🐥 S E P U L U H 🐥

171K 19K 3.1K
                                    

Typo adalah jalan ninjaku mohon koreksi dan sarannya.

***

TEEEEEEETTTT

Akhirnya.

Senyum di wajah anak sulung Arthur merekah. Sedari tadi jam dinding kelas sepertinya sudah salah tingkah karena selalu ditatap intens oleh anak kecil dan kini rasa itu sudah hilang karena ia akan segera pulang.

"Aya, Kea mau eek." Gerakan semangat Ayana yang hendak memakai tas ranselnya mendadak terhenti. 

"Yaudah, sana bilangin dulu sama Bu Indkhi. Aya tunggu di bus." Yah, sekolah mereka menyediakan bis antar jemput bagi siswanya yang mau. Ayana dan Keana lah diantaranya.

"Temenin Kea dong." Wajah Keana terlihat memelas.

"Is, masa itu aja gak bekhani sih. Tuh, sama Bu Kiki aja." Ayana mengarahkan pandangannya pada perempuan berkacamata yang sedang berdiri depan Bu Indri di daun pintu kelas.

"Aya juga tadi disuruh maju nulis angka dua gak berani!" Keana sukses mendapat tatapan tajam dari kakaknya.

"Yaudah, ayo, gak usah izin sama ibu gukhu." Keana mengangguk lega setelah mendapatkan jawaban dari kakaknya yang baik. Buru-buru Keana memakai tasnya lalu menarik tangan Ayana berlari menuju toilet.

Sesampainya keduanya buru-buru memasuki salah satu bilik toilet setelah menutup pintu utama toilet lebih dulu. Sedikit informasi, toilet sekolah mereka itu seperti toilet di tempat umum yang awalnya memasuki ruangan yang cukup besar tempat beberapa wastafel lalu masuk lebih dalan terdapat lagi beberapa bilik yang berisi kloset beserta beberapa keperluan umum toilet.

"Khok-nya dilepas aja. Takut kena eeknya. Nanti kecium sama satu bus." Keana mendadak takut setelah mendengar saran dari Ayana yang berdiri tepat di depan bilik Keana yang pintunya masih terbuka. Buru-buru Keana melepaskan tasnya lebih dulu lalu ia gantungkan pada gantungan yang tersedia pada bilik toiletnya. Setelah itu ia melepas rok, celana pendek, dan juga celana dalam kemudian ikut digantungkan.

"Aya mau nggak nemenin Kea di dalam?" Lagi-lagi Keana memasang wajah memelasnya.

"Nggak mau lah! Bau tahu!" Ayana tak sebaik yang tadi lagi.

"Kalau gitu pintunya Kea buka aja, ya?"

"Jangan! Nanti tiba-tiba Om Didin masuk, tekhus kecium sama eek kamu, Omnya pingsan. Aya gak mau, ya, bantuin Kea angkatin Om Didin." Ayana mulai menjual nama lelaki penjaga sekolah.

"Yaudah, iya." Keana pun menutup pintu bilik toiletnya. Ia duduk di atas toilet dengan was-was dan tetap mengawasi kaki Ayana dari bawah pintu.

Baru satu menit Keana melepaskan beberapa kesulitannya, suara tak sabaran sang kakak mulai terdengar. 

"Kea, udah belum?"

"Belum. Dikit lagi." Keana masih mengawasi kaki Ayana. Keana mendadak panik ketika melihat kaki Ayana bergerak dan berjalan ke arah kanan. "AYA MAU KEMANA?!"

Ayana tidak menjawab, ia hanya berjalan ke arah bilik yang berada tepat di sebelah Keana. "Aya capek bekhdikhi. Aya mau duduk." Ayana menurutkan penutup kloset yang terbuka, lalu mendudukinya setelah menutup mulut kloset dengan sempurna.

"Oh, jangan tinggalin Kea, ya." Keana bernapas lega ketika melikat kaki sang kakak yang menggantung di depan kloset.

"Iya." Jawab Ayana singkat. "Kea tahu nggak cekhitanya Nina?"

"Cerita apa?"

"Tentang toilet ini. Katanya sekolah kita dulunya bekas khumah sakit. Terus disini kalau kita udah pulang sekolah sekhing kedengekhan suakha aneh. Om Didin juga katanya sekhing nemu khambut panjang disini."

Jajar Genjang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang