Curahan Hati Utari

25 2 4
                                    

Utari terduduk lesu di antara dua pusara yang masih merah tanahnya. Bunga-bunga tabur masih tampak segar menutupi dua gundukan tanah itu. Di salah satu makam, tertulis nama "ABIMANYU" di papan kayu sedangkan satunya tertulis "SITI SUNDARI". Dengan menahan isak tangis yang membuat sesak dadanya, Utari meletakkan seikat mawar merah di atas pusara Abimanyu.

Abiem, terima kasih sudah mewarnai hari-hariku dengan kasih-sayangmu. Walau kita hanya sebentar saling kenal, kasih sayangmu takkan pernah hilang dari hatiku. Selamat jalan, Sayang. Mimpi indahlah di tidur panjangmu!

Utari tak kuasa menahan air matanya tumpah. Dia terisak beberapa saat. Dia mulai belajar menerima kenyataan bahwa Abiem unyu nya tidak akan bisa kembali, sekeras apapun dia tangisi. Dihelanya nafas panjang. Diusapnya air mata yang meleleh di pipinya. Utari meletakkan seikat mawar yang lain di pusara Sundari.

Sundari, sungguh aku cemburu kepadamu. Betapa kamu sangat mencintai Abiem hingga akhir hayatmu. Aku cemburu kepadamu yang bisa membuktikan cinta sehidup-sematimu. Betapa bahagianya dirimu, Sundari, di sana kamu telah bertemu dengan Abiemmu, Abiem yang sama, yang kucintai. Selamat jalan, Sundari. Tolong, jaga Abiem untukku.

Perlahan, Utari bangkit dari duduknya. Langkahnya berat meninggalkan dua pusara itu. Tak ayal, dia berhenti. Kembali dia pandangi kedua gundukan tanah yang bertabur bunga-bunga itu.

Abimanyu, Siti Sundari, maafkan aku yang telah hadir dalam kisah cinta kalian. Jika kelak aku menyusul kalian, ijinkanlah aku untuk tetap menjadi salah satu bidadari yang bersama Sundari mendampingi Abimanyu.

Cinta AbiemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang