Beberapa hari lalu, bersama istriku tercinta, ba’da maghrib, saat si kecil antheng bermain sendiri, kami mengkaji beberapa ayat surat Al Jin dari kitab tafsir Taisir Kariimirrahman buah tangan Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’adi –rahimahullah– . Banyak faidah yang bisa diambil. Saya catat beberapa di sini dengan beberapa saripatinya dengan tambahan beberapa faidah dari apa yang saya ketahui :
قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنَ الْجِنِّ فَقَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا
“Katakanlah (wahai Muhammad): “Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya: sekumpulan jin telah mendengarkan (Al Qur’an), lalu mereka berkata: “Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Qur’an yang menakjubkan“
Faidah:
Ada jin yang mu’min, ada jin yang kafir
Jin juga mengakui keistimewaan dan keagungan Al Qur’an
Di dunia jin pun ada dakwah
Di bacakan Al Qur’an kepada sekelompok jin ini dalam rangka menegakkan hujjah atas mereka
Dakwah yang haq diantara kaum jin pun berlandaskan Al Qur’an dan As Sunnah
يَهْدِي إِلَى الرُّشْدِ فَآمَنَّا بِهِ وَلَنْ نُشْرِكَ بِرَبِّنَا أَحَدًا
“(yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorang pun dengan Tuhan kami,”
Faidah:
Syaikh As Sa’di menuturkan: “Ar Rusyd adalah segala sesuatu yang menuntun manusia kepada maslahat dunia dan akhirat”
Ar Rusyd (الرشد) dan Al Huda (الهدى) adalah dua istilah yang sama jika digunakan sendirian. Namun jika digunakan dalam satu tempat, Al Huda artinya ilmu yang benar, lawannya adalah Adh Dhalaal(الضلال), yaitu ilmu yang sesat. Sedangkan Ar Rusydartinya amal yang benar, lawannya adalah Al Ghayy(الغي), yaitu amal keburukan (Lihat Ighatsatul Lahfaan, 2/168)
Huruf fa’ pada kata فامنا به menujukkan adanya sebab akibat. Yaitu para jin yang beriman tersebut menegaskan bahwa Al Qur’an adalah sebab mereka menjadi beriman. Inilah cara beragama yang benar, mengimani sesuatu karena dalil, mengamalkan sesuatu karena dalil, bukan karena ikut-ikutan, taqlid buta atau karena kebetulan sesuai dengan apa yang diinginkan.
Iman yang didasari atas dalil lah yang menjadikannya kokoh, bahkan iman yang kokoh ini membuahkan berbagai macam kebaikan agama lainnya. Sebaliknya iman yang hanya didasari oleh ikut-ikutan atau fanatik buta, adalah iman yang lemah dan tidak akan membuahkan kebaikan bagi kondisi agamanya.
Islam yang sempurna tidak cukup menetapkan keimanan (al itsbaat) namun juga wajib mengingkari kesyirikan (an nafyu). Inilah potret iman yang kokoh hasil pendidikan Qur’ani.
Membenci dan menjauhi kesyirikan sudah menjadi konsekuensi keimanan. Namun dalam ayat ini, seolah para jin ingin menyindir kaum musyrikin yang hanya mengaku beriman kepada Allah namun di sisi lain, sambil beribadah kepada Allah mereka juga nyambi beribadah kepada selain Allah alias berbuat syirik.
وَأَنَّهُ تَعَالَى جَدُّ رَبِّنَا مَا اتَّخَذَ صَاحِبَةً وَلَا وَلَدًا