Tentang apa yang tak bisa dilihat

59 23 40
                                    

   Embun pagi menyapa dunia, sinar menatari masuk dan merambat melalui celah celah jendela kamar dan membelai mata yang tengah terpejam nyenyak. Terdengar suara deringan jam weker yang berbunyi nyaring dan membangunkan gadis kecil yang masih terlelap dalam mimpinya. Tangan mungil itu menggapai jam weker tersebut agar tak berisik lagi, usai mematikan jam weker tersebut gadis kecil itu kembali tidur dan bersembunyi di balik selimutnya.

   Tak lama gadis kecil itu kembali tidur dan terdengar suara ketukan pintu, ia bersingkut dan merasa terganggu oleh ketukan tersebut.

  "Iya, iya aku bangun,” ujar gadis itu kesal dan suara ketukan pintu tak lagi terdengar.

   Gadis kecil itu kembali tidur dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimutnya. Setengah jam berlalu ia masih saja tak beranjak dari tempatnya semula. Kini kembali terdengar ketukan pintu disertai suara.

   "Sayang, kamu tidak mau bangun nak?” tanya mama sambil mengetuk pintu.

   "Iya mah, aku udah bangun kok,” ucapku serak.

   "Ya udah, cepetan bangun habis itu turun dan sarapan,” ujar mama.

   Suara langkah kaki yang perlahan menjauh menandakan mama sudah tak berada lagi didepan pintu kamarku. Dengan malas ku pergi ke kamar mandi dan membasuh tubuhku dengan air hangat.

****
   Seorang gadis kecil yang berusia sekitar enam tahun kini keluar dari kamarnya dan melihat keadaan yang sudah sepi. Di meja makan terdapat makanan yang sudah disediakan untukku. Dengan perasaan sedihku berusaha untuk memakannya walau sedang tak bernafsu untuk menyantapnya.

   Hari ini dunia sangat cerah dan mentari menyinari dengan cahayanya yang terik. Terlihat dari jendela kamarku terdapat beberapa anak yang tengah bermain dengan asiknya. Kulihat seorang bocah lelaki yang tengah mencoret coret tanah dengan kayu sebagai media tulisnya, tanpaku sadari ia juga melihat kearahku dan tersenyum dan aku membalasnya sekilas lalu berlalu pergi karena malu.

   Kubersembunyi di balik gorden jendela kamar. Ku buka celah kecil dan mengintip melalui celah yang kubuat. Bocah lelaki itu menatap heran kearah jendela kamarku dan berlalu pergi.

   Kecewa, sedih itulah yang aku rasakan bagaimana tidak? Aku menginkan seorang teman namun aku sangat takut.

   Hari semakin siang dan aku semakin kesepian akibat tak memiliki teman. Home schoolingku masih sekitar dua jam lagi dan aku benar benar bosan, dengan langkah berani ku berjalan kearah pintu dan membukanya. Udara segar menyapaku dan keramaian menyambutku.

   "Hai,” sapaan dari seorang anak

   "Y-ya,” jawabku gugup

   "Kamu gadis yang sering mengintip didepan jendela itukan?” ucapnya sambil menunjuk kearah jendela kamarku. "Oh kenalin namaku Ilham Pradana,” Sambil mengulurkan tangannya.

   "Divanda Aluia," jawabku sambil menyambut uluran tangannya dengan takut. Dan bocah lelaki itu tersenyum riang.

   "Kamu akan mati!"

   "Hah?! Apa maksudmu?" seketika senyumannya luntur dari wajahnya

   "Kamu akan mati!" ulangku

   "Jangan bercanda! Kematian tidak ada yang tau kapan," sarkas bocah lelaki itu dengan gemetar.

   "Tidak, kamu akan mati!" ucapku lagi

   "Kamu itu jangan bercanda!" bentak anak yang bernama Ilham itu

   "Kamu memang akan mati!" ucapku sekali lagi dengan nada yang lebih tinggi.

   "Dasar gadis aneh!" bentaknya

   "Kamu akan mati!" kali ini suaraku melirih dan kepalaku menunduk kebawah.

   "Dasar gadis aneh! Hey teman teman gadis aneh muncul," soraknya keras dan anak anak lain datang dan memperhatikan.

   "Kamu akan mati!" ucapku lirih dan bergetar.

   "Dengar itu?!!" dia bilang kalo aku akan mati. Bwahahahahahaha," tawanya keras lalu diikuti oleh yang lain.

   "Gadis aneh.. Gadis anehh!!" sorak mereka sambil mengelilingiku.

   "Sudahlah tinggalin gadis aneh ini. Lebih baik kita main aja yuk," ucapnya sambil berbalik dan jalan duluan.

  "Kamu akan mati!" ucapku lirih.

   Brukkkkk
   Suara benturan keras terdengar dan semua menyaksikan kejadian tragis itu. Truk kontrainer datang dengan kecepatan tinggi dan menabrak anak yang bernama Ilham tadi. Semua anak menjerit histeris dan orang orang mulai berkumpul untuk menolong atau hanya sekedar menyaksikan.

   "Sudah ku katakan padamu, bahwa kau akan mati!"

For Time [Slow Update^^]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang