1. Putriku

1 0 0
                                    

Pukul 14:20
Rumah Aninda(Nenek Zhara)

"Bu, sungguh cantik cucu mu ini. Aku sangat menyayanginya. Dia sudah bisa mengambil hati banyak orang semenjak ia lahir dan tiba ditengah-tengah kita.." (Ucap Arina sambari tersenyum dan menatap gemas bayi Zhara)

Aninda tersenyum senang dan kembali meraih Zhara kecil ke dalam pangkuan hangatnya.
"Hemhemhem😊 Cucuku ini memang sangat manis dan menggemaskan. Jika saja Alizah ada maka dia.....(sontak senyumnya terhenti dan mulai flashback tragedi beberapa bulan yang lalu pada Anaknya)"

*Flashback on
....
"...Ini bayiku, kuberi nama Zhara.. tolonggg jagakan puteriku.. untukku, Bu...  Jang..aan biarkan bayangan masa lalu ku merenggut kehidupan puterikuu
.. Beri Dia segala kebahagiaan dann Kasih sayang.. akkh..Ak..kku sang...att.. sssangatt menncintai Puteri kuu... Ber..rrjannji..laah..Buu..!"
Ucap Alizah tersendat-sendat ditengah ruh nya sudah diujung tenggorokannya.
Alizah menyerahkan bayinya pada Aninda (ibunya Alizah) kemudian tersenyum sedih yang berasa berat tangannya melepas putrinya. 

"Ti..tidaakkk Nak!! Kamu harus membesarkan putri mu..! Kamu harus kuat Nak..anakmu sangat membutuhkan dirimu..! (teriak Aninda histeris dan penuh air mata sakit menyaksikan kepiluan itu di mata nya.

",Tidak.. Bu.. Tugasku sampai disini... Akkh..A ku amanahkan Zhara padamu Bu.. selagi Engkau mampu tolong selalu lindungi dia Buu.. Aku men..Cin..Taaiinyaahh..Akkh! LAA Ilaaha illallaahh.. (jatuhlah tangannya dan terpenjam damai sudah kedua mata itu)".
ALIZAH kini sudah pergi dengan meninggalkan seorang bayi mungil sebagai amanah besar untuk Aninda.

Aninda yang masih syok menyaksikan anak sematawayangnya berdarah-darah setelah kecelakaan itu yg akhirnya membuat nyawanya terenggut, diambilnya  bayi mungil itu lalu diselimutinya dengan kerudungnya kemudian dipeluknya erat dalam dekapannya memastikan kulit bayi itu merasakan kehangatan kasih seorang nenek. Aninda mencium lama kening bayi mungil itu diiringi tangis yang tak henti-hentinya.

Aninda tak mampu berkata apa-apa dan langsung lari membawa bayi itu agar selamat dari para pembunuh bayaran yang mengincar-incarnya.
Ia menangis dan lari tunggang-langgang membawa anak bayi itu yang tetap tenang dalam dekapannya dan tak mau menangis.

Aninda lari hingga sampai di sebuah perkampungan kecil lalu meminta bantuan pada warga agar memeriksa kondisi anak dan menantunya ke dalam area bahaya tadi. Namun warga menolak dengan alasan jalan itu jika malam hari banyak memakan korban terutama karna ulah para perampok dan pembegal. Demi keselamatan nyawa warga tidak berani, dan baru akan berusaha membantu besok pagi untuk mencari jasad anak dan menantu dari Aninda.

Aninda yang mendengar jawaban mereka hanya  bisa diam dan sesak sekali nafasnya tak kuasa menahan air mata yang terus bercucuran, dan fakta bahwa anak dan menantunya telah tiada serta amanah bayi kecil yg kini dipelukannya. Kepalanya tiba-tiba begitu pusing berkunang-kunang dan kakinya serasa tak mampu lagi menyangga tubuhnya..
Akhirnya Aninda memeluk erat bayi itu kemudian ia terduduk lemas dan pingsan.
.....

*Flashback off*

"Hemm..(memegang pindak Aninda) Saya bisa merasakan apa yang ibu Ninda rasakan saat ini.. Ini memang berat dimana Engkau harus kehilangan menantu sekaligus anakmu secara bersamaan, tapi lihatlah bayi ini Bu..(melirik bayi itu dan mengelus kepalanya) Bayi ini hadir sebagai kebahagian untukmu.. Dia hadir sebagai anugerah bagaikan pelangi setelah hujan badai. Dia anaknya Alizah, Dia akan menjadi Alizah kedua mu Bu.. dia akan mirip sekali dengan ibunya☺️" ucap Arina.

Ucapan bijak Arina menerbitkan sebuah senyum di bibir Aninda.
"Hmm😊 kau benar Nak.. Aku bersyukur memiliki Zhara di hidupku. Dia akan sangat kusayangi dan akan selalu kulindungi semampuku. Tak kan kubiarkan dia tau kepiluan kisah ibunya dan kronologi kematian ibunya. Aku akan memberinya banyak cinta (memeluk bayi Zhara mungil dan mencium bayi itu dengab lembut)".

"Pasti Bu.. Aku juga akan membantu mu agar Zhara tidak mengetahui kejadian masa lalu orang tuanya. Aku akan ikut membesarkan Zhara disamping membesarkan putra ku Qays. Mungkin kelak bisa dijodohkan hehehe"
ucap Arina sembari melempar senyum jahil pada Aninda. Dan dibalas tawa kecil Aninda.

Kemudian disudut rumah itu pecah tawa kecil Aninda dan Arina. Mereka sambil memangku dan menggoda memanggil Qays yang tadinya berlarian dengan pesawat mainannya.

"Apa?? Apa itu dijodohkan Bu..?" Tanya Qays dengan polosnya dan membuat Arina dan Ninda terpingkal.

Qays menggaruk-garuk kepalanya sambil terus melontarkan pertanyaan-pertanyaan polos khas anak kecil usia 5 tahun, namun tetap hanya direspon tawa oleh ibunya dan nenek Aninda nya.

"Kenapa ibu dan nenek tertawa terus?
Apa dijodohkan itu rasanya manis seperti manisan buatan ibu setiap tahun baru ya Bu..???" Ucap Qays sekali lagi hingga Aninda sakit perut karna terus dibuatnya tertawa.

"Hahaha..tidak Qays Sayaang.. dijodohkan itu jauuuh lebih manis daripada manisan buatan ibumu. Dijodohkan itu akan terasa seperti..sepertii..seperti saat kamu kendapatkan seisi dunia dan kasih sayang sebanyak yang kau mau tanpa terkecuali"
Ucap Aninda menggurui Qays.

"Waahh.. Benarkah?! Benarkah nenek?!
Kalo begitu aku mau dijodohkan sama adik kecil Zhara." Ucap Qays Antusias sambil mencubit lembut kedua pipi Zhara lalu mencium pipi bayi Zhara mungil.

Hal itu membuat Arina dan Aninda tertawa puas dan senang dengan tingkah lucu  dan polos Qays pada Zhara.

"Hei heii..putraku Sayang. Dijodohkan itu bukan cuma sekedar itu. Tapi kamu juga haarus memberikan sesuatu untuk adik kecil Zhara. Barulah dunia mu akan saaangatt saangaaaaatttt BAHaGIAA..🤭☺️" Goda Arina pada Qays yang mulai mengernyitkan dahi nya.

"Baiklah apa yang harus aku berikan untuk adik kecil ku???"
Ucap Qays dengan polosnya.

"..kamu harus selalu memberi adik kecil Zhara mu ini Cinta dan Sayang, Naak...(mengambil dan memangku bayi Zhara) dengan selalu berbagi kasih sayang dengan adik kecilmu ini, maka kehidupan kalian akan sangat Sempurna.. kamu harus selalu melindungi Zhara ya Nak.. jangan pernah buat dia menangis. Selalu jagalah senyum manisnya ini tetap diwajahnya Yaaah...😊" Ucap Arina yang dibalas tatapan senyum hari oleh Aninda dan dibalas senyum mungil dibibir Qays.

"Baik Bu. Zhara akan selalu BAHAGIA.. Qays dan Zhara akan selalu bersama selamanya. Qays akan jaga adik kecil Zhara."
Ucapan Qays kecil yang masih berusia 5 tahun namun sudah seperti bijaknya orang dewasa membuat Aninda memeluk Qays dan meneteskan air mata.

"Berjanjilah padaku Sayang.. Kamu akan selalu melindungi Zhara.. jadilah jodoh yang baik buat Zhara mu Yaa"
Aninda melepaskan pelukannya dan menatap lekat mata Qays dan mencium kening Qays.

"(Qays menganggukkan kepalanya).. Qays berjanji Nek." ucap Qays dilanjutkan dengan mencium pipi Zhara lagi dan kali ini sampai membuat bayi Zhara kegelian dan tertawa-tawa terpingkal.

Sejak saat itulah Qays tumbuh bersama-sama dengan Zhara. Dan Qays tidak pernah lupa dengan janji yang dia ucapkan pada Nenek Aninda Nya.
Qays selalu memerhatikan kemanapun Zhara pergi. Karna rumah Zhara dan rumahnya gandeng dan itu memudahkannya untuk selalu main dengan Zhara.

🌺🌺🌺

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 16, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ZHARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang