Gadis berperawakan mungil itu tampak sangat memesona dengan balutan kebaya putih yang menjuntai indah pas di tubuhnya. Rambut tersanggul tertata rapi juga make up natural memberi kesan anggun nan elegan pada setiap orang yang melihatnya.
Senyum manis dengan lesung pipit nampak menghiasi wajahnya kala menyambut semua tamu undangan di pesta pernikahannya yang sederhana tersebut. Pesta pernikahannya bersama seorang laki-laki di sampingnya yang menampakan wajah tak berekspresi namun senyum tipis yang dipaksakan terlihat oleh sang pasangan di sampingnya itu.
Gadis itu mencoba menyembunyikan perasaan yang sebenarnya. Perasaan kekalutan yang ia tahan. Perasaan putus asa dan hanya bisa menerima yang sudah terjadi.
Ia hanya bisa memanipulasi ekspresinya agar terlihat bahagia. Namun, ia tidak bahagia. Tapi mencoba untuk bahagia bersama laki-laki di sampingnya.
Belum terpikirkan olehnya bagaimana rancangan kehidupan pernikahan saat usianya yang masih muda. Menikah di usia 17 tahun dengan seorang laki-laki yang terpaut jarak satu tahun. Dia masih muda, masih ada cita-cita dan impiannya yang belum ia gapai. Ia tidak tahu apa yang akan dilakukan selanjutnya. Ia belum siap. Tapi, ia hanya bisa menerima untuk kebahagiaan bersama jika tidak keluarganya akan hancur.
Ia hanya berharap hatinya akan baik-baik saja setelah semua yang terjadi.
Tuhan selalu tahu apa yang terbaik untuk makhluknya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Le Mariage!
General FictionTentang Thalita dan kehidupannya. Lebih enak dibaca pas rebahan:)