Belajar dari Melati

9 1 0
                                    

     "Zee ayolah, sekali ini saja nonton aku tanding sepak bola" rengek Fatur pada Zee. Fatur dan Gea sedang berkumpul di rumah Zee.

     "Maaf Tur, bukannya aku tidak mau tapi aku tidak suka sepak bola" sahut Zee.

     "Hahaha.. Kian ini aneh, bola satu kok diperebutkan. Biar nanti aku belikan satu untukmu hahaha" Ledek Gea yang di balas dengan tinjuan di lengannya. "Lagi pula Zee harus menemaniku untuk nonton bioskop. Ada film yang sangat ingin aku tonton" lanjut Gea

     Di serang dua wanita sekaligus membuat Fatur tak lagi bersuara. Ia memilih fokus membantu Zee memilah-milah bunga melati, bunga mawar, dan beberapa bunga taman berukuran kecil yang tak dikenal ya. Fatur dan Gea memang akan datang seminggu sekali ke rumah Zee untuk membantu membersihkan dan menyortir bunga-bunga yang dibelinya langsung dari perkebunan bunga, kemudian Zee merangkainya dengan cantik.

     Zee membuat rangkaian bunga sesuai pesanan yang tak pernah sepi. Berbekal kesukaan dan keterampilan menyulap bunga Zee terus berinovasi merangkai bunga. Entah itu untuk pernikahan, dekorasi ruangan, acara lamaran bahkan kematian.

     "Zee, hampir lima tahun kita bersahabat ada yang ingin aku tanyakan" seru Fatur. "Kenapa kamu suka bunga?" lanjutnya tanpa menunggu respon sebelumnya dari Zee.

   "Karena mereka cantik" jawab Zee tanpa menoleh

     "Cantikk.... Sepertimu?" ucap Fatur

     "Ah jangan menggobal!! Zee tidak akan mau denganmu" Gea ikut angkat bicara sambil melemparkan tangkai bunga yang terlepas kearah Fatur.

     Zee tertawa lepas melihat tingkah laku kedua sahabatnya itu. Orang-orang yang mencintai Zee tanpa terkecuali. Sifat mereka unik selalu membuat Zee ceria. Fatur selalu setia dengan sifat konyolnya dan Gea yang selalu menjaga Zee dengan baik. Tak mau ada sesuatu yang buruk terjadi pada Zee.

     "Kalau bunga yang paling kamu suka apa Zee?" Fatur bertanya lagi, seakan tak mau suasana menjadi sepi.

     "Bunga Bank" celetuk Gea yang membuat Zee tertawa lebar.

     "Melati" jawab Zee singkat.

     Fatur menganggukan kepala beberapa kali. Dan benar saja ia tak ingin suasana menjadi sepi. Maka Fatur kembali bertanya pada Zee, "Kenapa?"

     "Karena warnanya yang putih bersih. Karena rupanya yang kecil tapi sangat wangi. Aku mau jadi layaknya melati" jawab Zee dengan caranya yang membuat Fatur kagum

     "Maksudnya? Kamu mau menjadi bunga? Ahh... Zee itu keinginan konyol." sahut Gea.

     Zee cekikikan mendengar kalimat yang baru saja diucapkan Gea. Ia menghela nafas, bersiap menjelaskan apa maksud dari kata-katanya

     "Aku ingin seperti melati, bukan menjadi melati Geaa. Maksudnya ituu aku ingin hatiku putih selalu seperti bunga melati. Aku ingin selalu menyebabkan kebaikan di sekelilingku meski aku hanya orang kecil, atau orang yang tak punya sekalipun. Kebaikan itu diibaratkan dengan wangi bunga melati itu sendiri" jelas Zee panjang lebar

     Fatur dan Gea yang mendengarnya seketika mengukir senyum bangga. Rasanya tak salah mereka menjadikan Zee sebagai sahabatnya,keduanya bisa belajar arti asyiknya menjalani hidup tanpa harus mengeluh dan mencaci maki Tuhan.

     Secepat kilat, Gea sudah mendekat erat tubuh Zee. Tak mau kalah mencurahkan kasih sayangnya Fatur pun ikut memeluk dua sahabatnya.

     "Zee, apa boleh aku menjadi melati juga?" Gea merenggangkan pelukannya.

     Zee mengangguk dan kembali menarik Gea dan Fatur ke dalam pelukannya.

                      ~~~~°°°°°~~~~

      Papan penghitung detik di lampu merah berangsur-angsur berkurang. Seorang Bapak membawa gitar berdiri di sebelah mobil Gea menyanyikan sebuah lagu tak dikenal siapa penyanyi mengalum sumbang. Antara lagu dan alunan musik yang dimainkannya tak pernah sejalan.

     Usai bernyanyi bapak itu mengetuk kaca jendela mobil Gea. Tangannya menengadah meminta diberi  sekedar receh yang pengemudi punya, tapi Gea bergiming.

     "Buka jendelanya Ge, berikan ini pada si Bapak" pinta Zee yang duduk di sbeelah Gea.

     "Tidak usah Zee nanti kebiasaan" serah Gea

     Zee tersenyum menanggapi kata-kata sahabatnya itu. "Kasihan.. Andai saja bapak itu ternyata mencari uang untuk hidup keluarganya tapi tidak ada yang mau membantu. Laluuu apa yang akan mereka makan yaa??"

"Kalau si bapak itu jujur. Tapi kalau dia hanya berpura-pura? Sekarang banyak modus penipuan semacam ini Zee" Gea membantah.

     "Kalau mau jadi pemberi, ya tugasnya memberi. Tidak perlu komentar dan mengira-ngira sesuatu yang buruk terhadap orang lain" jelas Zee seraya memberikan uang pada Gea agar diberikan pada si bapak pengamen yang masih menunggu di luar mobil.

     Mendengar penuturan Zee, Gea tersadar. Ia mengembalikan  uang Zee dan meraih selembar uang lima puluh ribu dari saku celananya.

     Gea segera membuka jendela dan memberikan uang itu pada bapak pengamen.

     "Terimakasih banyak, semoga lancar rezekinya. Aamiiinn.." ujar si bapak dengan girangnya dan berlalu.

     Bersamaan dengan itu, lampu merah sudah berganti hijau, Gea kembali tancap gas.

     "Kamu ikhlas memberi bapak tadi yang sebanyak itu, Ge?" tanya Zee saat mobil yang mereka tumpangi melaju menjauhi lampu merah.

     Gea mengangguk "Tentu. Aku ingin sepertiku, belajar dari melati"

     Zee tersenyum manis. Dan mobil terus melaju menuju gedung bioskop yang sudah semakin dekat.







Haii guys aku upload lagi nih...

Jangan lupa ya buat vote, komen dan share cerita ini. Biar aku tambah semangat lagi buat cerita nya..

Love you 😘😘😘😘❤❤






Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 14, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kala Cinta MenyapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang