Radja membuka lokernya, ia berdecak kesal ketika loker itu terbuka sudah ada tumpukan surat-surat yang berserakan keluar dengan berbagai warna dan jenis gambarnya.
Siapa yang tak kenal dengan sosok Radja Andreas Putra Wiratma, mendengar namanya saja pasti sudah langsung menciut. Tiga kata yang di juluki oleh Radja adalah "Si Raja Bunglon" karena sikapnya yang seenaknya dan beruba-rubah.
Ia mengeluarkan semua surat-surat itu dan kemudian membuangnya ke tempat sampah yang tak jauh darinya, perlakuan mereka membuat Radja benar-benar risih.
Radja meraih baju olahraganya dan kemudian menutup kembali loker dan menguncinya.
"Sadar dong, Salsha udah nggak mau sama lo."
Radja menghentikan langkahnya ketika ia mendengar nama 'Salsha' keluar dari mulutnya. Ia menoleh kebelakang dan disana ada Saga yang tengah menyender ke tembok seraya menatap mengejek kearah Radja.
"Kasian ya, ngemis cinta sampe segitunya. Uwuw malu dong sama tampang yang sangar." ucap Saga tertawa kecil.
Kedua tangan Radja sudah mengepal kuat, tak tahan lagi dengan segala ocehan Saga. Lelaki itu dengan cepat menghampiri Saga dan langsung menghadiahinya beberapa kali pukulan.
"Sialan." umpat Radja terus meninju rahang Saga.
Tak mau kalah, Saga pun kembali meninju wajah Radja. Sampai keduanya kini terlibat saling adu pukul di lorong sekolah, semua siswa-siswi yang mendengar ada keributan langsung berlarian keluar untuk melihat keduanya.
Tak ada satupun siswa yang berani melerai keduanya, mereka terlalu takut terkena bogeman mentah atau amukan dari keduanya.
Beberapa siswa ada yang berlari menuju ruang guru untuk menyampaikan informasi, namun saat suasana tegang tiba-tiba Pak Bambang, Guru BK yang super duper nyeremin datang dengan tergesa-gesa.
"Kalian ini! Apa-apaan hah? Berhentiiiii!!" teriaknya sambil meniup peluit yang menggantung di lehernya.
Semua murid menutup telinganya ketika Pak Bambang meniup peluit mematikannya, kecuali dengan Radja dan Saga yang masih berpandangan dengan amarah yang meluap-luap.
Napasnya pun tak beraturan, Radja benar-benar emosi. Pasalnya, ia terlalu sensitif ketika ada seseorang yang menyebut atau membahas Salsha tanpa seijinnya.
"Ikut ke ruangan saya, sekarang!" ucap Pak Bambang meniup kembali peluitnya.
•••
Aluna berjalan di pinggir lapang dengan terus mengucek baju seragam putihnya yang terdapat noda tumpahan kuah mie ayamnya.
"Duh, kok nggak ilang-ilang ya?" ucap Aluna pada dirinya sendiri.
Langkahnya terhenti ketika ia mendengar suara keributan di tengah lapang, cahaya matahari yang terik membuat Aluna menyipitkan matanya melihat dua orang lelaki yang tengah saling dorong mendorong.
Seketika, mata Aluna membulat ketika mengetahui jika Kakak lelakinya yang tengah beradu pukul dengan si pentolan sekolah.
Tanpa berpikir dua kali, Aluna segera berlari menghampiri keduanya.
"Kak, Saga!! Stop Kak!" pekik Aluna dengan mencoba berada di tengah-tengah mereka.
Aluna mencoba melerai keduanya, namun tiba-tiba nasib sialnya kembali hadir pada Aluna membuat gadis itu tak sengaja terkena pukulan dari Radja mengenai hidungnya dan mengeluarkan darah segar.
"Aw!" jerit Aluna memejamkan matanya dengan tangan yang masih menutup hidungnya.
"ALUNA!" teriak Saga yang langsung menghampiri adiknya yang tengah meringis kesakitan.
Sedangkan Radja, lelaki itu masih diam di posisinya dengan wajah datar andalannya.
"Lun, kamu nggak pa-pa? Hidung kamu berdarah, ayo ke UKS dulu." ucap Saga.
Semua orang yang menonton keributan itu pun meringis kasihan melihat Aluna yang kini tengah dibawa Saga ke UKS.
•••
"Kamu tuh ya, lain kali jangan ikut campur urusan Kakak! Jadi gini kan, Kakak nggak mau sampe kamu kenapa-kenapa, Lun!" omel Saga khawatir.
Aluna menghela napasnya. "Luna cuman nggak mau Kakak kayak gitu, Luna nggak suka, Kak."
"Luna juga nggak mau Kakak kenapa-napa." lanjutnya.
Saga mengusap pelan dahi Aluna yang tengah berbaring di kasur UKS dengan sayang, ia pun tersenyum simpul.
"Iya, Kakak janji nggak akan gitu lagi."
"Janji ya." ucap Aluna menatap Kakaknya.
Saga menganggukan kepalanya memastikan.
"Kamu istirahat disini dulu ya? Atau mau pulang?"
Aluna menggeleng. "Luna nggak mau pulang, disini aja."
"Yaudah, Kakak mau ke ruang OSIS dulu ya ada rapat soalnya. Kamu nggak pa-pa Kakak tinggal sendirian?" tanya Saga.
Aluna tersenyum. "Nggak kok."
Saga tersenyum kecil lalu ia beranjak pergi meninggalkan Aluna. Sedangkan Aluna, gadis itu mulai memejamkan matanya.
Deru napasnya mulai teratur menandakan Aluna sudah terlelap tidur, tanpa disadarinya sejak Saga keluar dari UKS ada seseorang memperhatikan Aluna dengan membawa satu kantung plastik berisikan cup cake.
Lelaki itu mendekat lalu menyimpannya di atas nakas dekat Aluna, di tatapnya sebentar perempuan itu sebelum ia pergi keluar dari ruang UKS.
•••
Hallo semuanya, balik lagi sama aku ya hihi
kali ini aku bawa cerita Radja, so enjoy sama ceritanya jangan lupa buat klik tombol bintang dan komennya ya see you di next par babay🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Radja ✔️
Teen Fiction{HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU KARENA SEBAGIAN CERITA AKU PRIVATE, TERIMA KASIH} ---- "Kita nggak bisa sama-sama." ucap Radja. "Kasih aku satu alasan, kenapa kita nggak bisa sama-sama?!" tanya Aluna dengan menekankan setiap katanya. Radja menghela na...