Kau tahu, laki-lakiku menelepon. Ia bilang telah memutuskan hubungan dengan perempuan itu.
"Kau memeluknya? Dia menangis?" tanyaku. Hanya itu yang langsung terpikirkan. Kasihan perempuan muda itu. Laki-lakiku bilang cerita mereka hanya seperti angin lalu. Dan, tak ada yang perlu ditangisi. Ah, aku memang tak berharap perempuan itu menangis.
Aku memejamkan mata mengingat percakapan kami tadi malam. Percakapan dini hari, tepatnya. Ah, laki-lakiku, aku tahu ia jujur. Dia tak akan menghubungi perempuan itu lagi. Dia hanya akan ada untukku. Dan, aku untuknya. Sekarang, kami hanya perlu menjalani hidup. Hati kami telah terpaut dan tak akan terpisahkan. Apa pun yang menghalangi.
"Dia benar-benar menerima kau memutuskannya?" tanyaku kembali kepada laki-lakiku sebelum kami mengakhiri percakapan.
Laki-lakiku terdiam sejenak. "Iya. Sepertinya," ucapnya kemudian.
Aku menangkap keraguan dalam suaranya. Benarkah? Membuat mataku tak bisa terpejam hingga pagi.
Lalu, sesuatu tercetus di benakku.
Aku harus membuat perempuan itu tak lagi berharap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Sedih tentang Cinta
Short StoryKisah tentang seorang laki-laki dan perempuan lain di hatinya. *** seperti menggenggam takdir di tanganmu. seperti apa rasanya? mungkin, aku akan takut memejamkan mata, takut genggamanku terbuka, dan tiba-tiba saja ia tak lagi di sana. aku akan memb...