Orang pertama yang Gun temui setelah ia sampai ke Bangkok adalah Tay Tawan.
Tay pernah berada di kelas yang sama dengannya di London selama tiga tahun, dan mereka masih sering berhubungan sampai sekarang. Saat ini tidak ada orang lain yang bisa ia mintai tolong selain Tay.
Gun mendorong pintu kafe sedikit kencang dan membuat tubuhnya terhuyung ke depan. Ia menaikan kepalanya saat mendengar suara tawa yang begitu familiar di telinganya, dan matanya menemukan Tay. Pria itu terlihat jauh lebih dewasa ketimbang saat terakhir Gun melihatnya. Dengan kulitnya yang eksotis, jakunnya yang menonjol dan ketampanannya, Gun yakin temannya itu pasti digilai oleh banyak wanita, mungkin pria sekalipun.
"Gun Atthaphan, kau membuatku tertawa hari ini." Ucapnya.
Gun menarik kursi dan mendudukan dirinya di depan Tay, "Caramel Macchiato, kau masih mengingat kopi kesukaanku." Katanya seraya menarik gelas kopinya dan menyedotnya.
"Tentu saja aku ingat, kau hanya meminum kopi itu selama tiga tahun aku tinggal di London." Jawab Tay. "Oh ya, apa yang membawamu ke Bangkok? Aku pikir kau akan melanjutkan kuliahmu di London?"
"Usaha ayahku Bangkrut."
"Apa?!" Seru Tay terkejut.
"Jangan terkejut dulu, itu bahkan belum sampai ke bagian yang serunya." Ucap Gun.
"Ada yang lebih parah lagi?" Tanya Tay dan Gun mengangguk. "Ok, apa itu?"
"Ayahku melarikan diri meninggalkan hutang di belakangnya, dan sekarang bukan hanya ia yang dicari oleh renternir, tapi juga aku." Gun menjelaskan dengan santai, seakan menjadi buronan bukanlah hal yang mengkhawatirkan. "Jadi aku memutuskan untuk kembali ke Bangkok dan melanjutkan kuliah disini."
"Lalu kau akan tinggal dimana, Gun?"
Gun menjentikan jarinya, "Itulah alasanku menelponmu." Jawab Gun. "Aku harus segera menemukan apartemen dengan harga bulanan yang masuk diakal. Kalau bisa, aku ingin berbagi apartemen dengan orang lain. Tapi aku takut tidak ada yang mau berbagi apartemen denganku."
"Wow." Tay tertawa.
"Kenapa?"
"Itu aneh, kau adalah orang kedua yang mengatakan soal tidak ada yang mau berbagi apartemen denganmu." Tay menjawab dengan tawa yang tidak kunjung surut.
"Siapa yang pertama?"
"Temanku. Dia juga sedang mencari teman yang mau berbagi apartemen dengannya karena apartemen yang ia tempati sekarang terlalu besar, dan juga karena ia jarang berada di sana, apartemennya jadi lebih sering berdebu. Ia ingin ada orang yang bisa bersih-bersih saat ia tidak ada di sana."
"Aku mau." Kata Gun serius. "Aku mau berbagi apartemen dengannya. Di mana alamatnya?"
"Uh, masalahnya, kau tidak tahu orang seperti apa Off Jumpol itu."
"Ada apa dengannya? Apa dia gila?"
"Sedikit." Gun menekuk keningnya saat mendengar perkataan Tay, dan Tay dengan cepat memperbaiki perkataannya. "Maksudku, orang-orang menganggapnya sedikit gila. Ia punya banyak tabung-tabung yang berisi cairan-cairan aneh di dalam apartemennya, kemudian tabung berisi cairan hijau yang mengeluarkan asap dan pembakar bunsen yang menyala. Kau mungkin juga akan menemukan tengkorak di dalam kulkas. Selain itu, cukup sulit untuk berkomunikasi dengannya, karena kebanyakan kalimat yang keluar dari mulutnya terdengar seperti sarkasme."
Gun mendengarkan Tay dengan alisnya yang mengkerut, "Kau sedang bercanda, kan?"
"Aku harap aku sedang bercanda. Tapi tidak, aku tidak bercanda."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Study In Off Jumpol
FanficGun Atthaphan adalah seorang penulis buku misteri dan mahasiswa jurusan kedokteran. Ia adalah orang yang perfeksionis dengan kepribadian yang keras dan emosi yang membara seperti api. Ia pindah dari London ke Bangkok setelah ayahnya melarikan diri k...