Suara pintu diketuk oleh orang yang diluar, tapi tidak ada niat untuk membukan pintu itu. Nesya hanya berbaring lemah di ranjangnya dengan mata sembab yang mengerikan. Ketukan itu semakin keras, tapi tetap Nesya tidak peduli. Akhirnya pintu dibuka dengan mudah ketika terdengar ada yang membuka kunci dari depan. Nesya tahu itu siapa.
"Udah baikan?" tanya Nelson pelan.
"Hmmm."
"Gue bawain susu coklat, kan benerin mood."Nelson meletakkan segelas susu di nakas dekat ranjang Nesya, lalu Nelson duduk bersila di lantai kamar Nesya. Sedangkan Nesya tetap tidur dengan malas.
"Mama lagi gak di rumah, tadi sebelum subuh mama berangkat kerja. Lu jangan kayak gini, lebih baik minum terus bangun bersihin badan lu, kalau mama pulang biar aman."Nelson berkata tanpa melihat kakaknya sedikitpun. Nesya yang mendengar itu tersenyum tipis karena perhatian adiknya itu, akhirnya ia bangun dan meminum habis susu coklat yang dibuatkan Nelson tanpa sisa, lalu turun dan duduk di sebelah Nelson.
"Adek gue udah gede ya?" tanyanya dengan tawa kecil.
Nelson menoleh ke arah Nesya dan melihat betapa berantakannya kakaknya itu, dengan lembut ia menarik kakaknya dan memeluknya erat. Selanjutnya kembali terdengar isakan Nesya di dalam pelukan Nelson, yang diikuti isakan Nelson juga.
"Gue hancur saat lo hancur. Bagaimanapun juga darah kita mengalir darah yang sama, sakit lo sakit gue juga."Nelson mencoba menenangkan kakaknya yang lagi-lagi menangis.
"Kok lo so sweet sih?"
"Lo emang gak pernah tahu situasi ya? Kayak gini masih aja bercanda."Nelson kesal dengan kakaknya yang masih bisa bercanda dalam keadaan begini, lalu ia mengurai pelukannya.
"Hahaha, unch adek gue. Muahkasih banyak ya sayang." goda Nesya pada adiknya.
"Bangke."
"Ih kasar."
"Bodoh amat."
"Kamu bodoh? Dari dulu sih ya?"
"Serah."Nelson benar-benar kesal dengan kakaknya itu, lalu ia melenggang pergi. Nesya pun tertawa kencang karena tingkah Nelson yang sedang kesal.
Setelah Nelson benar-benar hilang dari sana, ekspresi Nesya begitu cepat berubah nelangsa. Ia suka dengan sikap adiknya itu, tapi kesedihannya memang saat ini masih belum bisa disembuhkan bahkan dengan segelas susu coklat. Meski dari kecil susu coklat adalah pembangkit semangat Nesya, namun kali ini tidak berguna.
Nesya segera bangun untuk mandi, tiba-tiba kepala Nelson menyembul dari balik pintu."Gue tau lo kuat dan bisa. Lo super woman gue setelah mama. Lo bisa."kemudian Nelson pergi lagi.
Itu cukup mengagetkan Nesya, tapi ia cukup terhibur dengan perkataan adiknya itu.
"Makasih banyak Nelson, tapi jangan anggap gue terlalu kuat, karena gue masih butuh pundak lo saat gue dipatahin lagi." ucap Nesya getir ditemani sunyi kamarnya yang semakin menikam.
***
"Mbk buruan deh, manja." cibir Nelson kesal."Bawel lo."Nesya tak kalah sewot.
Nesya keluar dari gerbang rumahnya buru-buru, dan tidak sengaja matanya bertatapan dengan mata yang sangat ia ingin hindari,cepat-cepat ia berpaling dan menepuk pundak Nelson untuk berangkat segera. Nelson yang ditepuk pun menoleh dan ia juga menatap mata yang sama, mata Nelson langsung menajam dan memperlihatkan kilat permusuhan yang hanya dibalas dengan tatapan bingung mata di sebrang sana.Gue hajar lo Rish. Sumpah. Batin Nelson geram.
Sesampainya di sekolah Nesya dan Nelson sibuk berdebat tentang kecerobohan Nelson yang hampir saja menabrak seorang anak kecil di depan komplek perumahan mereka, karena keasyikan berdebat hingga Nesya tidak memperhatikan jalan di depannya, dan Nesyapun berhasil menabrak punggung seseorang dengan kecerobohannya.
Nelson terkejut tapi selanjutnya ia hanya tersenyum mengejek, yang hanya dibalas Nesya dengan tatapan membunuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and My Broken Heart (Completed)
Teen FictionJika pengakuan adalah permainan, untuk apa Tuhan menciptakan harapan untuk dipercayai? --- Nesya dibuat menyadari cintanya kepada sahabatnya sendiri, tapi ketika Nesya benar-benar jatuh cinta, dia malah kehilangan sahabat sekaligus orang yang dicint...