Trisha sedang duduk di sofa seberang tempat tidur, terus menatap comes diri Jason.
Mendengar suara sepatuh melangkah, Trisha cepat bangkit dari tempat duduk dan melangkah ke arah pintu kamar tidur.
"Nona Ruby," kata Trisha melihat kedatangan Ruby sebagai dokter keluarga York.
"Hai, Trisha." Ruby menjawab singkat sapaan Trisha.
"Sudah berapa lama Jason tidak sadarkan diri?"
Ruby duduk di kursi dari sebelah Jason bertanya kepada Trisha sambil memeriksa mata Jason bergantian.
"Lima menit," jawab Trisha. Setelah selesai memeriksa keadaan Jason, Ruby beralih menatap Trisha dan bertanya, "Bisakah kau ceritakan apa yang terjadi sebelum Jason pingsan?"
"Saya tidak yaki, tapi saya melihat wajah Tuan pucat, dan kemudian Tuan pingsan." Trisha menjelaskan dengan lugas.
Terampil, Trisha memanatap diam diri Ruby dan saat bersamaan dia memohon dalam hati kepada Tuhan agar semuanya baik-baik saja dan tidak ada hal buruk yang terjadi.
Ruby berbalik ke belakang dan meraih tas hitam khusus peralatan medis. Trisha memperhatikan. Ruby mengeluarkan sebuah jarum suntik, sebuah botol putih yang terlihat berisi dan beberapa kapas. "Aku akan mengambil setengah darah Jason untuk pengujian di laboratorium rumah sakit."
Setelah Ruby mengambil darah Jason, terdengar suara Jason berkata, "Aku di mana?"
Mata Jason berkedip beberapa kali saat menyesuaikan penglihatan sekitar. Jason melihat sisi lain ada Trisha lalu di depan tidak jauh, ada Ruby.
"Tuan. Syukurlah Anda sudah bangun." Trisha tersenyum lega. "Sekarang ini Tuan berada di kamar tidur."
Tatapan Jason tertuju kepada Ruby meskipun itu sedikit usaha. Jason merasa agak sulit untuk menggerakkan tubuhnya.
"Ruby. Kenapa kau di sini?"
"Memeriksamu. Kau pingsan," jawab Ruby. "Jason, apa yang sebenarnya terjadi padamu sehingga kau pingsan begitu tiba-tiba?"
Sebelum menjawab pertanyaan Ruby, Jason memegang kening sejenak, kemudian berkata, "Entahlah. Aku tak tahu. Namum sebelum pulang ke rumah, kepala aku sudah berdenyut-denyut sejak kemarin, juga aku merasa mual dan penglihatan aku menjadi aneh. Rasanya seperti dua penglihatan."
"Aku sudah mengambil sampel darahmu untuk diperiksa di laboratorium rumah sakit. Besok aku akan memberitahumu hasilnya." Ruby mulai memasukkan barang-barang medis ke dalam tas medis.
Setelah Ruby selesai, Ruby bangkit dari duduk tak lupa berkata kepada Jason, "Jangan terlalu ....."
Tiba-tiba Jason turun dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi. Ruby mengerutkan kening melihat reaksi aneh Jason.
Suara muntah terdengar. Ruby kali ini mengkhawatirkan kondisi Jason. Ruby bergerak cepat menuju ke tempat Jason.
"Apakah kau minum alkohol sebelum pulang, Jason?" Ruby menyilangkan tangan di depan dada, menatap Jason menuntut jawaban harus benar.
"Tidak," jawab Jason sambil menatap Ruby yang berdiri di ambang pintu kamar mandi.
"Aku akan meminta Trisha untuk membuatkanmu air hangat dan bubur. Kemudian istirahat seminggu di rumah."
"Aku akan melakukannya. Terima kasih."
"Omong-omong aku tidak melihat Jasmine dan Vivian. Di mana mereka?"
Ruby menyadari belum melihat Jasmine atau Vivian, dan anehnya rumah Jason sangat sepi seperti rumah tak bertuan.
"Jasmine ada di Barcelona. Vivian kabur dari rumah."
Jason menjawab pertanyaan Ruby dengan nyaris suara kecil. Tapi pendengaran Ruby masih tajam. Kata-kata Jason membuat Ruby tidak percaya. Dan dengan mengamati bahwa Jasmine dan Vivian tidak ada di sini, ucapan Jason benar. Jasmine dan Vivian. Tiba-tiba Ruby baru menyadari sesuatu dari perkataan Jason.
"Jason, maksudmu Vivian kabur dari rumah?" tanya Rubi penasaran. Jason hanya tersenyum tipis dan tidak ada respon dari pria itu berupa beberapa patah kata.
"Ini urusan keluargaku, Ruby." Jason berkata dengan nada suara parau sambil melewati Ruby.
"Aku tidak ingin memaksakan bantuanku padamu. Tapi aku akan mengulurkan tanganku, jika ku butuh bantuan."
Ruby berbalik ke arah Jason yang berjalan lebih dulu.
"Tidak perlu, Ruby."
Setelah Ruby mengambil tas medis, langkah Ruby selanjutnya menuju ke Trisha untuk memberitahu Trisha hal-hal penting tentang makanan yang harus Jason makan dan perawatan apa yang harus dilakukan Trisha jika suatu saat Jason pingsan lagi.
"Ruby." Jason memanggil Ruby sebelum perempuan itu beranjak pergi.
Ruby menoleh. "Apa?"
"Tolong beri aku resep obat tidur. Aku tidak bisa tidur akhir-akhir ini."
Ruby penasaran sehingganya dia mengerutkan kening, "Kau masih mengalami mimpi buruk?"
"Ya."
"Sudah berapa lama?"
"Seminggu, akhir-akhir ini."
"Tentang masa lalumu?" tebak Ruby. Trisha di belakang Ruby tercengang dengan tebakan Ruby.
Trisha mengetahui tentang masa lalu Jason. Apa yang terjadi di masa lalu itu membuat tidur Jason tidak nyaman lagi, seolah-olah memimpikan peristiwa masa lalu yang mengerikan. Meski Jason sudah mendapat perawatan dari psikiater, tampaknya yang terjadi di masa lalu belum sepenuhnya bisa dilupakan Jason. Trisha berasumsi bahwa Jason belum bisa melupakan perlakuan buruk dan kekejaman terjadi di masa lalu.
Jason mengangguk lemas menjawab kata-kata Ruby.
Ruby memijat dahi, dengan lelah dia mmenatap Jason. "Seharusnya kau memberitahuku tentang mimpi burukmu telah kembali lagi, Jason."
"Aku hanya lelah, Ruby."
"Hanya lelah katamu?!" Ruby mendengkus.
"Sepertinya."
Sekali lagi, jawaban Jason membuat Ruby marah. "Demi Tuhan. Aku tidak ingin mendengar respon santaimu terhadap sesuatu yang kau anggap remeh tapi ternyata berat dan buruk untukmu, Jason!"
Ruby menghela napas dalam-dalam dan mengembuskannya.
"Aku akan meminta resep kepada psikiatermu. Tetapi jika obatnya tidak bekerja dengan baik, kau harus pergi ke rumah sakit dan aku akan meminta psikiater pribadimu untuk merawat kondisimu sampai benar-benar sembuh. Dan tidak ada penolakan!"
"Terserah, Ruby."
Trisha mengantar Ruby ke pintu depan rumah keluarga York.
"Trisha, tolong perhatikan kondisi Jason. Aku tidak ingin hal buruk menimpanya lagi."
Ruby berkata sebelum pergi dari hadapan Trisha.
"Ya, Nyonya. Saya akan melakukannya."
Ruby telah berlalu dari hadapan Trisha dan pintu utama rumah telah ditutup oleh Trisha. Tangan Trisha berada di kedua kenop pintu mencengkeram kenop pintu dengan erat.
Saat ini, tatapan Trisha sangat marah, membenci dirinya sendiri karena tidak bisa menjaga dan memperhatikan Jason yang ternyata masih mengingat masa lalu yang mengerikan diingat kembali. []
_______________________
Support me with vote and comments.
Thank you ...Salam dan peluk hangat,
Ennve.

KAMU SEDANG MEMBACA
Behind Forbidden Love | #Vol (1). PPT
RomanceNSFW - [D28+] [√ SELESAI] [DDLG PROJECT OF PURE TABOO] VOLUME (1). Behind Forbidden Love © 2019, Ennvelys Dover, All right reserved. Cover Ilustration & Designer: Ennvelys Dover Logo Illustration & Designer: MPH/MDee ...