20 menit berlalu ..
Dan soal yang baru geu kerjain cuma empat soal, sekarang adalah pelajaran Bahasa Indonesia pelajaran yang sulit walaupun gue ini orang Indonesia. Empat soal yang gue jawab juga belum tentu benar. Gue berfikir bahwa ini adalah karena gue pacaran, apalagi gue pacarannya saat lagi masa-masa UN udah lagi alisha telepon gue terus. Gue cuma bisa melamun sambil melihat soal yang mudah-mudah, walaupun gue udah cek beberapa kali. Dan enggak sangka karena gue terlalu lama melamunwaktu tinggal..
“yak anak-anak,waktu tinggal 15 menit lagi ya..,yang sudah letakkan soal dan jawabannya di meja,yang belum buruan!”ucap pengawas
Anak-anak pun mulai gaduh karena waktu sudah sedikit lagi. Anak-anak jadi terpaksa bertanya ke temannya, ada yang nanya “eh buruan dong, apaan nih”, ada juga yang “botak, apaan isinya, woi tak!” dan juga ada yang nekat teriak ”WOI NOMOR TIGA SAMPAI TUJUH DONGGG!!” mereka bertanya dengan muka seperti orang yang udah enggak tahan mau buang air besar tapi enggak bisa karena ikat pinggangnya susah dibuka.
“ heh..., mau saya ambil kertasnya!?” sambil memukul meja
“ enggak pak..” jawab anak-anak
Gue pun melakukan hal konyol yaitu mengisi jawaban tanpa liat soal, memalukan banget sih ’bodo lah masih ada dua hari ini’ pikir gue.
Kringgg....!!
Bel berbunyi, pengawas mulai mengambil kertas ujian. Dan murid-murid pergi keluar kelas dengan wajah murung terutama gue. Tiba-tiba ada yang menepuk pundak gue.
Pukk!
“aduh!” teriak gue
“gimana UN nya gampang-gampang kan” ucap alisha dengan tersenyum
Gue menoleh kebelakang “kaget kirain siapa,alisha toh”
“hahaha iya maaf-maaf,gimana ulangannya?
“susah banget” ucap gue dengan murung
“ha? gampang ah” bantahnya dengan polos
“ bagi kamu sha, bagi aku susah tau”
“ susah karena kamu enggak belajar,makanya belajar”
Gue hanya mengangguk.’Padahal yang buat gue enggak belajar kan lo nyet’ dalam hati gue.
Saat perjalanan pulang, gue melihat seorang laki yang memakai jas hitam dan celana biru tua dengan rambut tersisir rapih sedang mencium tangan ibunya.
‘‘ibu bangga sama kamu nak’’ ucap ibunya sembari mengusap-usap rambut anaknya dengan air mata mengalir, begitu juga anaknya
‘‘rian udah berhasil bu, sekarang ibu istirahat aja dirumah rian yang baru, ibu enggak usah jualan lagi ya..’’
Melihat mereka, gue jadi berfikir apa gue bisa membuat orang tua gue menggatakan bangga terhadap diri gue?.
Sesampai di rumah gue membanting diri ke kasur. Gue masih mengingat kejadian yang diperjalanan. Lalu ayah gue melewati kamar dan sadar bahwa gue sudah pulang
“ tur?.udah pulang?
Gue bangun dari kasur dan segera salaman “ iya yah, baru aja.”
“ gimana ulangannya, susah?” tanya ayah gue dengan memegang topi hitamnya itu.
“yah gitu deh yah” jawab gue dengan terkekeh
“ susah ya?, tur ayah mau nanya ke kamu.”
“tanya apaan yah?”
“ besar nanti kamu mau jadi apa?” tanya ayah gue dengan mata serius
Gue berfikir sejenak. “hmm, atur ikutin arus aja de yah, kalau atur jadi guru yah atur jalanin karena itu takdir atur yah”
Ayah gue tertawa “ tur, ikutin arus aja?, cita-cita apaan tuh tur?.
“kan atur bilang, kalau takdir jadiin catur guru, yah atur jalan__
“bukan takdir yang merubah hidup kamu, melainkan diri kamu sendiri.” Ucap ayah dengan memotongpembicaraan gue.” Diri sendiri yah? tanya gue
“ iya tur, karena apa yang kita lakukan sekarang akan menentukan siapa kita besok dan di masa depan nanti. Jadi jika kamu melakukan usaha maka usaha itu akan membuahkan hasil di masa depan kamu”
Mendengar ayah gue berkata itu, gue benar-benar enggak paham. ‘’ Yang penting profesi kamu harus lebih tinggi dari ayah dan ibu, ayah cuma pedagang kaki lima, ibu cuma dagang nasi keliling. Jadi kamu harus mendapatkan profesi yang lebih tinggi tur.”
“ iya yah, atur akan inget terus apa yang ayah bilang” jawab gue
“ jangan hanya di ucapan aja ya tur, tapi juga dengan perbuatan. Yaudah ayah mau dagang dulu. Sekarang kamu belajar kalau NEM kamu rendah kamu pasti menyesal, ingat penyesalan selalu datang di akhir.”
“ iya yah atur paham, atur janji akan buat ayah ibu bangga”
“ ayah tunggu omongan kamu , udah ayah jalan dulu Assalamu’alaikum” ucap ayah gue sambil berjalan keluar
“ waalaikumsalam ” jawab gue
Gue sudah berjanji didepan ayah gue, gue segera mengambil buku dan segera belajar. Gue berfikir kalau gue pasti bisa, tapi ternyata hari kedua dan ketiga sama dengan hari pertama. Gue enggak bisa belajar dengan serius karena alisha, gue merusak masa depan gue demi pertahanin sebuah hubungan yang enggak jelas.
Dua minggu kemudian.
______
Hari ini adalah hari yang membuat jantung gue berdetak kencang, dimana NEM akan diberikan. Setelah lama guru memberikan amanat akhirnya NEM diberikan satu persatu ke orang tua murid. Dan gue membuka bersama ibu gue dan ternyata hasilnya begitu mengecewakan. NEM gue hanya 17.25 inilah nem SD gue, ibu gue hanya menangis, Disitu gue gagal buat banggain dia. Dan semua orang pun pergi keluar sekolah dengan rasa bangga dan sedih. Ibu gue sudah berjalan duluan, dan gue masih di sekolah menunggu Alisha. Dia pun akhirnya keluar dari kelas dan menanyakan NEM gue
“hei tur, NEM kamu berapa??” tanya alisha dengan tersenyum
“ke.. kecil sha, Cuma 17.25 kamu berapa?”
“ Mph.. 17.25??” tanya dia dengan terkekeh
“hehehe iya sha”
“ aku 28.22, kok kamu bisa NEM nya kecil?”
Gue bingung dan kesal “ lah? Kamu kan yang gangguin aku terus, telepon-telepon enggak jelas udah tau lagi belajar”
“Oh jadi kamu salahin aku, ok kita putus aja ya aku juga malu pacaran sama cowok bego ”
Disitu gue bisa melihat sifat aslinya dia, dan gue sangat kesal saat dia bicara seperti itu. Dia berjalan sambil berlari, Yah inilah hasilnya dapet NEM jelek dan diputusin cewek, sesak banget. Gue hanya tersenyum dan segera pulang.
Sesampai di rumah orang tua gue sedih dengan hasil NEM gue tapi mereka enggak marah, dan ayah gue bertanya dengan tersenyum “kamu mau masuk SMP mana”
Pertanyaan itu enggak bisa gue jawab, tapi yang pasti dengan NEM seperti ini gue Cuma bisa masuk SMP swasta. Dan orang tua gue harus bekerja yang keras buat biaya yang akan datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catur Swallow
Humor"Kisah seseorang yang pantang menyerah dalam menjalani kehidupan"