BAB 22

68 3 0
                                    

"Gue mau pasta!"

Rai dan Alka menghentikan  langkah. Memandang heran sahabatnya yang berdiri menjulang di depan mereka.

"Menu hari ini masakan china. Serius nggak mau?" Alka melempar pertanyaan. Menatap pada pria berwajah baby face itu.

F menggeleng. Membalas pandangan kedua sahabatnya penuh keyakinan.

"Aku sudah bosan masakan China. Mama selalu memasaknya. Aku ingin masakan italia. Ayolah ..." F memamerkan puppy eyes. Mengedip Beberapa kali. Sayangnya, dua sahabatnya tak terpengaruh. Memilih berbelok menuju kantin.

"Hei! Aku ingin masakan italia!" Teriak F. Menyusul kedua temannya dengan cemberut.

"Kamu bisa meminta koki untuk memasaknya, F," ujar Rai. Ia berhenti. Tersenyum mengamati interaksi Yumna dan Frada. Hendak melanjutkan langkah sebelum suara F berhasil mengalihkan atensinya.

"Kalau kalian nggak mau, gue berangkat sendiri. Pakai mobil lo, Lao ban." F memamerkan  sebuah kunci.

"Jangan bercanda, F. Lo belum bisa nyetir!" Alka hendak merebut kunci itu namun F dengan gesit menghindarkannya. Dia berlari. Menjauhi kedua karibnya.

"Gue bisa nyetir. Cuman nggak sejago kalian yang pembalap. Setidaknya gue bisa walau suka nyerempetin mobil," teriaknya. Disusul dengan gelak tawa.

"Gue susul dia. Bahaya kalau sampe dia nyetir mobil sendiri. Anak itu ...!" Alka membungkam bibirnya. Menelan  segala makian yang siap terucap. "Kalau lo mau makan sama Yumna, nggak masalah. Biar gue aja yang nemenin bayi besar itu."

Alka menepuk bahu Rai. Memberikan senyum sebelum dia berlalu menyusul teman kekanakannya.  

Rai memijit pelipis. Kepalanya ia tolehkan pada gadisnya. Yumna sedang berbincang serius. Rai ingin mendengar. Tapi penyedap nya ia tinggalkan di ruangannya. Biarlah. Mungkin itu urusan wanita. Rai tak akan  mengganggu privasi Yumna untuk saat ini. Mungkin nanti, ia akan mengecek apa yang dibahas oleh gadisnya.

Rai beralih menyusul kedua temannya di parkiran. Langkahnya cepat sekaligus gesit ketika mengambil alih kunci yang dipegang oleh F.

"Ini mobilku. Aku yang akan mengendalikannya."

F mengerling. "Aku tau Lao ban tidak akan membiarkan mobil kesayangannya lecet."

Alka mendengkus. "Setidaknya aku bisa menyelamatkan nyawaku jika itu terjadi."

"Rai tidak akan macam-macam denganku. Dia menyayangiku." F tersenyum bangga.

"Woah, bao bao ini semakin percaya diri. Tau tidak, tadi Rai hampir menusukku dengan pisau." Alka merangkul pundak F. Duduk di jok belakang sementara Rai duduk sendirian pada jok depan.

Rai mendengkus. Memilih diam dan menyetarter mobilnya. Berjalan keluar dari gerbang. Para satpam berjalan bergerombol menyusul mobilnya. Menunduk singkat memberi hormat.

Fai menggeleng tak percaya. Dia menyembunyikan kedua bibirnya. "Tidak mungkin. Lao ban---ku orang yang baik."

Rai mendengkus. "Tadi aku melakukannya. Hampir terkena telinganya. Hebat, Kan?" balas Rai. Seringai mengembang. Terlebih melihat wajah pusat pasih sahabatnya dari kaca spion. Ingin tertawa rasanya.

"Tidak mungkin. Lao ban, kau berbohong, Kan?"

Rai menaikkan salah satu alisnya. Tadi anak itu menyebutnya kau? Sepertinya dia benar-benar ketakutan. Tak apa bukan jika bermain-main sebentar. Rai mengedipkan matanya sebagai isyarat untuk Alka.

Alka mengembuskan napas. "Kenapa sih lo nggak percaya sama gue? Dia tuh beneran mau lukain gue. Di kepala. Coba bayangin. Gimana kalau kepala gue bocor. Keluar darah ban--"

Yumna's Secret Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang