BAB 20

52 3 0
                                    

Happy reading 😘

Yumna memandang datar menu makanan yang berjejer rapih di etalase. Nafsunya belum terkumpul. Ia melirik sahabatnya. Frada di sampingnya tengah semangat memilih makan siang apa yang akan dia santap. Hari ini menu masakan China. Kesukaannya.

"Yum, kamu nggak ambil makanan?" tanya Frada. Tangannya tengah asyik mengambil pangsit dan kuahnya pada mangkok kecil di nampan.

"Males," jawab Yumna acuh.

Frada menaikkan salah satu alisnya. Pandangannya mengartikan tak kepercayaan. Frada jelas tahu, Yumna memang bukan pecinta masakan Chinese seperti dirinya, hanya saja---ini Yumna lho. Ia bukanlah tipikal Pemilih makanan.

"Tumben. Biasanya juga semangat aja kalau makan." 

Frada mengambil satu mangkok lagi. Menaruh pangsit dan kuah lalu menyodorkannya pada Yumna.

"Rada, aku sedang nggak selera."

Yumna menolak. Namun Frada sengaja beralih pada blok makanan kecil.

"Wah, dim sum--nya banyak!" decak Frada kagum. "Yumna, lihat! Bakpao--nya bentuknya lucu. Gemas."

Frada mengeluarkan ponsel. Mengabadikan gambar didepannya. Yumna ikut mengamati. Benar ... bakpao itu berbentuk lucu. Ia memungutnya satu. Memerhatikan lebih dekat. Napasnya tercekat. Ada perih yang terasa. Makanan itu berhasil melabuhkan  ingatannya. Satu kenangan kembali membayang ...

"Kak, ini namanya apa?" tanya Yumna bersemangat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak, ini namanya apa?" tanya Yumna bersemangat. Mulutnya penuh oleh gumpalan roti. Ada selai coklat yang melumer pada lidahnya. Ya ampun ... Yumna benar-benar menyukai rasa ini.

"Kamu tidak tahu?" Fandhi balas bertanya. Memandang Yumna geli. Satu tangan dia sapukan pada sudut bibir Yumna yang terkena coklat.

Yumna menggeleng polos. Tatapannya bak anak kucing meminta jawaban. Pipinya menggembung akibat terlalu penuh memakan.

"Ini namanya bakpao. Emang kamu belum pernah makan?"

"Uhuk!" Yumna tersedak makanan itu. Tangannya menepuk dada. Fandhi mengulurkan teh hangat. Meminumkan pada Yumna.

"Hati-hati kalau makan."

"Uhuk! Uhuk!" Yumna masih terbatuk. Fandhi juga ikut menepuk punggung Yumna. Berharap gadis kecilnya akan segera baikan.

Yumna kembali menyesap sisa teh yang disodorkan Afandhi. Batuknya sudah mereda.

"Kamu kenapa bisa sampai kaget gitu, sih?" Fandhi melontarkan pertanyaan.

"Ya kagetlah. Aku mana tahu kalau ini bakpao. Kukira dissert atau ... apalah!"

"Berarti kamu kurang pengetahuan. Bakpao kan memang bisa dibuat dissert. Hanya saja, di sana lebih ke arah makanan pembuka. Sebelum ke menu utama. Tapi sebenarnya tidak terlalu ada banyak aturan untuk memakan kudapan ini. Selama kamu pengen, ya ... tidak masalah."

Yumna's Secret Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang