Pertemuan kedua dengan dosen yang aku ceritakan dengan Juan pun terjadi lagi. Kali ini lebih menyebalkan dari minggu lalu. Dia sesekali menatapku dengan tatapan datarnya dengan kedua tangan yang sibuk memeriksa kertas tugas yang kami kumpulkan minggu lalu.
"Saya sudah mengecek tugas yang kalian kumpulkan di loker saya. Hanya satu mahasiswa yang tidak mengumpulkan tugas ini. Jadi Wang Reira, kenapa anda tidak mengumpulkan tugas yang saya berikan minggu lalu?"
Aku hanya bisa melongo mendengar apa yang barusan Pak Daniar ucapkan di depan kelas. Jelas-jelas aku mengumpulkannya dengan Mahesa kemarin, masa iya kertas tugasku tercecer?!
"Saya sudah mengerjakan dan mengumpulkannya dengan PJ kelas, Pak." Belaku tidak terima.
Pak Daniar mengangkat kepalanya, kedua matanya beredar menatap seisi kelas.
"Mana penanggung jawab kelas?"
"Saya, Pak."
Dia kemudian menatap Mahesa yang sebelumnya beberapa kali menoleh kepadaku dengan tatapan bersalahnya.
"Apa benar Reira sudah mengumpulkan tugasnya?"
"I-iya pak." Mahesa yang duduk di pojok belakang kelas kemudian kembali menatapku, tatapan kita bertemu. "Saya yakin karena sudah menghitungnya dengan benar."
"Tapi lembar tugasnya tidak ada di loker saya." Pak Daniar kembali menatapku, seisi kelas hanya diam mereka sama sekali tidak berani buka suara. "Kamu harus mengerjakan tugas lagi dengan soal berjumlah dua kali lipat dari yang kemarin."
Rasanya kesal sekali. Aku menghabiskan satu malamku hanya untuk mengerjakan tugas darinya tapi lembar tugasku ia katakan tidak ada. Siapa yang tidak terima?! Waktuku terbuang sia-sia kemarin. Lagi pula tugas itu sangat susah mengingat aku bukan mahasiswa dari Indonesia.
"Pak, kenapa saya lagi yang harus mengumpulkan tugas?!"
Anak-anak yang lain hanya memperhatikan aku dan juga Pak Daniar. Sumpah demi apapun aku kesal dengan dosen yang satu ini. Di saat semua dosen memperlakukan mahasiswa asing dengan baik, dia memperlakukanku dengan semena-mena. Maksudku, hey, disini aku pendatang seharusnya dia harus membuatku nyaman di kampus ini, bukannya naik pitam setiap berhadapan dengannya.
"Tugasmu tidak ada di loker saya. Jadi bukan salah saya kalau menganggap kamu tidak mengumpulkan tugas dari saya sama sekali."
Aku menggeram kesal. Tanpa kusadari Yuna yang duduk disebelahku ternyata mengusap bahuku lalu menggumamkan kata sabar. Walau aku masih menatap Pak Daniar dengan tatapan permusuhan, akhirnya aku menghela napas berat lalu sedikit melunakkan tatapanku.
"Baiklah kalau begitu, Pak. Bapak ingin memberikan tugas seperti apa untuk saya?"
Pak Daniar dengan wajah datarnya membereskan barangnya di atas meja lalu berdiri. Dia memandangku dengan wajah datarnya yang membuatku menjadi kesal lagi.
"Temui saya jam istirahat siang nanti di ruang dosen. Sekarang kelas saya akhiri sampai di sini."
Bastard.
Setelah kelas yang hanya berjalan lima belas menit itu dibubarkan dengan alasan Pak Daniar mengisi acara seminar, sebagian kecil anak-anak kelas datang dan mengerumuni mejaku. Termasuk Mahesa dengan tatapan menyesalnya.
"Rei, maaf ya..." Dia duduk di kursi depanku yang sebelumnya di duduki Sherin. "Aku yakin kemaren sudah ngitung jumlah lembarnya dengan bener, nggak tau kalau tiba-tiba kertas tugas punya kamu jadi nggak ada di loker dia."
Aku hanya tersenyum tipis. Bukan salahnya yang menyebabkan kertas tugasku menghilang dengan gaib seperti itu. Aku curiga kertas itu tercecer atau bahkan tidak sengaja tertumpuk dengan lembar kerja mahasiswa lain yang ada di meja Pak Daniar.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENJANA | Kim Doyoung
Romance[𝐎𝐍 𝐇𝐎𝐋𝐃] Bagaimana jika dosen yang ternyata kamu sangka membencimu ternyata diam-diam menyukaimu? _______ Wang Reira adalah mahasiswa asing yang berasal dari Cina dan sedang menjalani program pertukaran pelajar di salah satu universitas yang...