🔪 01

18 3 0
                                    

Seoul, 5 Desember 2018

Pria yang menyesap coklat panasnya sambil melihat salju yang turun memenuhi jalan pinggir kota Seoul saat itu tersenyum dan sesekali terpejam merasakan kehangatan yang didapat dari minumannya ini.

Jeon Wonwoo, merasa kini hidupnya sudah damai. Trauma yang pernah menghampirinya seakan mulai hilang, motivasi untuk hidup juga perlahan mulai ada.

Awalnya memang susah, melupakan hal yang sangat pahit untuk seorang Wonwoo. Perlahan air mata lelaki itu turun perlahan bersamaan dengan jemarinya yang menggenggam erat mug nya saat ini sampai jari itu terlihat memerah.

Ia teringat lagi, penyesalan yang teramat dalam harus memaksanya membuka luka lama yang sudah ia kubur dengan dalam. Terlalu sakit baginya. Perlahan ia memutar tubuhnya, membuka laptop putih miliknya dan mulai mengetik beberapa kata disana. Salah satunya, mengulang kejadian dimasa kelam yang terus menganggu fikirannya.

****

a few years ago.

Kedelapan lelaki tampan mulai memasuki kelas, mereka tidak benar-benar ingin belajar serius disini melainkan hanya berkumpul dan bercanda.

Wonwoo, ia adalah ketua kedelapan lelaki itu. Sebut saja begitu, karna memang ialah yang paling menonjol dari diantaranya. Selain pintar dibanding yang lain walaupun Mingyu pun juga tapi Wonwoo lebih banyak diminati siswi disekolah itu.

"Won..kau tidak berangkat bersama Woora ?" ucap Dokyeom, lelaki berhidung lancip itu.

Wonwoo menggeleng sebagai jawaban, karna ia sedang bermain game saat ini. Kegiatan sakral, yang tidak boleh diganggu oleh siapapun jika ia sedang melakukannya.

"Hei! Kyeom kau tidak lihat ? Wonwoo sedang main game, masih saja kau tanya. Kau mau kuaci mu berakhir ditempat sampah seperti kemarin ?" ucap Joshua yang kini sedang bermain Ludo bersama Mingyu, Jeonghan dan Woozi.

"Oppa!!!, Yakk!! JEON WONWOO! Sini kau!~"

Iya, yang barusan berteriak adalah Woora. Adik Wonwoo, meski cerewet dan sedikit menyebalkan tapi Wonwoo sangat menyayangi Woora. Semenjak Ayah mereka meninggal dan Ibu Wonwoo yang harus menggantikan Ayahnya bekerja mengurus beberapa perusahaan milik mereka di beberapa negara itu membuat Wonwoo sangat menjaga adiknya ini karna ibu mereka sangat sibuk dan jarang untuk pulang.

Seungkwan menyenggol lengan Wonwoo, dengan malas Wonwoo harus menghentikan gamenya dan menghampiri Adiknya, disana ada Yena sahabat baik Woora.

"Wae ?, Aku sedang main game. Dan sedikit lagi aku menang kalau kau tidak berteriak dan menganggu ku tadi" ucap Wonwoo saat ada dihadapan Adiknya itu.

"Yakk! Aku sedang marah asal kau tahu!, Dan kau, masih saja membela game sialan itu huh?sungguh, kalau kau bukan Oppa ku sudah ku tendang kemaluan mu!" ucap Woora yang sudah mendekat kearah Wonwoo.

Wonwoo mundur, dan menahan lengan Woora agar tidak mendekat lagi.

"Hei,hei,hei kau ini kerasukan apalagi ?, Menyeramkan" ucap Wonwoo saat Woora sudah berhenti.

"Kau! Yakk! kau apakan sepatuku huh?!, Kenapa saat aku ingin memakainya justru sepatu itu terlihat kotor dan bau ?" tanya Woora dengan tatapan tajam.

"Ohh sepatumu, aku tidak sengaja memasukkannya ke dalam saluran air. Tapi nanti aku akan belikan yang baru, sudah kekelas mu sana" ucap Wonwoo santai dan pergi kebangkunya.

Woora semakin kesal, "Yakk! Aku belum selesai! Awas kau!" balas Woora dan pergi dari sana.

Saat Wonwoo duduk, ia tidak melanjutkan gamenya, sudah tidak mood baginya.

Real PSIKOPAT||Jeon WonwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang