"aku tak ingin menjadi beban tim terus..."
°°°°°°°°°
"hah? Pfftt... Apa yang kau maksud? Hari ini bukan April Mop lho..."
"yahh... Aneh saja selama dua tahun aku hanya berdiri di bench... Berteriak... Dan... Menonton."
Kami duduk di bench dengan bola voli yang masih ada di genggamanku.
"jadi yang kau mau menjadi pemain utama?"
"yaa... Begitulah. Aku tahu aku lemah dan hanya menjadi beban tim. Setidaknya keluarkan aku ke lapangan dan biarkan aku bermain di pertandingan sekali saja. Bukan hanya di latih tanding. Aku-..."
"kau ini..." jawabnya dengan menggelengkan kepalanya. "Keputusan Kapten itu mutlak, kan?"
"ahaha! Kau benar. Tapi rasanya sakit juga tak dianggap terus menerus. Apalagi selama 2 tahun."
"aku tahu itu..."
"jadi, kumohon. Turunkan aku di pertandingan musim semi nanti. Kumo-..."
"[name]...."
Aku bungkam. Baru sekarang dia memanggilku tanpa suffix -chan atau yang lainnya.
"kau pasti tak tahu rasanya berjuang di lapangan namun akhirnya gagal..."
"hng? Ah... Umh."
"kau juga tak ingin hal itu terjadi padamu kan?"
"ya... Begitulah..."
"kalau begitu berhentilah mengoceh. Kekuatanmu tak sebanding dengan yang lainnya dan masih perlu peningkatan. Aku tahu perasaanmu. Aku mengerti. Tapi-..."
"lalu kenapa kau tak pernah merasakannya?"
Dia bungkam. Aku menggenggam bola voli di tanganku kesal. Berusaha menghancurkannya jika aku bisa melakukannya atau memiliki kekuatan super.
"biarkan aku berlatih sendiri..."
"tapi, kau-... M-maksudku-..."
"tidak. Aku tidak membutuhkan nasihat dari kapten egois sepertimu lagi. Aku tahu kau meremehkanku dan berusaha menenangkanku dengan menggambarkan betapa sakitnya kekalahan. Tapi pemain macam apa kau ini?! Takut dengan kekalahan? Hanya itu?"
"itu karena kau tak pernah merasakan kekalahan!"
"kalau begitu turunkan aku! Biarkan aku merasakannya agar aku berubah pikiran dan memutuskan untuk tidak pernah bermain lagi!"
Cukup...
Air mata mulai keluar dari pelupuk mataku. Aku sebenarnya tak ingin menangis. Tapi kenapa rasanya tak dianggap selama 2 tahun begitu menyakitkan?
"kalau begitu biarkan aku keluar saja. Aku muak kalah olehmu saat latihan. Spikemu itu monster...."
"...?!!"
Spike milikku monster? Sebaiknya kau bersihkan matamu terlebih dahulu sebelum berkata tiga kata itu.
Sudah jelas aku lemah. Sudah jelas aku tak berguna. Tapi kenapa banyak orang yang mengasingkanku hanya karena kata 'monster' yang terus menempel pada diriku?
"kapten, kenapa kau tak pernah menurunkanku? Aku juga ingin bertanding..."
"sebaiknya kau tak bertanding sekarang ini... Kami masih membutuhkan monster sepertimu di saat saat genting nanti..."
Kapten...
Kau juga menyebutku monster kan? Lalu kenapa kau tak menyingkirkanku saja daripada memelihara monster sepertiku?
Pada akhirnya aku hanya seorang monster yang dikelilingi oleh bola voli di gym ini.
********
Bel pulang berbunyi dan menandakan kebebasan bagi semua murid. Aku mengemas barang barangku dan berjalan keluar kelas menuju vanding machine terdekat.
"he? Benarkah? Setter tim voli putri keluar?"
Telingaku tak sengaja mendengar percakapan anak anak di dalam gym.
"yahh... Padahal dia setter terhebat lho. Ngomong ngomong, kenapa dia keluar?"
"dia bilang kalau dia muak menghadapi monster lagi."
"monster? Monster apa?"
"Spiker kelas 3 kita. Kau tahu kan kekuatan spikenya. Bisa bisa tulang kita patah gara gara menerima spikenya."
"maksudmu [fullname]-Senpai?"
O
"yaa... Aku lebih memilih belajar menerima Receive bersama Hikari-Senpai daripada oleh [name]-Senpai.""pantas saja dia disebut monster..."
Kuremukkan kaleng di tanganku dan melemparnya paksa ke tong sampah.
Tidak ada latihan hari ini untuk sang monster. Biarkan sang monster beristirahat dan menenangkan diri daripada mengamuk dan mematahkan tulang kalian.
Aku berjalan dengan langkah cepat meninggalkan gym. Persetan dengan para anggota kelas 2 dan kelas 3 yang akan berlatih. Aku tak peduli!
Aku hanya I-....
BRUK!!...
"ah, sumimasen. Aku tak bermaksud untuk-..."
Aku mendongak menatap laki laki dihadapanku.
"tidak apa apa, tidak apa apa. Tidak ada yang sakit kok. Oh ya. Apa latihan klub voli putri-... Tunggu!! Kau-...!!"
Aku kaget dengan teriakannya yang tiba tiba. Laki laki dengan gaya rambut-err... Aneh ini tiba tiba menunjukku secara tiba tiba.
"a-aku?"
"ya ya. Kau. Kau monster itu kan? Ya kan? Pemilik spike monster itu kan?!"
Ohh... Voli putra...
"itu bukan aku. Memangnya kenapa?"
"kukira kau si monster itu. Tidak. Hanya memastikan. Aku dengar kalau klub voli putri akan dibubarkan. Jadi-..."
"HAH?!!"
AUTHOR POV
"HAH?!!" dengan secepat kilat [name] berlari meninggalkan laki laki berambut merah tadi.
"ada apa?"
"ah! Wakatoshi. Tidak. Tidak ada apa apa. Hanya bertemu monster klub voli putri."
Beberapa anggota lain menyusul sementara laki laki bernama Sapiji-... Ralat. Ushijima Wakatoshi itu sedang berfikir keras tentang kata 'monster' yang diucapkan Tendou.
'hantu kah?..."
____________________
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Volleyball!! [Ushijima x Reader]
RandomApa yang akan kau lakukan ditengah keegoisan seseorang? Menyerah dan menunduk di hadapannya begitu saja? "jadi, apa salahnya kita menjadi egois juga?" Pair: Ushijima Wakatoshi x Reader Haikyuu!! © Haruichi Furudate Volleyball!! © Grimsley_Unova