8. Sebuah Topeng

8.8K 1.4K 38
                                    

“Cerita ini fiktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Cerita ini fiktif. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan”
© Story of “Surga di Balik Jeruji” by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.
.
.

“Gelap tetaplah gelap. Kenapa mencoba menjadi terang?”

***

“Sepertinya Nona Alya salah mengenali seseorang.”

Daffa berucap sangat dingin dan begitu menyesakkan dada. Namun Alya tetap menyangkal. Perempuan itu tetap yakin pada hatinya, dia menggeleng keras.

“Enggak! Kamu adalah dia. Semua tentang kamu, mengingatkan aku sama dia. Semuanya! Sikap kamu bahkan dari cara kamu menatap dingin ke aku sekarang, itu mengingat aku sama dia. Kamu adalah orang yang ku kenal. Orang yang selama ini aku cari.” Alya bersikukuh.

“Dia? Nona terus menyebutnya dengan dia. Apa dia itu nggak mempunyai nama?” tanya Daffa, ada tersirat nada geli. “Kalau dia berarti sekali untuk Nona Alya sampai Nona menangisinya, seharusnya dia itu mempunyai nama agar dia layak untuk dikenang.”

Perkataan Daffa membuat Alya terdiam. Kedua tangannya tanpa sadar menggenggam tanah, meremasnya sedangkan wajah Alya mengekspresikan rasa sakit terdalam. Benar! Alya menyadari bahwa ucapan Daffa memang benar sepenuhnya, kalau orang itu sangat berati, kenapa Alya tidak mengetahui namanya? Kenapa dia tidak menanyakan namanya waktu itu? Daffa tidak tahu bahwa itu adalah penyesalan terbesar di dalam hidup Alya. Mengenang seseorang begitu eratnya, tak mampu melepaskan tapi bibir tak bisa menyebut nama seseorang itu dengan lantang.

“Nona Alya saya beritahu sekali lagi,” sambung Daffa karena melihat Alya tertunduk sedangkan air mata jatuh berlinang di pipi. “Saya adalah Daffa Raffan, saya bukan dia. Saya bukan orang yang Nona cari, biarpun Nona bersikeras, biarpun Nona menginginkannya. Saya nggak bisa menjadi orang itu. Jangan memaksakan semua kehendak Nona sama saya. Dia? Sama sekali nggak ada hubungannya dengan saya.”

Alya tersenyum getir. Dua kali dia mendengar kalimat yang sama, dari Alif dan juga dari Daffa. Sungguh perkataan itu membenamkan Alya ke dalam kekecewaan.

Daffa bangkit berdiri dan akhirnya menyadari bahwa dia menjadi pusat perhatian semua orang. Bagaimana tidak! Ketika ada seorang perempuan tiba-tiba berlutut di depannya dan menangis, pastilah menjadi tontonan yang seru untuk mereka. Daffa mengabaikan pandangan bertanya Edy, Adul, Bonte dan Halim, melangkahkan kaki menuju sel. Namun langkah Daffa terhenti, ketika Alya juga bangkit berdiri dan menghalangi sembari melentangkan dua lengan. Dia menghentikan Daffa untuk pergi.

“Kamu bohong! Kenapa kamu melakukan itu? Kamu tahu siapa aku.  Tapi kenapa kamu berpura-pura nggak mengenal aku?” seru Alya terluka dan dia menangis sesegukkan keras.

“Saya sama sekali nggak mengenal Nona. Berapa kali saya harus menjelaskannya?”

“Apa kamu membenciku? Setelah insiden yang terakhir. Apa kamu memilih untuk membenciku? Dengan berpura-pura nggak mengenal aku, kamu ingin menghukum aku, ya kan?” Alya tidak bergerak satu langkahpun. Tetap teguh meskipun terus mendapatkan penyangkalan dari Daffa.

Surga di Balik Jeruji | LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang