2. Sayang

1.3K 103 9
                                    

Selamat membaca. Nikmati alur demi alur jika kurang paham silahkan komen.

Setelah mengantar Mean kerumahnya tadi Plan kembali kekantor, menyiapkan berkas yang diminta Mean karena jika dipikir tidak ada salahnya semua orang akan was-was. Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam Plan masih sibuk dengan berkasnnya begitupun dengan matanya yang bisa berkompromi ditemani dengan susu hangat sejak dulu Plan sudah melakukan ini karena insomnia selalu menyerangnya.

Malam hari bukan waktu untuk tidur tapi bagi Plan malam hari adalah waktu untuk bekerja selain insomnia juga sangat efektif untuk fikiran. Tenang. Tidak ada yang mengganggu gerak geriknya.

Bunyi ponsel mengalihkan konsentrasi Plan tidak terasa sudah jam 6 pagi dan yang menghubunginya adalah Mean agar dirinya segera untuk menjemput laki-laki itu. Plan segera mengambil kunci dan segera menuju rumah Mean sesampainya disana Mean menatapnya dengan penuh tanda tanya.

"Ada apa dengan pakaian itu?" Mean menunjukknya dari atas kepala sampai ujung kaki

Plan ikut memperhatikan dirinya yang masih memakai pakaian yang sama tidak salah itu adalah kebiasaannya saat bekerja dulu tidak ada peraturan yang mengharuskan mereka berpakain formal atau serapi mungkin hanya yang menjadi ketentuan kategori pakaian layak dikantor akan sulit mengubah kebiasaan tersebut "aa...saya terburu-buru kesini" ucap Plan cepat "apa kita akan segera berangkat?" lanjut Plan

Mean menggeleng lalu kembali masuk kerumahnya. Dimeja makan sudah ada makanan yang ditata, sekilas rumah ini memang terlihat mewah tapi tidak terlihat penghuni lain sangat sepi mencekam melihat Mean yang duduk dikursi menatapnya pandangan mereka bertemu lalu Plan dengan cepat bergerak hendak berbalik

"duduk" itu perintah

"krab" Plan mengangguk dan duduk sangat canggung dan Plan tidak tahu harus memakan apa terlebih dahulu makanan yang tampak lezat yang mungkin asing dilihatnya jenis makanan yang baru ia lihat.

"jika setuju kau bisa menandatanganinya" ucap Mean menyerahkan sebuah map yang disambut oleh Plan dan membukanya alangkah terkejut Plan saat membaca setiap detail yang tertulis dengan tinta hitam diatas kertas putih tersebut. Lalu menatap Mean. Apa yang direncanakan bosnya ini.

"aku sudah mendapatkan sekretaris baru jadi aku tidak membutuhkan sekretaris lagi, jika masih ingin bekerja diperusahaan jadilah sopir pribadiku" ucap Mean tanpa beban tidak merasakan kalimat yang didengar Plan sangat menusuk hatinya. Satu persatu impiannya hilang.

"apa tidak bisa aku menjadi staff biasa saja? Aku hanya ingin bekerja dikantor" ucap Plan kekhawatiran menyeranngnya. Setidaknya dengan masih memiliki posisi dikantor dirinya masih memilik peluang.

"bekerja dikantor atau ingin merebut kembali anak perusahaan itu?" tanya Mean menatap Plan tajam

"tidak! aku sama sekali tidak berfikiran seperti itu..."sanggah Plan cepat

"kalau begitu mulai saat ini kau adalah supirku yang baru, ayo berangkat aku sudah tidak bernafsu untuk sarapan"

Setelah mengantar berkas keruang Mean tadi Plan berjalan dikantor menyusuri setiap detail dekorasi sudut-sudut kantor sampai diruang lukis tangannya terangkat meraba barang tersebut hatinya sedih air matanya menetes mimpinya berakhir hari ini. Setelah bangkrut satu-satunya hal yang dilindungi Plan adalah lukisan namun kini lukisan itu tidak berguna. Telah menjadi milik orang lain.

Kemudian merebahkan dirinya dikasur tempat ini biasa mereka beristrahat pada saat lembur. Dulu mereka sering menghabiskan waktu dengan makan bersama bermain sampai pagi, semua orang terlelap. Hanya dirinya yang tidak memejamkan mata dan terus terjaga mengisi insomnianya dengan mengerjakan deadline untuk laporan sehari sebelumnya.

***

Plan membuka matanya dengan terkejut wajah yang sangat dekat dengannya Mean tengah menatapnya saat ini. Dengan cepat Plan bangun dan membungkuk memberi hormat pada atasannya tersebut. Tidak peduli sepeti apa penampilannya saat ini. Hanya ingin memberi rasa hormat.

"anda akan pergi?"

"..."

Mean hanya menatapnya Plan berfikir apa ada sesuatu diwajahnya hendak mengusap matanya namun Mean meninggalkan ruangan begitu saja.

"apa ini yang kau kerjakan semalam" entah itu pertanyaan atau apa yang jelas nada itu berbeda dari sebelumnya tapi seingat Plan dirinya belum banyak membicarakan pekerjaan, tidak ingin berdebat. Sebelum pergi menjemput tadi terlebih dahulu meletakkan dokumen yang diminta Mean bukan rahasia hanya sebuah rincian yang harus Mean sebagai bos untuk mengetahui hal tersebut.

"dokumen yang kau butuhkan" ucap Plan

Namun diluar dugaan Mean melempar dokumen tersebut kearahnya dan bertebaran dibawah kakinya. Plan tidak mengerti apa yang dipikirkan Mean saat ini lalu memungut dokumen tersebut menyusunnya dan meletakkannya kembali ke atas meja dan meninggalkan ruangan. Tempat yang dituju Plan adalah lobi dirinya butuh istrahat lebih banyak lagi.

Sampai dirumah Plan tidak ada siapapun keadaan sepi. Tidak mungkin pergi karea pintu rumah terbuka begitu saja.

"sudah pulang?" itu suara Pamannya

Plan mengangguk saat Paman dan Bibinya muncul bersamaan mereka sudah tau kebiasaannya yang pulang disiang hari untuk istrahat dan menghabiskan malam hari dikantor. Mereka terlihat canggung tidak meladeni satu sama lain. Plan benci keadaan seperti ini. Hubungan orang dewasa yang sulit dimengerti.

"bersihkan dirimu. Kita makan malam bersama" ucap Bibinya lembut lagi Plan menjawab dengan mengangguk

Sebelum naik "apa sudah ada kabar dari P' dan Nong?" tanya Plan

Orang yang seharusnya tinggal dirumah ini ada tujuh orang selain dirinya dan paman dan bibi ada tiga lagi P'nya dan juga satu Nong. Rumah yang seharusnya ramai tapi mendadak sepi kini hanya ada mereka bertiga. Tidak ada canda tawa. Plan menampar bibirnya saat melihat wajah sendu sang bibi dan juga pamannya yang serius.

Keretakan sebuah keluarga memberi luka pada yang tinggal dengan setiap kenangan disudut rumah yang sepi. Menyahlahkan diri mungkin juga solusi untuk mempertahankan ego ketika hati dan mulut tidak singkron untuk memberi kata maaf atau untuk berbaikan. Tapi alangkah baiknya jika menurunkan ego karena darah lebih kental dan mengalir kearah yang sama.

Setelah dua pertengkaran hebat terjadi tidak ada warna dirumah ini. Karena tidak ada yang memberinya. Gersang dan hampa. Foto keluarga yang dipajang juga sudah diturunkan tidak ada gambaran keluarga bahagia lagi didalam rumah ini siapapun bisa merasakan aura duka yang mendalam. Kesedihan yang panjang.

"aku akan segera kembali" ucap Plan meninggalkan Paman dan Bibinya yang mungkin sibuk dengan pikiran masing-masing.

Mungkin kedepannya bakal nyelipin kata-kata atau kalimat bahasa thailand kali ya sambil belajar, siapa tau nanti pergi ke thai dan ketemu mereka. Hehehe

MEANPLAN II KENALI AKU ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang