Hai,
Jangan lupa like, vote, komen dan share cerita ini ke teman-teman kalian juga ya 😊
Happy reading~
Lomba cerdas cermat putaran terakhir akan segera dimulai. Sebentar lagi tim gue akan segera melawan tim Maimunah. Aduh, kenapa harus tim Maimunah, sih, jadi lawan tim gue? Gue kan jadi gak fokus karna liatin Maimunah terus.
"Kepada Peserta harap mendengarkan peraturan pada cerdas cermat ini." Pak Eko yang kebetulan menjadi MC pada cerdas cermat kali ini mengintruksikan kepada para peserta untuk fokus pada peraturan apa saja yang akan diberikan.
Sayangnya ... mata gue sudah terlanjur fokus pada Maimunah yang sedang mengucir rambutnya di tengah-tengah teman sekelasnya.
"Yang Pertama : diharapkan untuk mendengarkan soal sampai habis, jika peserta memotong pembicaraan MC ketika menyampaikan soal, peserta wajib langsung menjawab. jika jawaban yang diberikan salah, maka timnya akan mendapatkan pengurangan poin. Dan tidak ada siaran ulang untuk membacakan soal kembali."
"Yang Kedua : Pencet bel secepatnya jika anda tahu jawabannya. Jika jawaban salah akan diahlikan kepada tim lain untuk menjawabnya."
"Yang Ketiga : Soalnya yang tidak bisa dijawab oleh kedua tim, akan digantikan dengan soal lainya."
"Yang ke empat : Dilarang memotong pembicaraan dari tim lawan pada saat tim lawan menjawab pertanyaan, jika peserta melakukan pelanggaran, maka akan dikenai sanksi berupa pengurangan nilai"
"Yang ke lima : Are you Ready!!" seru Pak Eko bersemangat.
"I'm ready." teriak para peserta cerdas cermat.
Kita semua tampak fokus menantikan soal yang akan dibacakan oleh Pak Eko.
"DPRD berhak untuk melakukan penyelidikan terhadap kepala daerah. Hak ini disebut dengan Hak?"
Gue menekan tombol bel secepatnya, sebelum maimunah menekan tombol bel pada meja podiumnya.
"Hak Angket,"
"Yap. Benar. Jawabannya adalah Hak Angket. Satu point untuk dua IPS 2."
Gue tersenyum senang, mengalihkan pandangan padanya. Kita bertatapan sebentar, sebelum Maimunah memalingkan wajah dengan datar.
"Soal selanjutnya. Nama Organisasi PBB yang mengurusi masalah kesehatan disebut ...,"
Gue terdiam sebentar, bingung untuk menjawab apa. Unicef atau WHO, yah? Saat gue ingin memencet bel dipodium, gue kalah cepat dengan Maimunah yang sudah menekan bel."World Health Organization atau disingkat dengan WHO."
"Yap, benar. Jawabannya adalah WHO. Satu point untuk dua IPA satu."
Wadaw, udah sama aja nih, point kelompok gue dan kelompok mereka. Wah, tidak bisa dibiarkan ini. Gue harus lebih gercep dari pada kelompok maimunah.
Gue harus menang. Maimunah harus tahu, gue bukan hanya siswa bandel, tapi bisa pinter juga kayak anak-anak kutu buku pada umumnya. Agar si hulk itu tah, u nilai plus dari seorang Adelard. Selain ganteng, gue juga pinter.
"Ini soal terakhir untuk pertandingan cerdas cermat siang ini," ucap Pak Eko semangat.
"Hari perdamaian internasional atau International Day of Peace, diperingati setiap tanggal?"
"Tanggal berapa yah? Aduh gue lupa," tanya gue pada guntur dan Rovan.
"Gue malah gak tau ada hari perdamaian internasional," sahut Guntur.
"Gue juga gak tau," ujar Rovan cuek.Ini anak, yah, dari tadi cuman jual tampang doang di pertandingan cerdas cermat. Kok bisa, sih, Buk Finda milih dia jadi rekan cerdas cermat gue. Sudah tahu gimana kinerja otaknya Rovan, dia mah cuman bisa palakkin anak orang doang. Batin gue berteriak kesal.
Gue mengetuk-getuk kepala gue dengan jari telunjuk.Ayo dong otak, berfikir keras. Ayo .... mana pikiran ajaib gue yang sering tiba-tiba nonggol itu?
"Eh, kayak tanggal 14 Februari deh," bisik gue semangat.
"Itu hari valentine," sahut Guntur cuek.
"Oh iya, tanggal 15 Maret,"
"Itu tanggal jadian lo sama mantan alay lo, bego!" jawab Rovan memukul bahu gue. Guntur tertawa mendengar umpatan Rovan.
"Si Aying, masih sempat ingat tanggal jadian sama mantan saat cerdas cermat kayak gini,"
"Yah terus tanggal berapa? Gue mulu yang disuruh mikir. Jawab noh... jangan sampai tim depan yang jawab duluan."
Gue lihat maimunah juga sedang berdiskusi dengan kedua rekannya. Tanganya sudah terulur menuju bel di podium.Ya Tuhan ... tinggal pencet aja itu mah. Wah, gak bisa ini, gak bisa!
Gue langsung memencet bel di atas podium gue, dan sekarang semua perhatian tertuju kepada gue.
"Yah, silahkan jawab Ade," Pak Eko mempersilahkan gue untuk menjawab soal.
Gue membasahi bibir bagian bawah. Mampus, tanggal berapa lagi tuh jawabannya.
"Tanggal 21, Pak,"
"21 bulan apa Ade?" tanya Pak Eko meminta kejelasan.
Aduh, 21 apaan lagi. Ngikutin tanggal lahir emak gue aja kali yah?
"21 September, Pak"
"Yap. Benar. Jawabannya 21 September. Satu point untuk tim dua IPS2."
Gue berteriak kesenangan memeluk Guntur dan Rovan, kita bertiga loncat-loncat kegirangan. Tidak menyangka jawaban asal gue bisa mendapatkan point terakhir dari pertandingan cerdas cermat ini.
"Selamat untuk Tim dua IPS2, kalian menang dalam pertandingan ini." Pak Eko memberikan selamat kepada tim gue. Di ikuti oleh tim maimunah dan guru-guru yang menjadi panitia dalam pertandingan cerdas cermat ini.
Gue tersenyum tulus, saat Maimunah menyalami tangan gue.
"Selamat,"
"Makasih," jawab gue sambil kedipin sebelah mata ke Maimunah. Dia memutar mata malas melihat tingkah gue. Menatap gue dengan ekspresi bosan.
Kita bertiga naik keatas undakan semen yang berada di tengah-tengah lapangan. Undakan ini berbentuk tangga yang memiliki luas yang muat untuk tiga orang. Tinggi undakan ini hanya sampai selutut orang dewasa. Biasanya dijadikan panggung saat pemimpin upacara menyampaikan amanat.Seorang guru memberikan piagam penghargaan dan sertifikat kepada Gue, Rovan dan Guntur. Kita bertiga menghadap ke kamera untuk di abadikan dalam sesi cerdas cermat tahun ini.
Yes, akhirnya gue menang!Gue berteriak dalam hati sambil mengangkat piagam setinggi-tingginya saat Pak Eko membidik gue menggunakan kamera canon sekolah. Lo lihat, kan, Mai? Gue bandel-bandel begini, bisa pinter juga.
Ekspresi bahagia Ade, memang lomba cerdas cermat.
Foto ke dua Ade yang ingin Narsis 😁
.
.
.Pendek ya? Haha.
Karna Part ini dan kemarin pendek, Besok aku update lagi deh 😊Ditulis : Senin, 20 Januari 2020
Dipublikasikan : Senin, 20 Januari 2020. Pukul 13:22
KAMU SEDANG MEMBACA
Ku MATIMATIKA (Mati-matian ngejar kamu) END
Lãng mạn[Close feedback ] Sedang masa revisi. Gais ... Gais, jangan skip cerita ini ya, Cerita ini bukan tentang, si kutu buku yang over dengan pelajaran matematika. Bukan juga tentang, murid teladan yang selalu menang lomba matematika, tapi ini kisah...