[1] - Pertemuan Pertama

245 18 0
                                    

Selamat membaca!

Sandra berjalan sepanjang pinggir pantai sambil menenteng alas kakinya. Ia lebih menyukai menapakkan kaki pada pasir pantai yang lembut itu secara langsung tanpa menggunakan alas kaki.

Sandra tengah menuju tempat dimana ia senang menyendiri, sebuah tempat diantara bebatuan besar yang sangat jarang dikunjungi oleh para pengunjung. Itulah yang membuatnya senang dan membuatnya lebih leluasa untuk bersantai sendirian.

Sandra adalah tipe gadis yang penyendiri, temannya tak banyak dan ia cenderung dikira anti sosial oleh orang disekitarnya.

Kenyataannya, ia hanya merasa sulit untuk berkomunikasi dengan orang-orang disekitarnya tersebut. Untuk mendekat atau berbicara saja ia akan merasa sangat gugup.

Sampailah Sandra pada tempat yang sangat ia senangi itu. Saat mendekat, ia terkejut karena seorang lelaki tengah duduk dengan santainya disana. Laki-laki itu memandangi lautan dan mungkin tidak menyadari kehadiran gadis tersebut, mungkin.

Sandra bingung, siapa dia? Penghuni baru di daerah tempat tinggalnya atau hanya sekedar pengunjung yang sedang berlibur? Sandra tak tau sebab ini pertama kalinya ia melihat lelaki tersebut.

Sandra kembali bingung. Apa ia pulang saja atau mencoba untuk sekedar berkenalan dengan lelaki itu? Sandra menggelengkan kepalanya, sebaiknya ia pulang saja. Mungkin esok ia akan kemari lagi.

Tanpa sepengetahuan Sandra, lelaki itu sebenarnya menyadari kehadiran gadis tersebut.

***

Esoknya, Sandra kembali lagi dan hasilnya tetaplah sama, lelaki itu masih disana. Hingga Sandra datang setiap harinya sampai-sampai ia  tak sadar bahwa seminggu telah ia lewati dan lelaki itu selalu muncul.

Sandra berpikir, apa mulai sekarang ia mencari tempat lain saja? Ah, bahkan ia telah rela tiap hari datang hanya untuk mengecek tempat ini. Lebih tepatnya setiap sore dan hasilnya lelaki itu selalu ada disana.

Akhirnya Sandra mencoba untuk mendekat, tetapi remaja laki-laki didepannya tersebut lebih dulu menyadarinya. Mereka saling beradu pandang. Sandra memerhatikan wajah orang itu, sangat tampan.

"Ku rasa kau tiap hari datang ke tempat ini dan hanya memerhatikan dari belakang. Apa kau tertarik padaku?" sembur lelaki itu dengan percaya dirinya. Sandra mendengus kesal.

"Sebelum kau hadir, aku memang mendatangi tempat ini tiap hari dan menduduki tempat itu. Semenjak seminggu yang lalu, aku datang riap hari untuk mengecek kapan tempat ini akan kosong." jelas Sandra panjang lebar. Tanpa ia sadari, ia berbicara tanpa rasa gugup sedikitpun.

"Dan aku tidak tertarik padamu." sambung Sandra. Lelaki itu hanya menganggapinya dengan seulas senyum.

"Kemarilah." ajaknya pada Sandra sambil menepuk-nepuk tempat kosong disampingnya. Sandra hanya menurutinya, tanpa rasa ragu ia melangkah kemudian duduk.

"Aku Chandra." ucapnya sambil mengulurkan tangan pada Sandra, kemudian ia menerima uluran tangan tersebut.
"Sandra." balas Sandra singkat.

"Nama kita mirip ya?" tanyanya lagi-lagi dengan senyumannya yang manis itu. Sandra hanya menanggapinya dengan anggukan. Kemudian mereka saling diam, tak tau topik apa yang bisa dibicarakan saat ini.

"Oh ya, kau penghuni baru atau hanya sekedar berlibur?" tanya Sandra penasaran sambil mencoba untuk mencari topik permbicaraan.

"Aku baru pindah tepat saat pertama kali kita bertemu." jawab Chandra sambil menoleh dan menatap Sandra.

Sedangkan Sandra menautkan alis kebingunan. Pertama kali bertemu?

"Aku menyadari kehadiranmu sejak pertama kali aku mendatangi tempat ini. Pertemuan tak harus dikatakan ketika kita saling berkenalan atau bahkan hanya sekedar bertatapan bukan?" ungkap Chandra yang sepertinya lebih tua dari Sandra, tetapi Sandra memanggilnya tanpa embel-embel apapun.

Sandra terdiam sebentar untuk mencerna pernyataan Chandra tersebut.
"Mungkin begitu." jawabnya, ia tak tau harus menjawab bagaimana lagi.

"Kenapa kau setiap hari ke tempat ini, apa tidak bosan?" tanya Chandra kembali berusaha mencari topik pembicaraan. Ia kini menatap lautan tanpa mengalihkannya sedikitpun.

"Entahlah. Seperti telah menjadi rutinitasku sendiri untuk bersantai di tempat ini." jawab Sandra.
"Lagipula aku tak akan bosan dengan pemandangan yang indah ini." lanjutnya. Chandra mengangguk setuju. Pemandangan laut di pantai ini sungguh indah, entah kenapa rasanya berbeda saja dengan laut lainnya yang pernah ia lihat.

"Kau selalu sendiri mendatangi tempat ini?" tanya Chandra lagi. Sebenarnya banyak yang ingin ia tanyakan, ia ingin dekat dengan gadis ini. Gadis ini sepertinya tidak seperti remaja kebanyakan.

"Aku lebih senang sendiri." ucap Sandra memandang lurus ke depan.
"Kau tak menyukai kehadiranku disini?" Chandra menatap Sandra, meminta kejujuran gadis itu apa kehadirannya disini cukup mengganggunya.

Sandra balas menatap Chandra, kemudian menggeleng pelan.
"Tidak. Aku merasa nyaman denganmu, tak seperti ketika aku berinteraksi dengan orang lain." Chandra tersenyum mendengar jawaban Sandra tersebut.

"Kau sendiri kenapa selalu sendirian?" tanya Sandra.
"Aku kan baru pindah, belum banyak orang yang kukenali disini. Sekarang juga musim liburan, daerah sekitar rumahku cukup sepi." jawab Chandra. Sandra hanya mengangguk.

"Oh ya, apa kau sudah pernah makan disana? Semua menunya lezat dan harus dicicipi." ucap Sandra sambil menunjuk sebuah pondok yang terletak manis di tepi pantai.

"Apa kau menawariku untuk makan bersama?" tanya Chandra dengan senyum menggoda. Sandra menyenggol lengan Chandra pelan, ia membuang muka. Sungguh, Chandra termasuk orang yang cukup menyebalkan.

"Tidak. Hanya saja rasanya tak lengkap jika kau tak mencicipi makanan disana." Sandra berdiri.
"Ayo." ajaknya tanpa memandang ke arah Chandra sedikitpun, bahkan ia meninggalkan Chandra.

Sedangkan Chandra, ia hanya tersenyum gemas sambil berlari menyusul Sandra yang telah pergi terlebih dahulu.

================================
— 8 Januari 2019

Hai, ini cerita lamaku yang aku revisi dan publikasi ulang disini. Semoga kalian menikmatinya.

—; 21 Desember 2019

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 30, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

When We First MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang