Matanya terpejam. Selimutnya terangkat makin tinggi. Bahkan tidur nya tidak terusik dengan cahaya matahari pagi. Pintu kamarnya terbuka memperlihatkan sosok pria paruh baya yang tersenyum ke arahnya sekarang.
Pria itu menghampiri Kana yang sedang tertidur pulas. Senyumannya tak luntur dari bibirnya.
Dia mengguncang tubuh Kana pelan. Saat tangannya menyentuh dengan kulit tangan gadisnya, pria tersebut mengernyit.Panas. Kana demam.
"Ayah, eummm," ucap Kana sambil berusaha membuka matanya. Dia merasakan kepalanya sangat berat untuk bangun dari bantal empuknya.
"Kamu demam?" tanya Herman, Ayah Kana.
"Kepala ku pusing," jawab Kana.
"Kamu tidak boleh pergi ke sekolah dulu sekarang," perintah Herman tegas.
"Enggak, Kana ada ulangan bahasa Indonesia hari ini."
"Itu urusan gampang, Ayah bisa bilang ke gurumu sekarang."
"Yahh, tapi—"
"Ikutin perintah Ayah, Kana."
"Iyaa."
———
"Mana Yah?"
Pertanyaan tidak jelas itu keluar dari mulut Bimo. Herman mengernyit tidak mengerti.
"Apanya yang mana?" tanya Herman.
"Si gadis ceroboh," jawab Bimo.
"Kana maksudmu?" Bimo mengangguk.
"Dia tidak sekolah hari ini," ucap Herman.
"Lah kenapa? Mager? Biarin Yah, biar Bimo yang ke kamarnya sekarang."
"Dia sakit, Bimo."
"Lah, bisa sakit dia?"
"Sarapan udah siap, saya hitung sampai tiga gak ada suara. Semua nya harus udah selesai sarapan dalam waktu dua puluh menit." Seorang wanita paruh baya mengeluarkan suaranya ketika telinganya dipenuhi oleh kebisingan Bimo dan Herman.
"Iya istriku sayang," balas Herman kepada Istrinya.
"Dih, alay," cibir Bimo pada kedua orangtuanya.
"Sirik aja jomblo."
———
Bimo berjalan santai melewati beberapa gerombolan siswa maupun siswi. Mulutnya tidak berhenti mengunyah permen karet yang sudah ia simpen di dalam jaketnya seminggu yang lalu. Kedua telinganya disumpal dengan earphone berwarna hitam. Padahal, dia tidak menyetel musik. Aneh. Konyol. Tengil. Memang begitu sikap Bimo.
Matanya menyipit ketika melihat seorang cowok dan cewek berdiri di ujung koridor. Bimo mendekat perlahan. Lebih menyipitkan lagi matanya yang sudah sipit.
"Gue gak mau tau, lo harus bisa dateng ke acara perjodohan kita!"
"Gak."
"Lo dateng atau gue bakal bilang Papah gue dan nyuruh Papah gue buat rusak perusahaan Papah lo?"
"Cara lo rendahan banget, makanya gue jiji sama lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
La-Luna (Selesai)
Teen Fiction[Fiksi Remaja] -- Alkana Febiola Alfarieta, gadis yang biasa disapa Kana adalah seorang gadis yang belum mengetahui kehidupannya yang sebenarnya. Gadis itu memiliki wajah cantik. Berkulit putih, hidung cukup mancung, bulu mata lentik, dan mata canti...