Liontin Cinta (5)

122 8 0
                                    

Terangnya sang mentari pagi telah tampakkan sinar dhuha yang bisa membuat bertambahnya rizky, bagi setiap orang yang mau melaksanakan kesunahan muakkad ini. Alangkah lebih indahnya sang mentari, bila ia bersinar tanpa ada awan hitam yang menutupi senyum manisnya. Walaupun begitu, nur itu tetap tidak bisa menerangi gelapnya hati seseorang yang telah terjerumus dalam lubang keterpurukan atas rohmatNya. Walaupun beberapa orang telah berlalu lalang lewat dihadapannya. Namun, pandangan ini tetap kosong tak memancarkan aura yang dapat membuat orang lain bahagia. Shimfony berdawai lantunkan lagu sedih telah terpancar dari sorot mata indahnya.

Hanya benda inilah yang selalu dapat menghiburnya, agar bisa tersenyum mengenang setiap history indah di kala bunga-bunga cinta tengah merekah di antara mereka. Di dalamnya, bersanding wajahnya dengan sang kekasih yang terbalut rapi dalam benda berbentuk hati ini. Kenangan yang masih tersisa dari lembaran kisah cintanya, hanya tersisa pada benda yang ia janjikan untuk tak pernah dilepaskan dari pandangan.

Kenangan-kenangan indah itu selalu terpampang jelas di matanya. Bagai video yang di putar dalam bioskop untuk menghibur setiap mata yang melihatnya. Alur cerita yang dulu susah payah untuk di sambungkan, agar meraih perpaduan ramuan cinta yang begitu mengelora bagi setiap insan yang mencicipinya. Dan kini, setelah dapat bersatu dalam satu ikatan. Hanya kalimat permintaan dari seseorang yang telah di ujung waktu, perkataan dari seseorang yang tak mereka duga. Membuat alur cerita ini berakhir dengan merana, bak kisah Laila dan Majnun yang telah begitu tersohor akan karya bersyair seorang sufi bernama Nizamy.

"Mba ini sarapannya..." Suguhnya seraya melirik untuk mengamati apa yang di lakukan oleh tamu gurunya ini. Entah ada desiran apa ini, tiba-tiba hati ini merasa iba tehadap kondisi wanita yang tengah lemah ini.

Sebagai seorang wanita yang telah di anugrahi perasaan yang lebih peka terhadap keadaan di sekitarnya, membuat rona wajahnya pun turut memikul rasa yang entah muncul dari mana. Namun dalam fikirnya tersirat sebuah pertanyaan.

Mengapa ia bisa sampai seperti ini?

Siapakah yang begitu tega melakukan ini pada wanita ini?

Sejenak. Setelah mengumpulkan keberaniannya, ia pun tak dapat menahan rasa penasaran, dan memberanikan diri untuk duduk di samping bidadari yang tengah kehilangan cahayanya ini. "Mba..." Ucapnya untuk menarik kedua mata yang sedari tadi menghadap ke satu arah saja. "Mba ini, sebenarnya kenapa?" Sambungnya.

"Ngak ada apa-apa." Jawabnya lemah nan lirih.

"Tapi, kenapa mba nangis?"

"Cuma kelilipan."

Ia pun mencoba memaklumi sikap insan yang masih begitu tertutup padanya. Karena menurutnya, ia juga akan melakukan hal yang sama. Bila ia dalam kondisi itu, ia akan lebih memilih kesunyian sebagai sahabat karibnya.

Tiba-tiba ia pun memalingkan tubuh, untuk menatap seseorang yang ada di sampingnya. "Jika kamu suka pada seseorang, tapi kamu tidak dapat memilikinya, apa yang akan kamu perbuat?" Tanyanya memandang santriwati itu dengan tatapan kehancuran.

"Mungkin nurul akan berusaha mendapatkan cintanya terlebih dahulu."

Mendapatkan jawaban seperti itu, ia pun hanya menghembuskan nafas beratnya seolah menolak jawaban polos dari wanita yang ada di sampingnya ini. "Mba... kamu tahu Imamkan?"

Santriwati ini pun mengangguk mengiyakan bahwa ia memang mengenali dan mengetahui sosok orang yang di maksud itu. Bahkan dalam hatinya, ia beranggapan bahwa tiada orang lain yang lebih mengetahui lelaki ini di banding dengan dirinya. Karena sejak dulu, ia telah dekat dengan seseorang yang telah di perebutkan banyak kaum hawa itu. Ia merasa begitu bangga dan bahagia, tak kala harapan kecil yang dulu hanya sebagai bunga tidurnya. Akhirnya menjadi kebenaran yang begitu membuatnya bagai bidadari surga.

Nadzom-nadzom Cinta Jilid 2 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang