"Gimana keadaan Bimo?" Angkasa datang dengan nafas terengah-engah. Dia mendapat kabar kalau Bimo dilarikan ke rumah sakit, karena penyakitnya semakin parah.
Venus menangis di depan pintu ruang rawat Bimo, Angkasa menghampirinya dan mencoba menenangkanya. "Venus, lo tenang aja. Bimo pasti baik-baik aja." ucap Angkasa, dan tangisan Venus semakin kuat.
"Gimana Ven?" Reza datang bersama istrinya. Venus beralih menghampiri Reza dan kembali menangis sesenggukan.
Dokter keluar dari ruangan, Venus langsung menghampirinya. Wajah dokter itu terlihat sangat gusar, "Dok gimana keaadaan adik saya?" Venus berucap dengan nada khawatir.
"Mohon maaf, kami sudah berusaha sekuat tenaga tetapi pasien sudah tidak dapat tertolong. Dia terlambat dibawa ke rumah sakit."
Venus hancur dan tangisanya semakin keras, Venus menerobos masuk menghampiri Bimo yang sudah tidak berdaya diatas tempat tidur sana. Angkasa hanya bisa diam, tetapi pikiranya terlalu kejam, dia mengingat Bintang. Kedua mata Bimo mungkin bisa didonorkan untuk Bintang.
"Angkasa. Bimo udah ngga ada." ucap Venus yang terus memeluk Bimo dan menjerit, Reza dan Ave menahan tangisanya. Dia cukup miris melihatnya, kini Venus hidup sendirian.
"Bimo, maafin kakak. Kakak ga pernah kasih kebahagiaan untuk kamu, kakak ga bisa kasih kamu mainan yang kamu mau, kakak minta maaf."
Beberapa orang suster datang untuk membawa Bimo dan mengurusnya lebih lanjut, Angkasa menahan Venus dan mencoba menenangkanya. Seorang dokter datang menghampiri Angkasa dan Venus.
"Tuan Angkasa dan Nona Venus. Saya hanya akan memberitahu kalau kedua mata Bimo bisa di donorkan ke Bintang." ucap dokter tersebut, Venus melepaskan pelukanya dari Angkasa.
"Sa, lo ga akan ngelakuin ini kan?" Venus menatap tajam Angkasa.
"Ven, gue mohon."
Satu tamparan berhasil membuat pipi kanan Angkasa memerah. Venus marah jika Angkasa ingin melakukanya.
"Sa, Bimo meninggal dan ga mungkin kita sakitin dia lagi dengan ambil kedua matanya. Gue ngga akan rela."
"Venus, Bimo pasti mau ngelakuin ini. Bimo anak baik." Angkasa terus membujuk Venus .
"Gue ngga habis pikir sama lo, gue ga akan setuju."
"Venus, mungkin ini cara tuhan kasih jalan kamu untuk menyambung hidup. Dengan cara Bimo mendonorkan matanya, kamu akan mendapat uang untuk melanjutkan hidupmu Venus." Ave angkat bicara, Venus memeluk erat Reza dan terus menentang semua pembicaran kali ini.
"Angkasa, saya akan memberikan kedua mata Bimo untuk Bintang kalau kamu mau memenuhi satu syarat." ucap Reza dan Venus terkejut karena Reza ikut setuju.
"Syarat apa?"
"Kamu harus menjadi pendamping hidup Venus, kamu harus menemani Venus sampai kapanpun karena Bimo sangat berharga bagi Venus."
Angkasa terkejut, pikiran dan hatinya terus beradu. Dia tidak bisa berpikir jernih tetapi dia tidak memiliki banyak waktu untuk memikirkanya, Angkasa menguatkan hatinya dia menatap Reza dan menganggukan kepalanya.
"KALIAN GILA." teriak Venus kemudian gadis itu pergi meninggalkan ruangan tersebut.
"Jangan pernah lupakan itu." Reza memperingatkan Angkasa.
***
Malam begitu terasa sunyi. Hampa, itu yang Angkasa rasakan sekarang. Bintang sudah dalam tahap pemulihan tetapi Angkasa benar-benar tidak merasa bahagia, Reza terus memojokan Angkasa untuk segera menjalin hubungan lebih dengan Venus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Retain (Sekuel of Angkasa)
Ficção Adolescente[DILARANG PLAGIAT] (Sekuel Angkasa) Mungkin mempertahankan suatu hubungan lebih sulit dari pada mendapatkanya, setelah satu tahun berlalu, hubungan Angkasa dan Bintang masih tetap pada status pacaran. Langit kembali ke Indonesia ditemani oleh Bumi...