Bagian 12

868 108 5
                                    

Di sekolah Dahyun terlihat semakin dingin dari biasanya. Membuat seisi sekolah merinding saat Dahyun melewati mereka. Mata tajam yang keluar dari Dahyun seakan bisa membunuh siapa saja yang menatapnya

Begitu juga dengan Sana yang tadi berniat untuk mendekati Dahyun namun urung karena Dahyun sudah menatap tajam kearah nya. Membuat Sana langsung berbalik dan kembali ke kelasnya.

Dahyun duduk di bangku nya, mengeluarkan buku untuk pelajaran jam pertama. Lalu Taeyong dan Jihoon masuk kedalam kelas Dahyun.

"Hei Kim. Apa kau sedang sakit?"

Dahyun hanya menggeleng sebagai jawaban. Taeyong menghela nafasnya, Dahyun sedikit berubah dari biasanya. Apa ini karena Papa nya yang sudah pulang? Padahal seharusnya mereka baru pulang besok pagi.

Taeyong dan Jihoon semalam sempat mampir untuk melihat kondisi rumah Dahyun. Dan kaget saat melihat Papa nya itu terlihat ada dirumahnya

"Eunbi tidak masuk, Kim. Tadi dia mengirim pesan padaku",-Jihoon

Dahyun bertambah murung saat mendengar kalau Eunbi tidak masuk. Dia kira dengan berangkat kesekolah dan bertemu dengan Eunbi membuat perasaan nya tenang.

"Apa kau sudah sarapan?",-Taeyong

"Sudah. Apa kalian bisa meninggalkanku? Pergilah. Aku pengin sendiri untuk saat ini"

"Ne, kami pergi dulu. Kalau perlu sesuatu jangan ragu memberi tau kami ya Kim." Ucap Jihoon. Mereka lalu keluar dari kelas Dahyun

Hah~

"Aku memang harus belajar mandiri. Jangan merepotkan orang lain. Selama ini aku terlalu banyak menyusahkan Eunbi Taeyong dan Jihoon",-batin Dahyun

.

"Hoon, apa kau yakin Dahyun sedang tidak ada masalah?",-tanya Taeyong

"Kita percayakan saja semua nya padanya. Seperti nya dia sedang memikirkan sesuatu."

"Apa kau tidak takut jika dia akan menjauhi kita? Jangan biarkan Dahyun terbiasa merasa sendiri, Hoon"

"Aku hanya takut",-ucap Jihoon

Jihoon memandang kebawah. Mereka sekarang ada di rooftop sekolah karena Dahyun menolak saat mereka mengajaknya makan siang di kantin.

Taeyong memandang wajah Jihoon bingung.

"Kau takut apa?"

"Aku takut dia melakukan hal itu lagi. Kau ingat? Saat kita bertemu dengannya di lorong kelas waktu SMP dulu? Gadis kecil yang kita ejek dengan sebutan
'tahu beku' itu menangis sekuat tenaga di depan kita. Membuat kita gelagapan karena tidak ada orang lain disana."

Taeyong diam mendengarkan, pikiran nya juga sama seperti Jihoon. Mengingat masa itu

"Dan dia berlari menuju rooftop, membuat kita mengikuti nya karena tidak ada pilihan lain. Bukankah katanya lebih baik terjun kebawah daripada melanjutkan hidupnya yang katanya tidak ada guna nya?",-sambung Jihoon

"Ya kau benar Hoon, bayangan itu selalu saja mengusikku. Jantungku seakan hendak meledak saat melihat dia sudah berdiri di bibir tembok gedung. Untung saja kita berhasil menariknya"

"Dia menangis lagi karena melihat tanganmu terluka saat membantunya" ucap Jihoon sambil tertawa kecil

"Dan memukulku karena tak sengaja menyentuh tanganmu dengan kasar. Dia berteriak,
'Yak! Apa yang kau lakukan? Lihatlah tangannya sedang terluka!'

Aish, bagaimana dia berfikir untuk mengakhiri hidupnya. Saat melihat luka ditanganmu saja dia sudah histeris"

"Lalu dia memberi kita dua batang coklat sebagai ucapan terimakasih dan tanda pertemanan",-ucap Taeyong

SWEET TALKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang