POV Karim
Aku melihat Sofia dari balik rak buku berjinjit dan terkadang melompat-lompat kecil berusaha untuk meraih buku yang ia ingin ambil.
"Tep, tep, tep, tep." Entah kenapa caranya dia melompat, raut wajah nya yang memelas dan tegang itu seakan ingin meminta tolong. Namun, ia tahan, semuanya sangat mirip seperti Sofia yang muncul dalam mimpi ku akhir-akhir ini.
Dalam mimpi ku, dia memiliki nama yang lain, Sofia Safija Sokolovic, tinggal bersama ku dan ayah nya. Ayah nya seorang pekerja keras. Namun, di dalam mimpi ku beliau seringkali meninggalkan kami karena bekerja untuk menghidupi kami.
Kami menjalani hari-hari bersama, melalui suka dan duka. Di dalam mimpi ku, aku sering memanggil nya sebagai Tuan Putri, kami saling merasakan apa yang masing-masing dari kami rasakan dan berusaha memperbaiki satu sama lain
Jika aku sedih maka dia akan berusaha menghibur ku, jika dia terluka maka aku akan berusaha meringankan rasa sakitnya. Semuanya terasa samar-samar. Namun, terasa sangat nyata dibanding di sini.
Jika kalian ingin tahu, aku punya penyakit aneh. Indra pengecap, penciuman dan peraba ku tidak sepeka manusia di sekitar ku. Aku pernah di periksa oleh kedua orang tua ku ke banyak dokter. Namun, mereka bilang itu adalah penyakit kelainan genetik dalam diri ku dan tidak ada obatnya. Nama penyakit yang ku derita adalah Congenital Analgesia yang mana sistem saraf perasa sakit di dalam tubuh ku mati tapi aku tidak pernah risih dengan itu karena akibat dari kelainan ku itu, regenerasi tubuh ku cepat, aku tidak bisa merasakan rasa sakit maupun nyeri dalam bentuk apapun dan setiap kali aku terluka aku sembuh dengan cepat hanya saja, aku ingin bisa mengalami apa yang orang-orang rasakan juga.
Aku ingin bisa merasakan rasa pedas di lidah ku, mencium harumnya aroma masakan buatan ibu ku atau merasakan rasa sakit akibat sayatan bilah pisau ketika aku memasak. Ah sudahlah, setidaknya karena aku tidak bisa merasakan rasa sakit dan cepat pulih dari luka yang aku derita, aku sempat mendapat julukan "Bionic Man" dan yah, karena kelainan ku itu pula aku cukup sering terlibat dalam perkelahian.
Dulu aku pernah menemui seorang teman ku yang seorang pribumi dari daerah timur Republik Indonesia Serikat sana di bully melalui kekerasan fisik karena warna kulitnya yang gelap, tanpa pikir panjang aku langsung menghajar orang-orang yang mem-bully anak itu. Anak-anak itu menendang, memukul, mencakar ku balik. Namun, aku benar-benar tidak merasa sakit, bahkan ketika mereka mengeroyoki dan menyerang ku berulang-ulang aku selalu bisa berdiri kembali dengan tegap tanpa masalah dan menghajar mereka semua habis-habisan. Yah, ujung-ujungnya aku sempat kena skorsing tapi bagi ayah ku itu tidak masalah, aku sudah berusaha melakukan hal yang benar.
Mengingat itu, sedikit timbul ide dalam benak ku untuk mencoba menarik hati Sofia walau aku harus ribut dengan Vinno tapi aku langsung berusaha menghilangkan pikiran itu. Itu pikiran jahat, tidak sepatutnya aku punya niatan seperti itu, mengambil sesuatu yang menjadi hak milik seseorang adalah hal yang tercela untuk dilakukan oleh seorang Muslim yang beriman dan bertaqwa. Sebaiknya aku jalan saja kembali menuju tempat duduk ku, Bismillaah.
"Tep, tep, tep."
"Excuseer me, meneer."
Eh? Sofia, dia memanggil ku? Apa benar? Aku yang langkahnya terhenti menengok ke arahnya
"Ja meneer, anu permisi mohon maaf jika mengganggu mu, bolehkah saya meminta tolong?"
Aku membalikan badan ku kepadanya dan untuk pertama kalinya, aku melihat Sofia secara utuh dari dekat.
Kedua bola mata nya yang bercahaya bak warna perak rembulan itu, bibirnya yang berwarna merah muda layaknya buah Cherry, rambut pirangnya yang keemasan, sangat menawan, astaghfirullaah apa yang kulakukan?! Tundukkan pandangan mu Karim!
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Darah Dan Hati 2 Dream Reality
Tarihi KurguKelanjutan cerita dari Novel "Antara Darah dan Hati", berkisah di dunia alternatif di mana karakter novel pertama memiliki latar belakang yang berbeda. Setelah gagal menghentikan aksi ritual Okultis Belanda, Karim Dawala Sokolovic dikejutkan oleh ke...