18 - Persiapan Event

46 3 0
                                    

"Aku mohon kak Rafa jangan pernah lakuin itu!"

"Kenapa Lala? Kamu tau, aku sayang sama kamu. Mau sampe kapan aku bohongin perasaan aku sendiri? Aku gak bisa terus sama Amel."

"Kak, kak Amel lagi sakit."

"Gak ada bedanya aku kasih tau sekarang atau nanti kan. Justru akan lebih baik kalo aku akhirin semua sama dia sekarang, lebih cepet dia bisa pulihin sakit hatinya, daripada nunggu nanti-nanti. Toh akhirnya dia pun akan ngerasain sakit yang sama pula kan."

"Kenapa kak Rafa setega itu? Kakak pikir setelah kak Rafa putusin kak Amel terus aku bakal mau gitu sama kakak? Gak kak. Gak akan."

"Kenapa gak La? Aku tau kamu juga cinta sama aku."

"Udah deh. Terserah kak Rafa mau ngapain sekarang. Aku mau pulang. Tapi, asal kak Rafa inget aja, kalo kakak berani sampe nyakitin perasaan kak Amel, aku gak mau lagi ngomong sama kakak."

"La, aku mohon jangan pergi!" Rafa menahan tangan Lala yang hendak pergi meninggalkannya.

"Aku mau pulang kak."

"Ya kamu pulang sama aku. Kan aku yang ngajak kamu pergi, jadi aku juga yang harus anter kamu pulang."

"Gak usah kak."

"Oke La. Aku minta maaf. Kalo kamu emang gak suka sama niat aku buat putusin Amel, aku gak akan lakuin itu sekarang. Tapi, please jangan marah kayak gini! Kamu pulang sama aku ya!"

Lala pun akhirnya mengangguk setuju. Ia pulang bersama Rafa.

---

Esok hari, sepulang sekolah, seperti biasa Lala menjalani rutinitasnya untuk rapat OSIS bersama Rafa dan kawan-kawan. Akan ada event besar tahunan sekolah dalam waktu dekat ini sehingga itu membuat anak-anak OSIS begitu sibuk.

Meski Rafa masih menginginkan bahkan sangat menginginkan agar Lala menerima cintanya, ia tetap fokus apabila menangani urusan terkait dengan OSIS. Ia selalu bisa menjaga profesionalitasnya. Sebisa mungkin dirinya tak mencampur adukan masalah pribadi dengan organisasi.

"Jadi gimana guys buat persiapan event sekolah kita? Kira-kira ada kendala apa? Pokoknya kendala sekecil apa pun harus kita diskusikan ya!" Rafa berbicara pada semua pengurus OSIS yang ada di ruangan itu.

"Sejauh ini semua aman-aman aja Raf. Lancar deh pokoknya. Semua masih berjalan sesuai plan awal kita." Zain menanggapi pertanyaan Rafa.

"Bagus kalo gitu. Terus tetep lo pantau pokoknya ya Zain!"

"Siap Raf!"

"Oh ya, proposal buat sponsor gimana? Siapa yang ngurusin itu?"

"Buat proposal di-handle sama Lala, Raf!"

"Oh oke. Gimana La?"

"Proposalnya udah aku buat kok kak. Tinggal cetak aja, besok aku bisa kasihin ke kak Rafa."

"Oke sipp. Ehm gini aja deh, sebelum dicetak nanti kirim soft file-nya ke aku dulu ya. Siapa tau ada yang perlu direvisi."

"Oke kak. Nanti malem aku e-mail-in ke kakak."

"Iya. Proposal sponsor beres, terus apa lagi ya? Oh ya, soal izin dah fix semua kan?"

"Udah dong Raf, kan itu yang kita urus dari awal. Lagipula minta izinnya juga gampang gak dipersulit, kan lokasinya juga di sekolah kita sendiri."

"Bagus. Setelah sponsor nanti fix, kita bisa mulai mikir urusan guest star. Oh ya, tim acara jangan lupa dekornya sesuai sama tema yang kita setujuin sebelumnya ya. Masalah tata panggung sama stand-stand, gue serahin ke kalian. Terus lapor progress-nya ke gue, kalo ada kendala langsung aja temuin gue biar bisa cepet diselesaiin. Saling koordinasi aja pokoknya."

"Oke Raf."

"Kayaknya hari ini bahasan kita cukup segini dulu. Semoga event sekolah kita bisa terlaksana dengan lancar di tangan kita. Makasih buat kalian yang udah luangin waktu dateng ke temu bahasan kita sore ini. Gue tau kok masing-masing dari kita punya rasa capek. Tapi, gue harap semua tetep semangat ya! Demi event yang fantastis, kita harus keluarin effort lebih kan? Kita lanjutin bahasan kita di pertemuan selanjutnya. Kalian boleh bubar sekarang. Thanks guys."

"Yoi Raf, thanks juga. Kita balik dulu ya!"

Satu per satu anggota OSIS membubarkan diri untuk pulang ke rumah masing-masing. Tak terkecuali dengan Lala. Ketika Lala baru sampai di koridor sekolah, Rafa memanggilnya dari belakang.

"Lala!!"

Lala pun menoleh dan menghentikan langkahnya, "Iya kak Rafa. Ada apa?"

"Kamu mau pulang kan?"

Lala mengangguk.

"Pulang bareng yuk!"

"Umm, gak usah deh kak."

"Kenapa? Udah ada janji pulang bareng sama yang lain?"

"Gak sih. Tapi--"

"Ya udah ayo!" Rafa menggandeng tangan Lala menuju ke parkiran mobil.

Selama perjalanan, Lala hanya diam. Rafa pun mulai tak suka dengan suasana saat itu. Akhirnya Rafa yang mulai bicara.

"Ehem La, kita mau langsung pulang?"

"Ee, iya kak. Aku gak mau mampir ke mana-mana kok."

"Okee deh."

Rafa bingung mencari topik obrolan yang bisa membuat Lala bicara dengannya.

"Lala,"

"Apa kak? Mending kak Rafa fokus nyetir aja!"

"Iya La. Ini juga sambil nyetir kok. Tetep fokus."

"Ya udah kalo gitu gak usah ngomong, fokus aja."

"Aku tuh gak suka kita sepi-sepi aja kayak gini. Kalo aku jadi ngantuk malah bahaya kan? Makanya ajak aku ngobrol dong!"

"Kak Rafa udah deh kak."

"Loh kok udah sih? Ngobrol."

"Terserah kakak aja lah."

"Hm, susah juga ya. Apa ya? Ah iya. Btw, kalo kamu ada saran buat keberjalanan event sekolah kita, bisa banget langsung bilang aja ke aku ya. Kan biasanya ide-ide kamu tuh selalu cemerlang dan the best gitu."

"Apa sih? Ih kakak lebay deh. Aku gak ada saran apa pun kak. Lagipula kalo ada juga bakal aku sampein di forum kok."

"Gak usah, sama aku aja berdua. Face to face. Biar lebih intens."

Lala hanya menghembuskan napas panjang.

"La."

"Kenapa lagi kak?"

"Kamu tau gak? Kadang muka kesel kamu itu ngegemesin banget. Tapi, aku lebih suka liat senyum kamu. Jangan lupa buat selalu bahagia dan tersenyum yaa!"

OSIS, I'M IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang