mark, tadi sebelum aku pergi untuk bimbingan.. Mark memang bilang kalau dia akan mengantarkan aku pulang ke rumah. Ya lumayan hitung-hitung aku bisa menghemat ongkos untuk pulang.
Setelah membereskan beberapa kertas yang di pakai untuk bimbingan tadi serta laptop, aku langsung menyusul Mark yang sudah berada di kantin.
Begitu sampai di kantin, aku sama sekali tidak menemuka keberadaan Mark. Apa aku di tinggal pulang?
"Janita.." panggil seseorang dari arah belakang.
"Kak Jeffrian?"
Bukannya menemukan Mark, aku malah bertemu dengan sepupunya yang tadi bersamaku dan Mark di perpustakaan.
"Cari Mark?" Tanya kak Jeffrian yang aku balas dengan anggukan.
"Kakak tau dia kemana? Aku cariin, padahal dia tadi ngechat katanya ada di kantin."
Kak Jeffrian tertawa pelan, "Dia pulang duluan tadi, katanya perutnya mules. Terus aku disuruh nunggu kamu disini."
Tuh kan bener apa kataku tadi kalau Mark memang benar meninggalkan aku pulang. "Kok dia suruh kakak nunggu aku disini?"
"Suruh nganterin kamu pulang."
Aku langsung tergelak, sempat tidak percaya dengan apa yang di katakan oleh kak Jeffrian. "Eh, engga usah deh. Aku malah ngerepotin kak Jeff nanti. Engga apa-apa kok aku pulang sendiri aja."
"No. Nanti yang ada Mark marah sama aku gara-gara engga nganterin kamu pulang."
Entah kenapa saat ini juga aku ingin menjitak berkali kali kepalanya Mark. Bisa bisa nya dia melimpahkan hal kaya gini sama kak Jeffrian yang belum aku kenal dengan baik. Bahkan berbicara cukup panjang pun baru tadi di perpustakaan.
Dan mau tidak mau aku tetap menolak tawaran kak Jeffrian. "Ih engga usah deh, aku engga mau ngerepotin kak Jeff."
Kak Jeffrian berdecak pelan. "Dibilangin, nanti aku yang kena marahnya Mark. Yuk pulang, sama sekalian tadi Mark nitipin ini buat kamu."
Kak Jeffrian memberikan aku plastik berwarna putih yang aku bisa lihat di dalamnya ada lima kotak susu ultra rasa coklat kesukaan aku.
"Tumben banget dia mau beliin aku sebanyak ini." Celetuk aku karena masih heran dengan sikap Mark.
"Mark cuma beli satu, sisanya aku yang beli takut nanti kamu badmood di jalan." Jelas kak Jeffrian.
Wah apa-apaan itu.
Sepuluh menit sudah aku berada di dalam mobil milik Jeffrian Rama Naladhipa. Sejak tadi sosok yang ada di samping aku ini banyak mengajak bercerita tentang banyak hal. Aku kira kak Jeffrian ini orangnya cukup kaku tapi ternyata aku salah besar.
"Jani, kalau kita ke supermarket dulu engga apa-apa nih? Bunda nitip belanjaan soalnya." Jelas kak Jeffrian sambil melirik ke arah aku.
"Boleh. Aku sih bebas terserah kak Jeff aja kan aku cuma nebeng."
Kak Jeffrian tersenyum. "Yaudah kita ke mall yang disitu aja ya kan ada hypermartnya juga."
"Oke."
Aku kira sejak kak Jeffrian mengajak aku untuk mampir di salah satu supermarket yang ada di dalam sebuah mall itu kita akan langsung masuk ke supermarket, tetapi kak Jeffrian membawa untuk sekedar mampir beli chatime.
"Nih ambil. Bonus karena nemenin aku belanja buat bunda." Ucap kak Jeffrian sambil memberikan satu gelas besar chatime.
"Kak Jeff ih, tadi udah di kasih susu ultra coklat sekarang chatime mana aku di anterin pulang. Kan makin engga enak aku sama kakak."
"Hahaha, santai aja Jani.. kaya sama siapa aja."
Aku dan kak Jeffrian langsung menuju hypermart yang berada di lantai bawah. Tapi, sedetik kemudian mataku langsung tertuju pada objek di hadapan ku. Dua orang yang sedang asik berangkulan satu sama lain.
"Jani.. Janitaaa.." panggil kak Jeffrian sambil melambaikan tangannya di depan mukaku.
"Kenapa, kok bengong gitu?" Tambah kak Jeffrian.
Tapi pandangan ku masih tetap tertuju pada sosok laki laki dan perempuan yang ada di depan sana. Melempar candaan satu sama lain tanpa memikirkan apakah ada hati yang merasa terluka karena melihat sikap mereka.
"Jani.. kok tiba-tiba nangis?"
Kak Jeffrian panik begitu melihat air mata mulai turun dari kedua mataku.
Tanpa pikir panjang, aku langsung menghampiri mereka dengan air mata yang masih terus menerus menetes keluar.
"Kak Cakra?!"
Sosok yang merasa terpanggil pun langsung menolehkan kepalanya dan aku bisa lihat kalau dia juga merasa terkejut melihat keberadaan aku yang sekarang tepat berada di hadapannya.
"Janita?"
"Sayang, dia siapa?" Sahut seorang perempuan yang sejak tadi berada di dalam rangkulan Cakra Manendra.
Oke, aku cukup mengerti dan tidak bodoh untuk berada di dalam situasi seperti ini.
"Kakak kapan pulang? Bisa-bisanya aku sampe engga tau kabar kalau kak Cakra udah pulang?"
Aku tertawa pelan. "Oh iya aku bahkan lupa kalau kak Cakra engga pernah ngehubungi aku semenjak dua bulan yang lalu."
"Janita.. dia Celine, tunangan aku." Jelas kak Cakra sembari mempererat rangkulannya.
Air mataku terus menerus keluar dan memang benar-benar sudah tidak bisa di bendung lagi. Rasanya benar-benar sesak.
Aku tersentak ketika seseorang dari arah belakang tiba-tiba mengenggam tangan kanan ku. Dan aku baru tau kalau sosok itu adalah kak Jeffrian.
"Maaf kalau gue ikut campur disini. Tapi dari apa yang gue lihat barusan kalau lo baru aja mencampakan Janita, gue mau tanya sama lo sekarang.. salah apa dia sama lo sampe lo kaya gini? Lo kalaupun memang udah engga mau berhubungan sama dia lo bisa jelasin baik-baik dan engga kaya gini caranya. Lo salah bro. Lo bisa bayangin gimana lelahnya Janita ketika harus membagi pikirannya antara lo yang sulit di hubungin sama skripsinya dia.."
"Sorry to say this, but.. lo engga berhak atas cewe sebaik Janita. Mulai sekarang lo engga usah khawatir karena gue yang bakalan jagain dia."
Selesai mengucapkan kalimat tersebut, kak Jeffrian langsung menarik tanganku dan membawaku menuju basement. Ketika di dalam mobil pun tangisan ku bukannya mereda tapi malah semakin menjadi.
"Janita.. sebelumnya aku minta maaf karena aku harus ngelakuin hal ini."
Setelah itu tubuhku di tarik masuk ke dalam sebuah dekapan hangat dan tidak lupa dengan tangan yang setia mengelus kepala belakang dan punggungku.
Entah kenapa ketika aku berada di dalam pelukannya aku merasa seperti pulang kepada rumah ku.