Lidya kini menyandar di salah satu sofa di kamar tamu. Ia mengelap keringatnya yang membanjir. Zhiro datang dan merangkulnya, Lidya memilih menyandarkan kepalanya di pundak lelaki itu.
"Tenang saja, dokter sudah mengatakan jika dia hanya kelelahan," gumam Zhiro berusaha menenangkan. Lidya mengangguk pasrah. Zhiro tetap saja membelai rambut istrinya, semakin menenangkan.
"Apa yang ia lakukan sampai ia seperti itu? Cahaya matahari telah terik dan dia sama sekali belum membuka mata," keluh Lidya dengan mata yang berkaca-kaca.
"Dia akan baik-baik saja." Zhiro mengelap air mata Lidya yang belum sempat menjejaki bumi. Lelaki itu sangat menyayangi Lidya lebih dari dirinya sendiri.
"Benar yang dikatakan Zhiro, kau harus tenang." Dimas mencoba ikut menenangkan dan memecahkan hening pada dirinya sendiri. Lidya mendongakkan kepalanya dan mengangguk pelan.
Pintu dibuka lebar. Sepasang suami istri datang dengan tergesa-gesa. Mereka adalah Farah dan Ghany. "Oxy telah sadar?"
Mereka bertiga serentak menggelengkan kepala. Lidya menghela nafas kasar, ia menatap Oxy begitu prihatin.
"Kemarilah," gumam Farah yang duduk di sebelah Zhiro. Zhiro memberikan istrinya dan akhirnya ia berdiri mengecek keadaan Oxy lagi.
Suhu tubuhnya seakan menaik, dia tidak dalam kondisi normal. "Bu Edah!"
Seorang wanita paruh baya datang dengan terengah-engah. Dia mengamati ke sekitarnya. "Iya, ada apa tuan?"
"Tolong ganti air kompresan ini. Dia akan semakin pulih," ujar Zhiro sembari memberikan wadah air tersebut. Bu Edah mengangguk mengerti lalu keluar dari kamar.
Zhiro kembali mengamati Lidya, wanita cantik itu kini dalam keadaan yang membuatnya merasa tidak tega. Ia tidak menangis tersedu-sedu, namun air matanya cukup memberatkan hatinya. "Berhentilah menangis, aku seakan tersiksa."
Ia melangkah pelan dan berjongkok. Memegangi kedua tangan Lidya dengan lembut. "Berhentilah menangis.... Untukku."
"Tersenyumlah." Zhiro menghapus air mata Lidya dan mengecup lembut keningnya. Lidya semakin tidak enak hati dengan kondisinya kini.
"Aku ada di sini dan tidak mungkin aku membiarkan sesuatu hal terjadi pada Oxy," terang Zhiro dengan lebih meyakinkan.
Lidya mengangguk pelan dan tersenyum. "Maafkan aku," lirihnya.
"Baguslah, mama dan papa akan beristirahat sebentar. Rapat dengan pihak James akan diadakan siang ini," gumam Farah beranjak keluar.
"Mama beristirahat saja di rumah, Lidya yang akan mengurus rapat itu. James terkenal dengan keras kepalanya dan ia tidak mungkin akan membantah," gumam Lidya merasa yakin.
"Kau yakin? Jangan memaksakan keadaanmu Lidya," ujar Ghany yang heran. Dimas dan Zhiro menoleh dan menatap Lidya dengan tatapan heran. Baru saja ia merasa terpukul hatinya dan kali ini ia akan datang di suatu rapat yang lumayan besar.
"Benar yang dikatakan Om Ghany. Lihat Oxy, dia masih dalam keadaan lemah," gumam Dimas mengiyakan perkataan Ghany.
"Papa dan Mama tenang saja, aku yang akan datang di rapat siang ini. Dan aku akan menjamin jika Groye's Group akan menang darinya. Kalian beristirahatlah," gumam Lidya dengan tersenyum riang.
Farah dan Ghany saling menatap dan akhirnya saling tersenyum. "Terserah kalian saja. Siang ini kami akan berbelanja."
Mereka berdua memilih meninggalkan ruangan. Kini, Dimas dan Zhiro menatap Lidya dengan sangat heran. "Kau benar-benar yakin?"
"Apa yang terjadi sekarang? Kalian meragukanku," duga Lidya berbalik. Dimas dan Zhiro serentak menggeleng.
"Jadi?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Leave The World with Yourlove [Lathfierg Series] [End]
RomanceBook 3 of Lathfierg Series Tuntutan ekonomi yang menjadi penyebab masuknya Laila Nurfajah ke dalam kehidupan Oxyvier Lathfierg. Ditambah lagi dengan pekerjaan Oxy yang semakin memadat membuatnya harus mencari pengganti Lidya dengan segera. Mereka be...