Pagi-pagi sekali bryan sudah berada didepan pintu apartmentnya, rasa bersalah karna tidak menepati janjinya pada ersya semalam membuatnya sepagi ini sudah berada disana.
Ketika pintu apartment itu terbuka bryan sayup-sayup mendengar ersya muntah dikamar mandi.
"Sayang? Kamu nggak papa?" Teriak bryan dari arah pintu masuk.
Ersya yang mendengar teriakan bryan buru-buru memutar kran air untuk membersihkan sisa darah yang dia muntahkan barusan.
Bryan yang tidak mendapat jawaban dari ersya langsung saja membuka pintu kamar mandi itu.
"Kamu gapapa?" Tanya-nya lagi membuat ersya terkaget dan langsung bergerak memunggungi wastafel itu untuk menutupi semuanya dari bryan.
"Aku gapapa.. hum cuma masuk angin kayaknya" ucap ersya kini melihat kearah wastafel yang sudah mulai bersih karna aliran air kran itu.
"Yakin?"
"Hm iya.." ersya pun berkhilah sambil mematikan air yang mengalir itu, dan berjalan melalui tubuh bryan yang masih berdiri di depan pintu kamar mandi.
"Kenapa sepagi ini datengnya, tumben banget?" Ucap ersya santai yang kini duduk di sofa depan tv, menekan tombol on pada remot untuk menonton siaran pagi.
Bryan menyusul.. "kamu marah ya sama aku? Kamu ga bales chat aku semalam? Cuma di read doank."
"Hum gak kok.. kenapa harus marah.. aku udah tau, pasti kamu ga akan balik semalam, lagian acara keluarga kan biasanya bisa sampe malam"
"Hmm iya, tapi kamu yakin ga marah kan?"
"Nggak bryan.. aku ga marah.." ucap ersya dengan nada rendahnya, meyakinkan bryan bahwa dia sama sekali tidak marah.
Mungkin semalam ersya sempat kecewa karna bryan tidak menepati janjinya, namun karna pria itu rela datang sepagi ini untuknya maka tidak ada lagi alasan yang bisa membuat ersya marah kepada kekasihnya itu.
"Sayang?, mungkin untuk beberapa bulan kedepan, aku bakal sibuk banget deh.." ucap bryan mengingat bahwa ayahnya robert meminta bryan untuk mulai mengurus perusahaan.
"Kenapa?"
"Papa bilang, dia mau aku ikut buat jadi bagian dari perusahaan, dia mau ajarin aku gimana cara ngurus perusahaan yang baik. so kemungkinan aku bakal jarang nginep disini, gapapa kan?" ucap bryan
"Hmm gitu, yaa gapapa, justru bagus dong, kamu harus bener-beber belajar ya.. biar nanti kalau kamu udah jadi pemimpin perusahaan jadi ga kelabakan lagi"
"Iya.. makanya papa minta aku bantu-bantu dikantornya, aku takut ga sempat bagi waktu antara kuliah, kantor, sama kesini"
"Kamu ga perlu khawatirin itu sayang.. nanti kalo kamu punya waktu luang kita kan bisa ketemu.. hum mungkin hubungan kita juga butuh waktu senggang buat diri masing-masing, ga harus tiap hari ketemu kan? Justru kalo jarang ketemu, kangennya jadi makin nambah, iya kan?" Ucap ersya terkekeh
"Iya juga sih, Makasih ya sayang, kamu udah mau ngertiin aku" bryan mengecup kening ersya singkat.
"Sama-sama, oh iya, hari ini aku juga mau mulai cari kerja" ucap ersya
"Cari kerja? Emangnya kenapa harus cari kerja? Kamu butuh apa sayang? Kamu tinggal bilang"
"Aku nggak mau repotin kamu lagi, aku pengen cukupin kebutuhan aku sendiri tanpa bantuan dari kamu atau siapapun, kamu izinin aku buat tinggal disini aja aku udah ngerasa terbantu banget, aku gak mau bebanin kamu buat menuhin kebutuhan aku juga sayang"
"Tapi aku gak ngerasa terbebani sama sekali.."
"Bryan, kamu bisakan hargain keinginan aku juga? Aku dukung apapun keputusan yang kamu mau, kamu juga bakal lakuin hal yang sama kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PAINKILLERS
RomanceCerita ini menyangkut kesedihan, pengorbanan, dan cinta yang begitu besar dimana nantinya terluka adalah hal biasa untuk-NYA. Bagaimana penawar rasa sakit-NYA selama ini yang akan menuangkan racun tetes demi tetes dalam gelas air yang akan dia tegu...