Kamu yang di sana apa kabar? Aku rindu... biarlah dinding-dinding kamarku yang menjadi saksi seberapa besar rinduku kepadamu, tak terhingga, tak terbatas dan tak terbalas.
Mean benci libur panjang, benci dengan libur semester yang terkadang bisa mencapai satu bulan. Mean benci harus berpisah dengan cintanya, karena dia sudah terbiasa sejak setahun yang lalu untuk melihat cintanya setiap hari, tanpa absen bahkan Mean sering terlambat masuk kelas karena hal ini.
Melihat senyumnya yang begitu menggemaskan dan indah, melihat caranya berjalan, caranya berbicara, caranya berinteraksi dengan teman-temannya, kerutan di dahinya jika ia sedang memikirkan sesuatu yang serius, tatapan matanya yang terkadang jahil, gerak tubuhnya... Semua yang ada padanya Mean suka, Mean cinta, bucin memang.
Jangan lupakan feromon yang diproduksi dari badannya, sungguh amat memabukkan untuk seorang lelaki bernama Mean Phiravich, harum tubuhnya menjadi candu tersendiri dan menjadi obat penenang disaat Mean stress.
Bagi Mean yang setiap hari sudah terbiasa dengan itu semua, liburan adalah devinisi dari siksaan fisik dan batin yang sesungguhnya. Haruskah Mean berkunjung kerumahnya untuk sekedar bertemu selama masa liburan ini? Nyali Mean belum sebesar itu, dia hanyalah sebatas teman dalam ruang lingkup pergaulan seorang Plan Rathavit.
Hai kamu yang disana, apakah kamu bahagia? Aku selalu berdoa untuk kebahagianmu,aku sadar diri bahwa kebahagianmu bukanlah aku, dan tidak akan pernah menjadi aku.
Ya, Mean memang berteman dengan Plan, tapi tidak pernah lebih dariitu. Setahun setelah mereka berteman, Mean baru menyadari bahwa Plan sudah mencintai seseorang dan itu bukanlah dirinya. Hal ini karena dalam beberapa bulan terakhir sikap Plan berubah, dia tidak lagi menghabiskan waktu bersama temannya, tetapi bersama seorang gadis cantik baik dan pintar. Nama gadis itu? Mean tidak mau mengucapkannya karena dia benci.
Dan semakin kesini, hubungan Plan dan gadis ini bertambah dekat, kemana-mana selalu berdua, tertawa bersama, makan bersama,mengerjakan tugas bersama.
Mean tidaklah buta, dengan melihat itu semua dia sadar bahwa cintanya hanya bertepuk sebelah tangan, cintanya hanya sepihak dan tak terbalas. Tetapi karena tidak ada seorang pun yang mengetahui bahwa Mean mencintai Plan, maka dari itu Mean selalu menutupinya dengan rapat dan berusaha untuk terlihat baik-baik saja di hadapan teman-temannya, bersikap senormal mungkin jika Plan mengajak gadis itu untuk berkumpul bersama mereka, berusaha untuk baik-baik saja disaat hatinya teriris sakit melihat betapa perhatiannya Plan terdahap gadis itu, Mean sadar bahwa tatapan mata Plan adalah tatapan cinta, tatapan sayang dan tatapan memuja, persis seperti Mean menatap Plan jika tidak ada yang memperhatikannya.
Apakah aku dikehidupan sebelumnya berdosa sangat besar hingga saat ini aku merasakan hatiku hancur perlahan setiap harinya?
Ya Mean terluka, hatinya sakit tetapi tidak bisa untuk berhenti mencintai seorang Plan Rathavit. Walau hatinya hancur setiap hari, Mean tetap ingin merasakan bagaimana rasanya dicintai balik oleh Plan, tak jarang pula Mean berandai-andai jika suatu saat nanti dirinya dan Plan dapat saling mencintai, saling menginginkan satu sama lain.
Dan sampailah Mean di suatu titik dimana dia harus belajar untuk merelakan, merelakan cintanya untuk bahagia dengan manusia lain yang bukan dirinya. Asal Plan bahagia, selalu tersenyum, dan aura yang baik selalu mengelilinginya, Mean belajar untuk tidak berharap lagi,belajar untuk mencintai tanpa egois, asal Plan bahagia, Mean akan belajar juga untuk berbahagia untuk Plan.
Hai kamu yang selalu ada di hati dan pikiranku, pernahkah kau ingat kepadaku walau itu cuma sekilas? Dulu saat kita setiap hari masih ber-jua, aku selalu menatap punggungmu, berjalan dibelakangmu, mataku tak henti-hentinya mengikuti jejakmu, walau kamu hampir tak pernah melihatku, apalagi mengikutiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan One Shoot
Short Storypertama kali publish cerita one shoot pula hopely you can enjoy ^^ kritik dan saran ditunggu Love 2wish poreper