3

13K 1.9K 109
                                    

Jiwanya mulai goyah tapi hatinya tidak akan mampu berhenti mencintai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jiwanya mulai goyah tapi hatinya tidak akan mampu berhenti mencintai...

Senan Kalilla memperhatikan diam pada Saka yang memasak makan malam untuk mereka berdua. Senan hanya duduk di kursi makan menunggu sampai pria itu selesai.

Barusan tadi siang Saka menghampirinya ke rumah, Saka juga menelpon dokter yang datang mengobati luka luka memar di wajah dan tubuh Senan.

Senan pikir Saka akan pulang setelah dokter pergi tapi Saka ternyata bertahan sampai malam menjelang.

Apakah Saka akan menginap? Saka memang sering tidur di rumah kontrakan Senan. Malam ini sebenarnya Senan ingin sendiri tapi mengusir Saka ia pun tidak bisa karena Saka adalah tunangannya.

Senan masih menatap Saka dari belakang yang masih berkutat dengan alat masak. Bahu Saka lebar, tubuhnya juga tinggi dan tegap. Kesempurnaan melekat di diri Saka. Awal berpacaran Senan sangat bahagia, Saka menerima cintanya, Senan merasa Tuhan terlalu baik mengirimkan kekasih setampan bak malaikat untuk Senan. Ternyata Senan salah di balik kesempurnaan terselip iblis mengerikan yang mulai menampakan diri. Dan Senan sudah terperangkap, tidak bisa lepas.

"Makanannya sudah matang," Seru Saka berbalik menaruh makanan yang sudah tersaji di atas meja.

Ada telur rebus, mie kuah, capcay terlihat menggugah selera. Semua Saka yang masak. Saka memang memiliki hoby memasak, bahkan masakan Saka lebih enak di bandingkan Senan.

"Terima kasih." Ucap Senan tersenyum pada Saka yang mengeser kursi duduk bersebrangan dengan Senan. Saka melipat kedua tangannya menatap lekat wajah Senan membuat Senan salah tingkah.

"Kamu kenapa menatapku seperti itu?" Tanya Senan. Apakah ada yang salah dengan wajahnya? Mungkin karena bekas luka membuat wajahnya terlihat aneh.

"Kamu cantik."

Deg

Senan membeku dengan pujian Saka, bibirnya mengantup erat, tidak biasanya Saka memujinya cantik. Saka hanya sering mengutarkan kata cinta padanya. Apa karena Saka menyesal telah melakukan kekerasan padanya membuat pria ini melontarkan pujian.

Setiap wanita pasti senang di puji cantik oleh pasangannya, tapi Senan merasa aneh dan tidak terbiasa.

"Kamu cantik seperti ibuku, tersenyum sangat lembut." Senan tertegun menatap Saka penuh tanda tanya. Memang sudah lama Senan sangat penasaran tentang kedua orang tua Saka yang tidak pernah Senan ketahui. Dulu awal berpacaran Senan pernah mempertanyakannya, Saka hanya memberi jawaban keduanya telah tiada selebihnya Saka tidak berkenan bercerita lebih jauh tentang keluarganya. Setelah tujuh tahun berlalu ini pertama kalinya Saka membahas tentang ibunya.

"Apakah begitu mirip?" Senan sengaja memancing, berharap Saka lebih terbuka.

Saka mengangkat alisnya ke atas, sedikit mengangguk mengiyakan.

"Hanya saja prilaku kalian berbeda, kamu lebih baik darinya." Kata Saka mengambil nasi dan menaruhnya di piring kosong di hadapan Senan.

"Berbeda dalam hal apa?"

Senan meneguk salivanya saat di tatapnya guratan tajam di wajah Saka. Senan kemudian tertunduk melepas kontak matanya.

"Makanlah yang banyak." Kata Saka tidak berkenan membahas pertanyaan dari Senan. Senan hanya mengangguk mengambil sendok dan menyuap makanan ke dalam mulutnya.

Nafsu makan Senan tiba tiba hilang, Senan tidak berselera sedikitpun. Kalau tidak di habiskan Saka pasti juga marah.

Senan tidak punya pilihan selain menjadi penurut. Ia tidak ingin membuat Saka marah lagi.

Mereka makan dalam diam, setelah menghabiskan makanannya Saka meminta Senan untuk beristirahat duluan ke kamar. Sementara Saka membereskan sisa piring kotor.

Senan berbalik meninggalkan dapur, ia memasuki kamarnya berbaring di atas ranjang. Tatapannya lepas ke langit langit kamar dengan isi pikiran yang terganggu dengan ucapan Saka yang menyamakan dirinya dengan ibunya. Sekarang status Senan dan Saka bukan berpacaran lagi, mereka sudah bertunangan 6 bulan lalu setidaknya Senan harus tahu cerita tentang keluarga Saka tapi nyatanya ia memang tidak tahu apapun tentang mereka selama ini.

Aneh bukan, selama tujuh tahun menjalin kasih Senan hanya mengenal Saka tapi tidak tentang keluarganya.

"Apa aku yang terlalu bodoh," Gumam Senan menghela nafas panjangnya. Si bodoh yang selama tujuh tahun selalu mengalah dengan peraturan pria di cintainya.

Andai Senan mampu, ia memilih menghapus cinta ini tapi nyatanya ia terlalu lemah. Untuk berdoapun pada Tuhan agar cintanya pudar ia tidak sanggup. Hatinya terlalu mencintai Saka.

Klek

Pintu terdengar di buka, Senan menoleh pada Saka yang masuk ke kamar. Pria itu ikut bergabung satu ranjang dengan Senan. Meraih Senan ke dalam pelukannya.

Tubuh Saka selalu hangat mendekap erat tubuh Senan. Aroma maskulin menenangkan di indara penciuman Senan yang akhirnya melarutkan Senan dalam tidurnya.

Senan sudah terlelap tidur, sementara Saka masih terjaga. Tatapan tidak tersirat lurus ke langit langit kamar. Kosong dan sepi.

Masa lalu kini menari nari di benak Saka. Pada pertama kalinya Senan mengutarkan perasaannya padanya.

Senan mahasiswi yang cerdas, sebelum Senan mengatakan mencintainya, Saka sudah sering memperhatikan Senan dari jauh.

Senan yang cantik bagai porselen hidup, serta lembut mengingatkan Saka pada sosok ibunya. Dari senyum dan tutur kata Senan membuat Saka jatuh hati. Saka sudah membaca gerak gerik Senan yang juga menyukainya. Tapi tidak mengira Senan akan lebih dulu menyatakan perasannya.

Sejak saat itu Saka mengklaim Senan miliknya, hanya miliknya. Saka memang sengaja membuat aturan agar Senan tidak berani mengkhianatinya seperti di lakukan ibunya pada ayahnya.

Rahang Saka mengeras dengan manik mata yang mengelap. Hatinya bergemuruh dengan rasa dendam dan kebencian atas masa lalu.

'Pria harus lebih tegas dari wanita, ingat itu,Saka.'

Pesan ayahnya teringang di telinganya. Sampai detik ini Saka tidak pernah lupa ucapan dari sang ayah.

Wanita memang tidak bisa di beri kebebasan lebih, maka mereka akan merasa semakin di atas awan. Terjadi pada Ayahnya yang malang. Ibunya telah mengkhianati ayahnya, tidur dengan lelaki lain. Di depan mata Saka saat ia berusia 9 tahun ayahnya memberi pelajaran pada ibunya.

Ibunya di rantai di ruang tertutup dan tidak pernah di lepaskan. Kata Ayah ini yang terbaik agar ibu tidak pergi lagi ke pelukan lelaki lain.

Perkataan Ayahnya benar, ibunya tidak pernah pergi lagi sampai ibu memejamkan matanya tuk selamanya. Tidak lama kepergian ibunya ayahnya pun menyusul. Cinta mereka akhirnya abadi.

Saka menyeringai, membelai pipi Senan yang memar. Ia memang menyesal telah kasar pada Senan tapi ini sebagai hukuman yang ia berikan agar Senan tidak mengulanginya lagi. Saka tidak akan membiarkan Senan mengkhianatinya karena Saka tidak akan segan memberikan hukuman seperti ayahnya lakukan pada ibunya, hukuman yang sangat pedih dan menyakitkan.

Tbc

Benang MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang