Srek!
Yumna menutup tas ranselnya. Mengembuskan napas panjang. Ini akan menjadi hari yang melelahkan. Telepon tadi tak bisa diabaikan.
Melupakan hari yang penting itu sama sekali tak menjadi schedule--nya. Ia bahkan sudah merencanakan tentang hari ini, hanya saja semua berantakan. Itu karena kehadiran Rai---orang gila yang telah merubah hari-harinya yang tenang.
Yumna mengambil tasnya. Segera menyampirkan pada punggung. Menutup loker dan menguncinya. Ia sudah siap. Tidak, tapi memang ia harus siap. Bagaimanapun situasinya. Seberapa Banyak pun penjaga yang menghadang. Ia harus melewati mereka.
Yumna berbalik. Matanya menangkap seseorang mendekat. Itu sahabatnya. Frada Aurelia. Gadis itu berjalan cepat kearahnya. Rautnya menyeramkan bercampur cemas. Pandangan gadis itu memicing tajam pada Yumna.
Yumna diam. Menanti Frada mendekat.
"Ini. Bawa ini. Kamu akan membutuhkannya untuk berganti baju."
Frada menyodorkan paper bag. Yumna menerima. Tak berniat membuka. Ia sudah menduga apa yang diberikan sahabatnya.
"Terimakasih," gumamnya.
Frada menggeleng. "Nggak masalah. Jaga diri."
Yumna tersenyum simpul. Menepuk bahu sahabatnya beberapa kali. "Tenang saja. Kamu nggak usah mengingatkan. Aku pasti akan menjaga diri."
"Yumna ... didalam ada tas make up--ku. Sepertinya itu akan berguna."
"Untuk apa? Aku sudah punya alat make up di rumah. Lengkap." Yumna membuka paper bag. Meraih satu tas kecil berisi perlengkapan alat tata rias Frada.
"Kamu nggak pernah bawa ke sekolah. Dan alat itu berguna setelah kamu keluar dari ruangan ini," balas Frada. Menghentikan pergerakan sahabatnya.
"Ma--maksudmu?"
"Aku akan membantumu untuk keluar dari gerbang sekolah ini," tegas Frada. Tatapan matanya mengarah lurus pada Yumna. Menyiratkan keyakinan yang besar. Frada tak main-main. Yumna bisa melihat itu.
"Tapi Frada, banyak penjaga yang mengawasi. Nggak hanya bodyguard kak Noval, tapi security sekolah juga pasti akan menghalangi kita."
"Kalau begitu ayo kita lewati mereka!"
"Apa?"
"Ayo kita lakukan seperti dulu. Ketika kita pertama kali bertemu."
"Tapi situasinya berbeda."
"Sama. Ini hampir sama. Mungkin yang berbeda aku akan tetap di sekolah. Terjebak di sini. Tidak lari denganmu. Tapi setidaknya, kamu bisa keluar dari sekolah tanpa ada pengawal yang membuntuti. Kamu juga bisa ketemu bunda dengan tenang."
Yumna tersenyum. Air matanya merebak. Jemarinya meraih tangan Frada.
"Terimakasih."
Frada tak membalas. Memilih memeluk Yumna. Menyandarkan kepala pada pundak sahabatnya. Air matanya mulai menetes.
"Tak ada kata terimakasih untuk pertemanan kita. Sampaikan salamku untuk bunda dan Kak Fandhi."
Frada melepaskan rangkulan. Yumna mengangguk antusias. "Itu pasti."
***
Mereka keluar dari ruang bilik bersama. Frada menggendong tasnya. Strategi sudah tersusun. Rencana telah dirubah.
Ada beberapa pengawal Yumna yang tengah bercengkerama di depan sana. Jalan menuju parkiran dan gerbang keluar. Yumna dan Frada berpandangan. Saling melempar senyum penuh arti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yumna's Secret
Genç Kurgu"Cerita ini telah diikut sertakan dalam kompetisi ODWC menyambut Anniversary AMB Publisher tahun kedua." Yumna Khaura Adriyani. Putri terakhir dari keluarga Adriyansyah. Bersifat cuek--pada selain keluarga, suka beradu kekuatan terutama bagi yang me...