Chapter 2

5 1 0
                                    

Jam sudah menunjukan pukul 07.04 Thalia tampak gelisah karna orang yang ditunggu tunggu belum juga datang "gilaaa kemana sih genta, masaiya dia gak sekolah, lah gimana nasib gue semua persyaratan MOS hari ini dia yang beli, mati gue kalo Genta gak sekolah" Ucapnya dalam hati.

Sudah lebih dari sepuluh kali Thalia menelpon genta dan tidak ada jawaban samasekali. "Li, kenapa".
"Genta belum datang vi" Virny dibuat binggung oleh Lia "kok genta". " Persyaratan aku ada di dia semua vi, gimana ini mati gue"
"Loh kok bisa" Tanya virny penasaran
"Kemaren aku gak ikut belanja sama genta, dia beli sendiri" Jelas Lia
"Kalian belanja bareng"
"Iya, duhh awas aja kalo dia gak sekolah"

Waktu terus berjalan menit demi menit berlalu dan para panitia osis bersiap mengumpulkan persyaratan terlebih dahulu sebelum materi. Pengumpulan persyaratan biasanya dilakukan di lapangan, dan siswa yang tidak lengkap akan dihukum keliling lapangan dan hormat kepada bendera sampai jam istirahat pertama. Thalia membayangkan bagaimana jika dia di hukum di Hari Terakhir MOS, thalia segera menggelengkan kepalanya menepis pikiran buruk itu "serem amat".

Pemeriksaan dimulai dari baris pertama dan seterusnya. Sekarang Thalia baris di paling terakhir karna dia yakin genta pasti datang mungkin dia telat bangun atau apalah, takterasa tinggal 3 orang lagi termasuk lia, sontak jantungnya berdebar kencang takut kena hukum, menurutnya itu sangat memalukan. Tibalah bagian Thalia " Obat peminax, kayu putih, dan pembalut masing masing 2" Ucap kak Hilda
"Emm kak aku.." Sebelum menyelesaikan perkataannya seorang Genta datang dengan membawa 2 kantung kresek yang Lia duga itu adalah persyaratannya.
"Ini kak persyaratan Thalia, maaf telat" Ucap genta yang datang tiba tiba. "Oke lengkap"
"Ini juga punya aku kak" Genta menyodorkan kantung kreseknya pada kak Hilda, lalu Setelah beres mereka dipersilahkan masuk kedalam Aula untuk mengikuti kegiatan terakhir MOS

Thalia yang amat kesal pada Genta Melayangkan satu pukulan pada samping lengan Genta "sumpah Ge, jantung gue udah mau copot, lama amat sih kemana dulu emang"
"Kesiangan Li"
"Pantesan gue telponin kagak diangkat"
Genta langsung mengecek handphonenya dan ternyata benar ada 15 panggilan tak terjawab dari Thalia
"Kan malem udah gue ingetin jangan begadang Gentaaa" Tangan mungilnya mencubit lengan lekaki itu
"Sakit Liaa"
"Lebay lo"
"Untung sayang" Ucapnya pelan
"Iyalah Genta mana mungkin marah sama Thalia yang cantik ini" Ledek Lia sambil memeletkan lidahnya dan berlari menuju Aula.

Bel istirahat kedua sudah berbunyi dan siswa siswi MOS berbondong bondong keluar dari Aula dan kebanyakan menuju kantin. Berbeda dengan Thalia dan Virny dua sejoli itu malah duduk santai di bangku taman sambil menyantap bekal yang mereka bawa "Gentaaaa" Teriak Lia
Genta yang merasa dirinya dipanggil  menoleh ke sumber suara dan menghampiri gadis itu
"Sini" Tangan mungilnya itu menunjukan bahwa genta duduk disebelahnya.
Tanpa basa basi Lelaki itu mengambil roti milik Lia yang tersisa 2 lagi. Virny yang melihat itu sedikit terkejut sedekat itukah mereka, sampai sampai dia mengambil makanan yang bukan miliknya tanpa izin

"Nih abisin Ge gue kenyang" Lia menyodorkan separuh roti yang sudah dia makan pada genta, kan dia tidak menolaknya, genta langsung melahap roti yang diberikan Lia.

Sekilas Thalia melihat Fanny sedang berjalan menuju kelasnya dengan lantang lia memanggil namanya dan fanni menghampirinya "hai Li,,, eh ada Genta juga" Sapa Fanni
"Kalian..." Seolah  mengerti apa yang akan ditanyakan Fanni, mereka berdua mengangguk berbarengan tanpa aba aba
"Lagi.."
"Gue juga gak tau kok bisa ya, jodoh kali kitaa gee"
"Iya keknya"
Mereka tertawa setelah mendengar balasan Thalia

"Gak sabar besok pembagian kelas"
"Iya fan, besok harus datang pagi nih, biar gak terlalu berdesakan"
"Oh ya Vi kamu ambil jurusan apa?"
"Ipa, kalian?"
"Sama dong aku Ipa" Jawab Fanni
"Ips" Ucap genta dan Lia bersamaan
"Hahah kompak ya kalian gak berubah dari dulu"
Lia mencubit Genta hingga dia merintih kesakitan "dih apaan dia aja yang ngikutin gue" Balas Lia
"Paan dih sekate kate kalo ngomong lu ketek semut" Ledek genta
"Udah udah,, kalian ini berantem terus dimana mana, Li kenapa gak ambil Ipa"
"Pengen Ips aja, bosen ngitung mulu gue" Jawabnya enteng
"Lah gue mah itung itungannya pas pasan malah nekat masuk ipa" Ucap Fanni.
"Ipa dan ips sama aja kok" Ucap Genta menengahi

Suara Bel tanda istirahat sudah berakhir mereka kembali pada kegiatannya. Karna ini hari terakhir MOS sebelum pulang dilaksanakan upacara penutupan terlebih dahulu dan juga pemotretan tiap gugusnya.

"Lia" Teriak Genta sambil berlari menghampirinya
"Apa"
"Ayo pulang" Ucap Genta sambil mencubit hidung mungil Lia dan berlari menghindari pukulan lia
"Dasar Gentong minyak" Teriaknya dengan wajah kesal.

⚡⚡⚡
Hari ini hari pertama sekolah dimana para siswa siswi baru akan memulai pendidikannya.

Terlihat orang orang saling berdesakan untuk melihat nama mereka pada papan pengumuman pembagian kelas. Di sekolah Thalia terbagi 2 jurusan yaitu IPA dan IPS masing-masing terdapat 7 kelas IPA dan IPS. SMAN 28 adalah salah satu SMA favorit ke 3 Se-kabupaten Subang.

Ramai orang sibuk mencari kelasnya seperti halnya Genta, namun dia sedikit binggung mengapa namanya tidak terdapat di Jurusannya IPS. Tanggannya merogoh saku celananya dan mengeluarkan benda canggih itu dan jarinya mengetik nama seseorang. Ketika tersambung terdengar suara ramai disana "Ge nama gue gak ada masa" Thalia kini berusaha tenang
"Sama Gue Juga, lo dimana" Kedua matanya otomatis menangkap sosok perempuan yang tak asing baginya, pertamakalinya dia melihat sosok itu memakai seragam SMA dan terlihat raut wajahnya yang binggung sembari memegang smartphone ditangannya. "Gue depan kelas 10 IPS 4" Setelah mendengar jawaban si pemilik suara laki laki itu pergi meninggalkan tempatnya dan menghampiri wanita itu.

"Hei" Suara laki laki yang ia kenali membuat Thalia menoleh dan mendapati Gilang yang berdiri di Belakangnya. Perempuan itu memutar bolamatanya malas "trs gimana kita" Tanya Lia yang sudah binggung harus bagaimana
"Kita ke ruang wakasek kesiswaan sekarang" Thalia hanya menurutinya dan mengikuti langkah laki laki itu di sampingnya.

Dengan santai Genta masuk ke ruang wakasek dan mereka bertanya mengapa nama mereka tidak tercantum di jurusannya
"Jurusan apa" Tanya ibu Lina
"Ips" Jawab Lia
"Kamu juga sama" Menunjuk genta
Genta menjawab dengan anggukan. Ibu Lina lantas membuka file daftar nama kelas 10 di laptopnya dan mencari nama mereka.
"Nah ini ada Agatha Thalia sarasvati, Genta dimanta Irzani kelas 10 MIPA 4, kalian satu kelas tuh"
Sontak mereka berdua saling menatap "kok kelas MIPA bu"
"Karna di IPS penuh sementara kalian MIPA dulu ya, sampai nanti psikotest dan hasilnya keluar, kalau hasil kalian IPS nanti bisa dipindahkan"
Mereka berdua menghela napas panjang "baik bu"

"Kenapa harus sekelas lagi Ge"
"Gatau tuh"
"Bosen gue"
"Sama"
"Tau ah ge lo nyebelin"

Suara bel berbunyi dan mereka belum memasuki kelas barunya, saat mereka berjalan di koridor menuju kelas, keduanya saling diam dan tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing. Thalia terlebih dahulu mempercepat langkahnya dan memasuki kelas, sekarang mereka manjadi pusat perhatian di kelas itu.

Seorang gadis yang duduk di bangku jajaran kedua dari kanan melambaikan tangannya pada Lia, sebenarnya dia sedikit terkejut mengapa teman sebangku MOS nya ini masuk kedalam kelas IPA, ditambah lagi dia masuk dengan lelaki yang akhir-akhir ini sering bertemu dengannya "kok bisa ya" Tanyanya dalam hati. Thalia yang melihat gadis tersebut tersenyum dan menghampirinya, kebetulan gadis tersebut duduk sendirian "boleh duduk disini?" Tanya thalia, gadis tersebut menggangkuk tanda setuju
"Keknya hari ini aku beruntung banget bisa sekelas sama kamu Vi"
"Kok bisa dikelas IPA? Nukannya kalian berdua ambil IPS ya"
"Ceritanya panjang, nanti aku ceritain  pas istirahat oke"
"Ya"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 24, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Never Gett'inTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang