Bab I

1K 104 5
                                    

Jarum jam saat ini telah menunjukkan pukul 1 dini hari, namun Jennie sepertinya belum berminat untuk memejamkan matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jarum jam saat ini telah menunjukkan pukul 1 dini hari, namun Jennie sepertinya belum berminat untuk memejamkan matanya.  Pandangan nya kosong menatap halaman novel yang sedari tadi tidak berpindah dari tangannya. Pikirannya berkelana, mencari arti dari perasaan yang daritadi mengusik hatinya.

Pangilan masuk membuat Jennie tersadar, keraguan menerpa hatinya sesaat, seolah membisikkan, ada hal buruk yang akan dia terima. Dengan tangan gemetar, Jennie meraih ponselnya dari atas nakas dan menggeser ikon terima panggilan.

"Yeoboseyo?" Sapa Jennie dengan suara bergetar. Sungguh, Jennie saat ini tidak dapat menutupi perasannya.

"Dengan Jennie-ssi" Jennie dapat mendengar suara lelaki dari seberang panggilan. Jennie merasakan degup jantungnya semakin cepat. Perasaan tidak enak semakin menyeruak dalam hatinya.

"Kami dari rumah sakit SNU, menghubungi anda yang terdaftar sebagai nomor darurat Lee Taeyong. saudara Lee Taeyong baru saja terlibat kecelakaan mobil. Kami berharap anda bisa datang ke rumah sakit secepat mungkin, ruang gawat darurat. "

Jennie terdiam, hanya ada suara dari sambungan terputus yang mengisi keheningan di kamar itu. Jennie merasakan napasnya terhenti, sesak didadanya menyusup tanpa perintah, serta detak jantung yang semakin menggila. Jennie sadar, saat ini, ada yang hancur di dalam hatinya,

Laju jantung Jennie semakin cepat, seiring dengan laju mobilnya saat ini. Sepinya jalanan dengan lampu lampu penerangan di sisinya, sama sekali tak membuat keresahaan di hatinya. Karna tidak ada yang Jennie fikirkan selain segera sampai di Rumah sakit. Pipi yang basah, serta doa yang tak henti dia rapalkan, menjadi saksi kerapuhannya.

Begitu sampai di lokasi parkir rumah sakit, Jennie bergegas keluar. Berlari tanpa memikirkan kondisinya sendiri. Dinginnya malam yang menembus kulitnya yang hanya terbungkus kardigan tipis, bahkan tak sempat membuatnya mengeluh.

'Taeyong.. Taeyong.. Taeyong' Hanya itulah yang dia fikirkan saat ini. Nama yang terus dia gemakan dalam pikirannya, seiring dengan detak jantungnya yang bertalu keras.

Jennie melangkahkan kakinya cepat menuju tempat resepsionis, menerima berita seburuk apapun tentang tunangannya itu.

Kedatangan Jennie yang penuh kepanikan pada dini hari, menarik beberapa perawat yang bertugas di unit gawat darurat itu, melangkah perlahan, Jennie menghampiri sang perawat, "Tae.. Ah, Lee Taeyong" Ucapnya dengan suara bergetar.

"Aah" Jennie menangkap nada mengasihani disana, membuat pikirannya semakin kalut, ketakutan semakin menghantui gadis bermata kucing itu. "Mari ikut saya, untuk menemui dokter yang menangani saudara Lee Taeyong." Tangan Jennie menggepal erat, melangkah dengan gemetar mengikuti perawat yang berjalan lebih dulu di depannya.

Saat ini, Jennie bahkan takut, takut untuk sekedar berharap lebih.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Memory Of Love (COMPLITED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang