Twelve

444 40 0
                                    

Jam telah menunjukkan pukul 10 siang. Zhiro dan Lidya baru saja kembali ke rumah megah mereka.

"Dari mana saja kalian? Mengapa kalian pergi dengan tergesa-gesa?"

Sebuah pertanyaan singkat keluar dari mulut Gio yang menatap mereka seakan menginvestigasi sesuatu. Lidya dan Zhiro saling menatap lalu beranjak duduk.

"Kebakaran di Panti Asuhan, lalu cafe kami diserang tiba-tiba. Aku pergi ke panti dan Zhiro pergi ke kafe. Setelah kami selidiki ini adalah akal-akalan seseorang. Kami telah menggenggam nama orang itu, kami tinggal mencari tau wujud orang itu," jelas Lidya dengan sangat serius.

"Mengapa kalian tidak mengajak kami?" gumam Oxy seperti tidak terima dengan sikap Lidya dan Zhiro yang langsung meninggalkan mereka.

"Kami tidak terbiasa untuk membawa orang lain dalam masalah kami," sanggah Zhiro dengan lekas sebelum Oxy mulai menyalahkannya.

"Siapa nama orang itu?" sahut Aluna dengan menatap Lidya dengan tatapan tajamnya agar kakaknya yang keras kepala itu tersugesti untuk membagi rahasia yang ia genggam.

"Tidak akan aku beri tau...." sebuah panggilan masuk ke handphone Lidya dan memecahkan perundingan serius itu.

"Ada apa?"

"Kerjakanlah lagi.."

Panggilan akhirnya ditutup dan Lidya menyunggingkan senyumnya. Terlihat sinis dan kejam, seakan ia menemukan kelinci percobaan.

Gio menjetikkan jarinya. "Ada apa?"

"Musuh kita yang satu ini cukup berbahaya. Tidak perlu disebutkan, kalian akan mengetahuinya," sinis Lidya dengan memandang langit-langit rumah.

"Dan kapan kalian akan pulang?" ketus Zhiro tiba-tiba yang membuat semua mata malah membuka lebar.

"Kau mengusir kami?" tanya Gio tidak menduga. Lulu menatap mereka juga dengan intens. Seketika dia membatin, "apakah mereka selalu seperti ini?"

"Tentu saja..." jawab Zhiro dengan santai, ia melanjutkan, "dua jam lagi, kami akan pergi ke Belgia selama kurang lebih 5 bulan dan mungkin ada penambahahan, jadi kalian mesti pulang ke rumah kalian karena mama dan papa juga ikut akan pergi ke luar kota."

"Kau menculik adikku," tukas Gio tidak kalah sengit.

"Dia istriku," jawab Zhiro dengan santai.

"Ada baiknya kalian lekas bersiap-siap," gumam Lidya dengan santai sembari meletakkan handphonenya. Ia menelepon seseorang. "Aku akan mengatakan beberapa perintahku, jangan sampai salah tindakan...."

Zhiro menyusul langkah Lidya menuju kamar. Ia juga menelepon seseorang. "Aku tunggu kehadiran kalian 1 jam lagi."

Mereka berempat hanya menatap sepasang suami istri itu, hampir dengan tatapan heran dan tidak berkedip. Lulu akhirnya menyenggol lengan suaminya. "Apakah mereka memang seperti ini?"

"Aku tidak tau, mereka sangat berbeda. Aku juga sangat paham dengan pemikiran mereka yang tidak terlalu berambisi dengan harta dan tahta. Tetapi aku lihat hari ini, mereka sangat berambisi menjadi pemenang dalam permainan ini," heran Gio.

"Apa yang kau katakan memang benar, kakakku tidak haus akan harta apalagi berambisi dengan tahta. Aku yakin dibalik sikap mereka pasti ada rencana yang diam-diam tersirat, ditambah lagi ikrar kami tidak akan pernah ia langgar," gumam Aluna menyetujui ucapan Gio.

"Ikrar apa?"

"Kau tidak akan mengerti. Biarkan ikrar itu hanya kami yang tau," cegah Aluna sebelum Gio mulai mengatakan hal yang terjadi pada malam tadi.

Leave The World with Yourlove [Lathfierg Series] [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang