21

90 9 0
                                    

Aku bangun dengan terkejut karena saat aku membuka mata wajah Chan yang masih tertidur ada di depan wajahku. Membuatku sampai termundur dan jatuh dari atas tempat tidur.

"Ssssshhh ..," rintihku saat aku sudah terjatuh ke lantai.

Aku melihat Chan yang masih tertidur, "Chan, dia semlam tidur bareng aku?!" Lalu aku teringat kejadian semalam, "Aku masih hidup," ujarku sambil meraba-raba diriku.

Aku langsung berdiri lalu melihat bayangan diriku di cermin. Kepala dan tangan kananku diperban. Aku juga baru sadar akan sesuatu.

"Aku, kok, udah ganti baju?" ujarku sambil melotot melihat diriku di cermin, lalu melihat Chan yang masih tertidur.

"Jangan-jangan ..." ujarku sambil melebarkan mata tidak percaya ke arah Chan.

"CHAAAN!"

Chan langsung terbangun, dia melihat sekitar lalu melihatku.

"Dewi! Kamu sudah sadar?" tanyanya padaku dengan khawatir lalu berdiri menghampiriku.

"Siapa yang gantiin baju aku?!" tanyaku galak. Membuat Chan jadi tertawa ringan sambil mendongak.

"Ih, malah ketawa!" ujarku kesal.

Chan melihatku sembari tersenyum tenang, "Yang mengganti bajumu itu Bu Ratih. Bukan aku."

Aku langsung tengsin sendiri, "Maaf," ujarku sambil menggaruk belakang kepalaku yang tidak gatal sama sekali.

"It's ok, tapi keadaanmu bagaimana? Kamu baik-baik saja, 'kan?" tanyanya lembut sambil melihatku lekat-lekat.

Aku pun tersenyum, "Aku baik, Chan."

"Semalam mengapa kamu tidak langsung memanggilku? Mengapa kamu berteriak ketika kamu sudah terluka?!" tanyanya jadi kesal.

"Aku--"

"Dewi, kalau semalam kamu terluka lebih dari ini, aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri! Mengapa kamu tidak memberi tahuku jika kamu sedang dalam bahaya?!" ujar Chan jadi memarahiku.

"Chan, aku mau ngasih tahu kamu, tapi--"

"Tapi apa?! Apa yang ingin kamu bicarakan padaku?!"

"Tante Dinda itu pembunuh Bella dan dia udah berkali-kali mau coba bunuh aku. Waktu aku muntah keracunan, aku dicekik, dan semalam ..." ujarku cukup takut.

"AISH! Dan kamu baru memberi tahu semua itu padaku sekarang?!" tanya Chan sangat kesal.

"I-iya--"

"Dewi, jika kamu sampai terbunuh, bagaimana?! Mengapa kamu tidak memberitahuku sedari awal?!" ujarnya masih marah-marah.

Aku menunduk takut, "Aku takut kamu gak mau pulang, Chan," ujarku pelan.

Chan berhenti kesal. Ia kemudian langsung membuang napas keras sembari menghampiriku lebih dekat, "Aish, maafkan aku. Aku kesal," ujarnya sembari mengusap rambutku.

Aku melihat Chan sembari tersenyum kecil, "Gak apa-apa."

"Karena kejadian semalam, Omah terkena serangan jantung--" ujar Chan langsung membuatku melebarkan mata terkejut.

"Sekarang Omah di mana?" potongku dengan panik.

"Di rumah sakit, Omah di rawat. Keadaaanya sangat kritis," ujar Chan langsung membuatku mengusap wajah frustasi.

"Ini gara-gara aku, Chan," ujarku, lalu terduduk di tepi ranjang dengan frustasi.

"Tidak, jangan menyalahkan dirimu sendiri, Dewi," ujar Chan, lalu duduk di sampingku.

D&C: What Is Love? || Park Chanyeol ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang