Chapter 4 [END]

3K 208 16
                                    

Pagi memperlihatkan lanskap paling indah.

Mentari belum meninggi ketika Seulgi membuka display manekin di butiknya. Kedua sahabatnya-Wendy dan Yerim belum menampakkan tanda-tanda kehadiran. Seulgi memang sengaja bekerja lebih giat. Semua itu semata-mata untuk menghibur hatinya.

.

...untuk mengobati rindunya pada seseorang...

.

Burung bernyanyi merdu ketika ia mendengar bunyi lonceng yang familiar di telinga. Pada awalnya Seulgi berpikir itu mungkin saja Wendy atau Yerim yang baru saja datang, namun ternyata ia salah.

Seseorang berdiri di muka pintu. Bias hangat sang mentari pagi menyapu wajahnya yang tampan.

Seulgi mengerjapkan matanya. "Jungkook...?" Nama itu lolos begitu saja dari bibirnya.

"Seulgi-ah, apa kabar?" Jungkook menyapa ramah, seakan-akan tidak pernah ada suatu kesalahan yang terjadi di antara mereka.

Seulgi menegakkan tubuhnya. Ia selalu merasa, berada di hadapan Jungkook membuatnya harus terlihat sempurna. Seperti tuntutan kasat mata, aturan tak tertulis.

"Jungkook-" gumam Seulgi lagi, lebih kepada tidak tahu harus berkata apa.

Bibir Jungkook tertarik ke atas, mengulum senyum yang selalu Seulgi kagumi.

Pria menawan itu menjejakkan kakinya mendekati Seulgi. Setiap derap hasil benturan sol sepatu dan lantai kayu mengirimkan getaran pada hatinya. Sama seperti dulu, berdekatan dengan Jungkook selalu membuat jantungnya berdebar tak karuan. Jungkook seakan magnet kuat yang menariknya dalam kumparan cinta.

Tapi Seulgi menyadari...

.

.

.

...dia tidak pernah mencintai Jungkook...

.

.

.

Seulgi lantas mengeluarkan sesuatu dari dalam laci, sebuah lingkaran mungil berwarna perak.

"Jungkook maaf, tapi aku tidak bisa menerima ini," ucap Seulgi lamat-lamat. Dengan seluruh keberanian, Seulgi memantapkan diri untuk menatap Jungkook tepat di bola matanya ketika menyerahkan cincin pemberian pria menawan itu.

Jungkook mendesah, namun lebih terdengar sebagai desahan lega daripada kecewa. "Sudah kuduga," jemarinya kemudian bergerak ke dalam saku jas, "Aku juga punya sesuatu untukmu."

Sebuah perak.

"...cincinku?" Iris Seulgi terbelalak amat lebar.

"Aku menemukannya di jok mobilku. Maaf, baru bisa mengembalikannya sekarang."

Seulgi belum redam dari keterkejutannya. Ia bahkan menutup mulutnya dengan punggung tangan ketika Jungkook berucap lagi, "Seulgi-ah, aku tidak mau mencampuri hidupmu, tapi jika boleh memberi saran-kembalilah padanya."

2nd Proposal || seulmin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang